Về chúng tôiChính sách bảo mậtĐiều khoản sử dụngTiêu chuẩn cộng đồngSơ đồ trang web
Tải app miễn phí của chúng tôi
A mother
Jika punya ortu kaya
Aku cuma mau tau aja nih. Jika kalian punya ortu kaya raya banyak duit melimpah, aset di mana2. Kamu pun anak tunggal satu2nya yang selama ini selalu disayang2 dan dimanja. Apa yang kamu mau bisa dibeli. Tapi kamu menikah dengan lelaki yang sebenarnya tidak direstui ortu kamu karena katanya tidak selevel. Kamu meyakinkan ortu kamu kalau kamu akan bahagia hidup bersamanya dan kalian (kamu dan lelaki pilihanmu) akan membuktikannya, kalian bisa mencari uang dan tidak bergantung dengan orang tua. Kamu ingin membuktikan kemandirian kamu. Akhirnya ortu kamu mengizinkan kamu menikah karena ingin anaknya bahagia dengan lelaki pilihannya. Ketika menikah ternyata kamu mendapatkan ujian finansial. Kamu yang awalnya memiliki pekerjaan tetap, dipecat. Suami kamu perkerjaannya juga masih UMR. Sejak dipecat uang kalian pas-pasan, malah terkadang minus alias hrs ngutang buat makan. Tabungan dana darurat kalian pun udah habis. Tiba2 suami kamu juga diberhentikan dari pekerjaannya. Orang tua kamu yang sayang sama kamu itu tidak tega anak dan cucunya kelaparan. Mereka menawarkan bantuan. Transferan beberapa ratus juta masuk ke rekening kamu sekaligus. Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya? Menerima begitu saja kah? tp itu artinya kamu mengakui kalau ternyata kalian (kamu dan suami) telah gagal membuktikan janji kalian sebelum menikah kepada ortumu. Atau kamu memilih mengembalikan uang ortumu itu? Tp kondisinya skrng kamu tidak punya uang untuk saat ini bertahan hidup.
Ingin Memecat ART, tapi...
Aku ingin memecat ART aku karena aku tidak suka dengan cara kerjanya, tapi selama ini aku masih mencoba bersabar dan diam saja mencoba memaklumi takut orangnya tersinggung. Kerjanya bebersih kurang bersih, orangnya tidak rapi, sembarangan, seenaknya dia, boros sabun air dll, kurang tanggap, kalau dibilangin nyahut (protes), dan suka maksa minta2 sesuatu. Tujuannya punya ART biar bs lebih tenang ngurus anak, ini malah jd bikin stress. Puncaknya, ART menghilangkan baju anak aku. Selama ini ART aku sering minta-minta baju anak aku. Dia bilang buat cucunya, tapi aku ngga kasih, anak aku masih pakai. Dia bilang, nanti kalau sudah ngga terpakai lagi dia minta. Tapi hari ini bajunya sudah hilang, hilang entah kenapa dan entah bagaimana. ART aku keukeuh dia tidak tahu menahu tentang baju itu. Padahal sebagai ART, dia bertanggung jawab dalam urusan cucian juga. Dia yang nyuci, dia yg jemur, dan dia yang setrika. Saat aku nyuruh dia untuk nyarikan baju itu kalo2 terselip di mana, dia bilang dengan nada mengentengkan "baju yang hilang ya udah biarin aja, ngga usah dicari lagi. Cuma baju satu aja hilang ribut banget. " Aku rasanya sudah habis kesabaranku dengan orang ini. Mungkin krn tumpukan kekesalan pada hal lainnya. Lalu, kusuruh dia pulang (bahasa tersirat dia aku pecat). Dengan songong dia berkata, "Ngga kerja di sini lagi juga nggapapa. Nanti juga ada rezekinya lagi, rezeki ada di mana-mana." Ironis sekali sebenarnya. Karena alasan aku memperkerjakan dia karena kasian dia lagi ngga ada kerjaan dan butuh uang buat kebutuhannya. Melihat dia begitu songongnya, aku jadi emosi. Setelah pembicaraan yang tidak mengenakkan itu, akhirnya pulang lah dia... Beberapa lama kemudian, dia datang bersama mama aku. Mama aku bilang, si ART ini nangis2 . Si ART mengadu kalau aku memarahi dia. Si ART tersinggung dan sakit hati. Mamaku bilang, "Si Bibi ini udah tua, ngga sopan banget marahin orang tua. Siapa yang ngajarin kamu kaya gini? Kalau bukan dia yang membantu siapa lagi. Sekarang susah nyari ART yang jujur." Tapi, dengan adanya insiden baju anakku hilang ini, aku bertanya-tanya lagi benarkah dia orang yang jujur. Mama aku membela ART aku itu di depan si ART itu. Aku jadi seperti kehilangan wibawa. Seolah-olah aku tu butuh banget sama dia dan kalau bukan dia ngga akan ada lagi ART yang sebaik dia. Hari ini aku terlihat seperti orang jahat dan seperti tokoh antagonis dalam sebuah cerita. Pada akhirnya aku kembali mengalah, ya udah deh dipekerjakan lagi nenek itu di rumahku. Bagaimana nanti ke depannya setelah insiden ini, aku ngga mau membayangkannya... Suamiku merespon hal ini, dia bilang terserah aku aja mau gimana. Jauh di lubuk hatiku, aku mau cari yang lbh kompeten aja. Tapi tiap kali mau ganti ART, aku takut jatuhnya menjadi zalim. Atau misal dpt ART baru malah jadi tambah zonk, tambah parah dari yang ada. Dilema banget. Pengalaman teman yang dpt ART dari yayasan pun tidak menjamin ARTnya bebas drama.
