Yusi E. Rahmawati profile icon
BạcBạc

Yusi E. Rahmawati, Indonesia

Kontributor

Giới thiệu Yusi E. Rahmawati

Ummu Fatih

Bài đăng(13)
Trả lời(3)
Bài viết(0)

Pengalaman #IBUJUARA menyusui bayinya yang memiliki lip tie dan tongue tie

15 Mei 2020 menjadi satu dari hari-hari paling bahagiaku. Lahir malaikat kecil yang mirip sekali dengan Mas Ade, suamiku, ialah si kecil kami. Namanya Fatih.  Namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama dan lekas berganti dengan kekhawatiranku. Saat aku mulai mencoba menyusuinya, ia tak bisa menggapai putingku. Mulutnya tak lebar terbuka, benar-benar hanya bisa membuka sedikit. “Itu lumrah”, begitu kata yang ku dengar dari keluarga mertua yang lumayan menenangkanku. “Mungkin masih bingung puting,” pikirku tambah meyakinkanku. Fatih menjadi rewel dan aku maklum itu karena ia masih belum bisa menyusu dan merasa lapar. Akhirnya aku putuskan untuk memompa ASIku. Hatiku patah melihat hasilnya bahkan membasahi pantat botol bayipun tidak. Benar-benar hanya setetes dua tetes yang keluar. Mertuaku menyarankan untuk pakai sufor saja. Pikiranku kacau, aku kasihan pada bayiku yang terus menangis, aku mengiyakan tanpa berdiskusi dengan Mas Ade terlebih dahulu. Saat mertuaku ingin memberikan dot, aku menolaknya. Aku tak mau Fatih bingung puting nantinya. Aku memilih dengan sendok, ku suapi pelan-pelan agar ia tak tersedak. Setelah ia kenyang dan tidur, aku baru bisa menghela nafas dan berpikir untuk kedepannya. Aku berkabar pada Mas Ade yang tidak bersama kami sejak aku hamil 8 bulan, pun ketika aku bersalin. Covid-19 membuat kampung suami melarang orang dari kota masuk. Begitu juga perusahaan tempat beliau bekerja yang menghimbau untuk tidak berpergian ke luar kota selama pandemi ini. Keesokan harinya masih begitu, Fatih masih menyusu sufor dengan sendok. Mungkin mertua dan orang sekitarku melihatnya tak lazim. Yang mereka tahu jika sufor ya dengan botol. Lagi mereka membujukku untuk menggunakan botol, tapi aku masih sama menolaknya. “Toh gaada air susunya ini,” kata mereka yang membuatku berlari ke kamar dan menangis. Aku teringat betul ilmu yang kudapat dari KulWap AIMI yang diselenggarakan TheAsianparent saat aku masih hamil trimester ke-3 bahwa ASI wajar tidak keluar di hari-hari awal kelahiran dan bisa distimulasi dengan terus membiarkan bayi menyusu. Aku belum melakukannya, mengajak Fatih untuk menyusu. Setiap ku coba, kendalanya masih sama. Ia belum mampu membuka lebar mulutnya. Mas Ade yang tahu kendala ini, terus memberikanku video-video menyusui dengan pelekatan yang benar. “Boro-boro membenarkan pelekatan, ini bisa sampai membuka mulut untuk menggapai putingku saja tidak,” pikiranku berantakan. Aku meminta ibu mertuaku untuk meletakan sufor diputingku supaya Fatih bisa menemukan putingku. Awalnya dia cuma mengecap-ngecap sufor, begitu terus berlangsung hingga hari ke-3 dan 4. Fatih masih belum bisa menyusu padaku. Aku tak menyerah, aku keras kepala, aku mau terus berusaha supaya anakku bisa mendapat ASI dariku. Mas Ade terus menyemangati dan meminta keluarganya untuk support agar aku tak sampai stress memikirkan ini. Allah menjawab doa dan usahaku berbuah manis saat aku merasa setelah Fatih mengecap-ngecap sufor yang diteteskan ke putingku beberapa kali saat itu, akhirnya Fatih mendapatkan putingku dan menghisapnya. Begitu terus yang ku lakukan ketika ingin menyusui Fatih, sehingga ibu mertuaku selalu berada disampingku untuk membantuku meneteskan sufor pada putingku. Hasilnya tak selalu