Mens setelah melahirkan
Bun, kalian di bulan keberapa habis melahirkan baru menstruasi lagi? #ingintahu
DSA kurang Solutif
Bulan ini bayi aku imunisasi dan konsul ke DSA baru karena DSA yang biasanya lagi cuti melahirkan. Sama seperti DSAku sebelumnya, DSA ini juga ngecek2 tumbuh kembangnya. Cuma bedanya DSA ini ngecek tapi ngga ngasih solusi dan tips atas masalah yang ada. Kaya aku bilang, bayi aku ngga mau dbf lagi sejak umurnya di atas 3 bulan, solusinya gimana ya Dok. Dokternya cuma tertawa kecil dan mengalihkan dengan pertanyaan, "nyusunya dikit2 ya Bu? " "Iya." Lalu ngga ada komentar lanjutannya tt pertanyaanku sebelumnya. Lalu aku nanya lagi nih, tetap responnya dialihkan ke pertanyaan lain. Dia nanya, "anaknya kalau malam masi rewel". Kujawab "kadang sesekali.' Dia jawab, "Harusnya umur segini udah ngga rewel lagi". Kurespon lg, " Iya dok, mulai rewelnya itu Dok tiba2 nangis jejeritan. Gimana ya Dok". Tetap aku dialihkan dengan pertanyaan baru lagi. Itu DSAnya kenapa ya? Kalau DSA yang sebelumnya liat kepala anakku peyang aja aku langsung dikasih tau kalau kepala anakku peyang dan dikasih tau aku harus ngapain tanpa perlu aku nanya. Aku dikasih tau apa-apa aja yang harus aku lakukan utk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan bayiku tanpa perlu aku nanya udah dikasih tau. Padahal DSA yang baru itu tarifnya lebih mahal daripada DSA lamaku 😄. Mudah2an DSA lamaku cutinya ngga lama-lama🥲
ART Aku suka minta-minta
Aku punya ART buat bersih-bersih rumah, nyuci piring, dan nyuci baju biar aku ngga terlalu capek dan bisa fokus ngurusin bayi tanpa baby blue. ART aku umurnya sekitar 60 thn. Sengaja aku nyari yang tua biar bebas dari drama macam-macam, apalagi drama pelakor. ART aku tidak nginap, dia pulang setelah pekerjaannya selesai. Mungkin karena sudah agak tua ya, jadi kalau dia bersih2 itu juga ngga bersih-bersih amat, tapi lumayan lah lbh bersih daripada aku ngerjain sendiri sambil sibuk ngurus bayi. Lumayan lah ya kerjaan ART aku ini walau dia kurang sigap, harus dikasih tau dulu gimana caranya ngerjain apa, dan nurut aja disuruh apa. Gajih sudah diberikan sesuai kesepakatan. Setiap hari juga dikasih makan. Makan di rumah aku, dan makan untuk dibawa pulang. Nah ini lah yang aku kurang suka sama ART aku itu. Kalau makanan yang dikasih ke dia itu tidak sesuai hatinya, dia bakalan ngomong, "ngga enak" itu ceplas ceplos. Kalau aku kasih makanan pun dia nanya dulu, "ini enak ngga?". Lalu dia bisa request minta beliin ini itu. Misal beliin KFC dong, dsb. Aku kalau ngga kasih khan ngga enak. Pernah aku beli dessert box, kutaruh di kulkas, dia lihat dia minta. Pokoknya kalau ada makanan yang dia kepengen minta, dia bakalan bilang minta. Walaupun ngomongnya dgn kata2, "boleh ngga bibi minta ini? ", rasanya ngga enak kalau mau bilang tidak. Kalau misal mamaku datang ke rumah, bawa2 makanan, dan waktu itu ART ku itu ada dia akan nanya ke mama aku, "buat aku mana? " (ART aku lbh tua dr mama aku). Makanya kalau mamaku datang ke rumah juga bawa makanan buat ART aku. Kalau bunda-bunda di sini, ada ngga pengalaman dengan ART yang membuat Bunda ngga nyaman, tapi itu belum menjadi alasan yang cukup untuk ganti ART.