bisa, sering juga hanya bisa mengecap sufornya saja. Tapi terus kulakukan. Sampai pada hari ke-5 aku merasa baju depanku basah, aku teriak gembira. “Ini ASIku,” teriakku mengagetkan orang-orang. Fatih harus sudah menyusu padaku saja tak perlu sufor, pikirku begitu namun ternyata masih belum tepat. Fatih masih belum mampu membuka mulutnya lebar dan menggapai putingku. Sehingga cara pancingan sufor tadi tetap ku lakukan. Itu setiap kali menyusu, padahal sehari saja berapa kali menyusu kan. Lelahnya luar biasa. Menyusuiku tak seperti gambar-gambar ibu menyusui bayinya yang banyak beredar di internet. Mereka yang bisa dandan cantik, sambil tersenyum, rileks tanpa beban. Sebaliknya aku yang kucel karna kelelahan. “Yang penting Fatih ujungnya bisa menyusu padaku, biar saja dengan cara seperti ini dulu,” pikirku yang diiyakan Mas Ade. Aku dan Mas Ade benar-benar tak kepikiran untuk ke dokter anak untuk berkonsultasi masalah ini. Karena aku dan bayi di kampung dan aku cuma lahiran di bidan. Hari ke-7 jadwal bidan mengontrol jahitanku. Waktu itu aku bercerita tentang masalah menyusuiku ini. Bidan memintaku menyusui Fatih didepannya. Fatih yang masih belum mampu membuka mulutnya lebar agak didorong kepalanya oleh bidan kearah putingku dan berhasil ia menggapai putingku tanpa perlu lagi pancingan sufor seperti biasanya. Sepulangnya bidan, aku mencoba mempraktekkan sendiri yang dicontohkan bidan tadi. Namun sering gagal, tapi beberapa kali juga berhasil. Sehingga yang gagal tadi aku balik lagi ke cara awal, dengan pancingan sufor. Aku tak ingat betul sampai kapan aku melakukan itu setiap kali menyusui, 2 minggu atau mungkin lebih. Setelahnya Fatih langsung bisa menyusu padaku tanpa pancingan sufor itu. Ternyata ujianku untuk menyusui belum selesai. Entah kenapa Fatih sering melepas puting tiba-tiba ditengah menyusu dan menjadi rewel. Setelahnya pasti kolik, perut kembung udahannya jadi sering menangis histeris. “Gatahu ini kenapa lagi aku pusing banget,” keluhku pada Mas Ade. Melewati masa sulit ini tanpa suami disamping benar-benar ujian yang berat untukku. Sampai suatu pagi saat aku menggendong Fatih, aku seperti sedang diberi petunjuk oleh Allah. Aku dibuat penasaran dengan bibir Fatih yang selama ini menjadi kendala dalam ia menyusu. Ia yang tertidur pulas dalam gendonganku, ku buka bibirnya dan aku melihat sesuatu yang pernah aku lihat sebelumnya di internet. Sebelum melahirkan Fatih, aku banyak mencari tahu serba-serbi bayi. Dan salah satunya tentang lip tie dan tongue tie. Setelah aku cocokan gambar lip tie dengan yang ada pada bibir atas Fatih, aku yakin itu benar-benar lip tie. Dan itu lip tie tipe 4. Pagi itu juga aku langsung berkabar pada Mas Ade. Kita berdua di tempat terpisah mencari tahu tentang ini melalui internet. Kami dapati memang peluang bayi laki-laki lebih besar dibanding bayi perempuan dan ini bukan suatu penyakit melainkan faktor genetik yang belakangan ini kami sadari itu keturunan dari Ibuku. Dan benar saja banyak sumber mengatakan lip tie menyulitkan bayi dalam menyusu. Itu karena bibir bayi tak luwes bergerak karna ada selaput (frenulum) yang membatasi bibirnya. Tepatnya seperti sekat yang menghubungkan gusi atas dengan bibir atasnya. Bisa disamakan dengan orang dewasa ketika minum air dari botol, akan merasa sulit ketika bibir atasnya kaku karena ada yang aku mengistilah gampangkan “sekat” itu. Artikel berkenaan dengan lip tie pasti bersanding dengan tongue tie. Aku pun mengecek apakah Fatih ada tongue tie atau tidak. Dan ternyata ada juga, tipe 2. Tindakan yang mungkin dilakukan jika itu benar-benar menyulitkan ketika menyusu adalah dengan insisi atau pengguntingan atau bahkan bisa sampai dilakukan pembedahan atau frenektomi. Tak lama Ibu mertuaku mendapatkan informasi dokter spesialis anak oleh tetangga. Pagi itu juga saya diantar Bapak mertua berangkat. Setelah berkonsultasi dengan DSA, beliau dengan mempertimbangkan berat badan Fatih yang naik bagus tidak menyarankan untuk dilakukan tindakan apapun. Menyusui Fatih memang penuh drama, namun tak pernah membuatku putus asa. Aku terus menyusuinya dan itu yang membuat berat badan Fatih tetap naik. Beranjak dari situ, sebenarnya kami masih sangsi dan ingin mencari second opinion. Pulanglah kami ke Bogor, tempat tinggalku bersama suami, kami rasa di Bogor lebih banyak dokter spesialis anak. Sekembalinya kami di Bogor, lantas mencari tahu dokter spesialis anak terdekat. Hemat cerita, kami berkunjung ke 2 dokter spesialis anak yang berbeda karena pendapat dokter yang kedua sama dengan yang pertama yaitu tidak menyarakan suatu tindakan apapun dengan alasan kenaikan bb tadi. Kemudian memberiku semangat untuk tetap mengASIhi Fatih. Dan ternyata ke dokter ketiga pun juga demikian pendapatnya. Mendapati 3 pendapat yang sama dari dokter tak membuat penasaranku hilang. Karena Fatih ketika menyusu masih suka tiba-tiba melepasnya dan menjadi rewel. Kolik sudah menjadi keseharian Fatih. Rasa penasaranku akhirnya terjawab oleh satu sumber di internet yang menyebutkan bahwa salah satu ciri bayi yang memiliki lip tie dan tongue tie adalah tidak bisa melakukan pelekatan yang baik saat menyusu sehingga menyebabkan perut kembung hingga rewel. Aku menjadi semakin down. Mas Ade mengajakku untuk ke dokter spesialis anak yang lain. Hari-hari Fatih yang rewel hingga membuat aku benar-benar lelah membuatku tak langsung mengiyakan ajakan Mas Ade. Aku butuh istirahat. Namun mataku juga tak kunjung terpejam untuk tidur. Pikiranku masih kacau memikirkan Fatih. Aku melanjutkan browsing lagi. Sampai pada akhirnya aku menemukan artikel yang kurang lebih kutipan tulisannya begini: “Lip tie dan tongue tie itu seperti karet, yang awalnya memang kaku namun jika dipakai terus untuk menyusu maka akan merenggang sendiri, maksudnya tidak membatasi atau membuat kaku bibir maupun lidah. Dan itu seharusnya dipakai untuk menyusu pada payudara Ibu bukan botol, karena puting berbeda dengan dot.” Mata sayuku berubah menjadi bersinar setelah membaca itu. Aku semakin optimis. Aku tahu ini tidak gampang untuk menyusui Fatih. Tapi ASI memang yang terbaik. Jika sebelumnya aku menjadi pejuang guru dengan murid memiliki keterbelakangan mental, aku sanggup dan semangat, maka sekarang aku harus menjadi pejuang ASI untuk buah hati. Pengalamanku mendapati Fatih yang suka rewel ketika menyusu berlangsung sekitar 4 bulan. Setiap aku merasa lemah, suami mengingatkanku pada janji Allah bahwa setiap ujian yang diberikan pasti bisa dilewati oleh hambaNya membuatku tak mau berputus asa. Aku terus mengASIhi fatih. Dan sekarang Fatih sudah berusia 7 bulan dan Fatih masih ASI. Sekarang Alhamdulillah Fatih sudah lihai dalam menyusu bahkan banyak banget sampai aku suka kuwalahan hehehe. Teruntuk para Ibu yang bayinya memiliki keistimewaan seperti Fatih, tak perlu risau karena itu bukan suatu penyakit. Jika memungkinkan, tetap berusaha mengASIhi. Apabila menemui kesulitan, semoga cara yang pernah saya lakukan cocok juga dengan bayi Ibu. Semangat menjadi pejuang ASI ya #ibujuara !

Đọc thêm
Pengalaman #IBUJUARA menyusui bayinya yang memiliki lip tie dan tongue tie
Thành viên VIP
 profile icon
Viết phản hồi

Sharing Is Caring

Assalamualaikum bunda, Semoga dalam keadaan sehat begitu juga dedenya. Dalam hidup bermasyarakat, tak jarang kita masih melakukan sesuatu berdasar faham “orang tua dulu juga begini”. Sayangnya, tidak semua hal tersebut dibenarkan secara ilmiah. Tadi saya sebutkan tidak semua hal berarti ada pula beberapa yang sudah terbukti secara ilmiah memang benar. Dan untuk hal-hal yang ternyata tidak benar ini yang kadang membuat kita risau. Baiknya kita harus lebih aktif mencari tahu infomasi fakta juga mitos sebanyak mungkin dari berbagai sumber sebelum bertindak apalagi kalau sudah menyangkut buah hati. Pasti kita sangat berhati-hati sekali ya bund. Saat mengetahui kehamilan pertama saya ini, salah satu hal yang saya cari tahu adalah tentang fakta dan mitos kehamilan. Namun saya tidak begitu merasa khawatir karena fakta mitos ini benar-benar hanya saya yang akan menjalaninya mungkin beberapa hal perlu support dari suami. Lebih jelasnya, contoh, fakta kehamilan: sebaiknya tidak mengonsumsi nangka dalam jumlah banyak karena nangka mengandung gas yang bisa menyebabkan ini itu pada ibu hamil. Yang padahal saya suka sekali sama nangka namun tidak begitu sulit untuk menahan keinginan tersebut karena saya saja yang berkenaan dengan hal itu. Nah kalau untuk fakta dan mitos seputar bayi baru lahir, ini yang agaknya membuat saya lebih khawatir. Karena dalam mengurus bayi saya ketika insyaAllah lahir nanti pasti tak terlepas dari peran orang tua juga mungkin orang lain yang membantu seperti: dukun pijat, dll. Mungkin saja saya dengan mereka akan berbeda pendapat. Maka itu saya mencari-cari informasi perihal fakta dan mitos bayi baru lahir. Ternyata banyak ya bund mitos dalam mengurus bayi baru lahir. Akhirnya saya menemukan artikel dari website TheAsianparent Indonesia yang berjudul “Mitos bayi baru lahir - 5 Mitos ini tidak benar menurut dokter”. Berawal dari artikel tersebut saya jadi tahu 5 hal yang ternyata tidak bagus untuk kesehatan bayi, padahal saya masih sering menemukan kondisi seperti itu di lingkungan saya yang memang masih kental dengan kebiasaan dulu. Sehingga artikel tadi sangat bermanfaat bagi saya dan semoga bagi bunda juga. Kembali lagi pemilik kebenaran adalah Allah SWT. Ditambah dengan doa dan tentunya be careful pada setiap sesuatu yang mau kita lakukan untuk anak tercinta kita. Semoga semuanya selalu dalam lindungan Allah. #SharingIsCaringTAP

Đọc thêm
 profile icon
Viết phản hồi