#Ibujuara "Berjuang Pasca Kuret Blighted Ovum"
K E H I L A N G A N Jumat, 20 Desember 2019 Hari ini, usia pernikahan kami masihh saangaat muda namun Allaah menitipkan amanah garis 2 dalam rahimku, perasaan hati kini diselimuti kebahagiaan Meski sejak awal menikah, suami tengah sibuk-sibuknya dinas luar keluar kota. Mungkin 3-7 hari baru pulang ke rumah namun aku tidak merasa sepi karena ada yg tumbuh dan berkembang dalam rahimku Saat itu usia kehamilanku menginjak 4 minggu, Dan di usia 5 minggu aku mencoba memeriksakan diri ke dr. SpOG melalui USG tranvaginal, dr menyatakan baru hanya kantung, dua minggu atau sebulan lagi aku diharuskan memeriksakan diri kembali dan berharap ada janin kecil yg tumbuh dalam rahim Namun belum genap 7 minggu, darah kecoklatan terlihat bergaris di kain yg aku kenakan. Setiap Hari tentunya hati ini di selimuti rasa gelisah, apa kah kamu baik2 saja nak? Apakah kehamilanku ini normal? Di usia kehamilan 8 minggu, suami setia mengantarkanku kembali k dr.SpOG, USG transvaginal kembali ku jalani "Liat Bu, janin ibu MATI, janin ibu GA BERKEMBANG, atau malah GA ADA JANIN nya sama sekali, besok saya jadwalkan KURET" Seketika dunia ini gelap, aku terdiam sendu. Allaahkuuuu, ingin rasanya menjerit sekeras2nya. Suami terdiam, mendengar penjelasan dokter yg dengan tegas tanpa belas kasihan mematikan harapan kami Aku berjalan tertatih mendekati suami, seakan kaki ini tak lagi menginjak ke bumi. Yaa Rabb sesakit ini kah kehilangan harapan tumbuh dan berkembangnya buah hati? Singkatnya, kami pulang, sepanjang perjalanan aku menangis meraung. Mertua berdiri d depan pagar menyambut dengan senyuman menunggu kabar baik menghampiri. Namun harapan itu pupus, Melihat wajahku sembab, ia memeluk erat tanpa bertanya, menenangkan aku, dan memberikan segelas minum putih Setelah aku terdiam, barulah bertanya dengan lembut, ku jelaskan dengan kembali tersedu. "Nak, semua hanya titipan, bila Allaah berkehendak Dia akan memberikan di waktu yg tepat" Sepulang dari dr. SpOG, suami memelukku erat, membaringkan aku, dan mengelus rambutku, dia mencoba untuk kuat meski ku tau diapun hatinya tengah rapuh "Sayang, bersabarlah, aku tau ini berat buat kita. Tapi kita punya Allaah, jikalau Allaah berkehendak menitipkan amanah nya Allaah pasti titipkan" . . Aku bertahan, aku kuat, aku bisa demi anakku Aku bertahan selama 2 minggu, bersama darah segar yg setia menemani. Hingga waktunya tiba aku diantarkan suami memeriksakan diri k dr. Lain (dr.Edy Pindad) Menceritakan segala keluhan, flek, pendarahan, kram, sakit perut, gelisah, dan satu lagi "Selalu bermimpi KEGUGURAN" . "Bu, ini ada kemungkinan Blighted Ovum, tapi kita ga boleh nyerah. Anak itu titipan Allaah. Kantung nya masih bagus dan sempurna bulatannya, mudah2an ada janin yg ngumpet, saya akan liat lagi 2 minggu kedepan, saya resepkan vit dan penguat kandungan. Minta dan berdoa dg khusyu sama Allaah, Allaah yg Maha Menghidupkan" . Kami bersemangat, meski dengan sedikit harapan. Setiap 2 jam sekali mertua memberi kan makanan, sayur sop, daging, susu, es krim dll agar janin bertumbuh dan kembang dg baik. Aku hanya terbaring selama 2 minggu di atas kasur, sesekali berdiri ke kamar mandi Berat badan bertambah dg pesatnya, (10 kg) dalam waktu hanya 4 minggu. Singkat cerita, 2 minggu berlalu, kami kembali memeriksaan keadaan dede dlm rahim dr. Risya, "bu, diagnosa kami dari 4 dokter sudah tegak yaa, Blighted Ovum, kalau ibu siap, kita jadwalkan kuret sore ini". Tepat di usia kehamilan 13 minggu, dengan ukuran kantung 8 minggu Dengan hati yg mencoba untuk ikhlash, aku berusaha tersenyum perih, "Baik dok insyaaAllaah siap" . . Saat itu posisi suami harus kembali ke kantor, tidak bisa menemani aku melalui tahap demi tahap melepaskan buah cinta kami berdua Umi, dengan setia menemani. Pengecekan Lab darah, Lab Urine. Pengambilan sampel darah d lengan, di jari telunjuk, di telinga, dan sedikit sample urin Aku hanya berusaha tegar, mengelus2 perut dg penuh harap. Nak, sesingkat inikah kebersamaan kita? Menjelang ashar aku memasuki ruang perawatan, perawat memberikan obat yg masukan dlm anus, mulai lah ujian ini berat ku rasa Perut Mulas tak karuan, keringat dingin mulai membasahi baju yg sedari pagi ku kenakan, hausss, bibir ini kering, namun sayang dokter tidak mengizinkan aku minum walau hanya seteguk air, aku merintih kesakitan, umi mengelus menguatkan, "mi, maafkan anakmu, ternyata seperti ini perjuangan seorang ibu".. selang beberapa jam, tulang punggung terasa begitu menyiksa saaaakiit luar biasa. Perawatpuibu menyiapkan jarum besar untuk infus, aku d papah menuju ruang yg berdekatan dengan bayi2 yg baru saja di lahirkan. Baru saja aku d baringkan, bayi mungil disimpan d box tepat di sampingku, bayi itu tersenyum menatap ku seakan memberi kekuatan "Allaahku, hati ini tersayat melihat senyuman bayi yg baru saja terlahir, namun bukan dari rahimku" Selesai infus, saudara2 berdatangan. Sedang aku, dengan kursi roda memasuki ruang oprasi. "Sudah siap?" Tanya perawat Ruang oprasi. "Belum teh, boleh nunggu suami dlu dateng?", perawat meng-iyakan. Hujan tiba2 saja turun dengan derasnya, mungkin langit pun ikut menangis. Suami belum kunjung datang, telpon ga diangkat. Ternyata ia tengah berjuang menembus tangisan langit yg bertambah deras, berlari memasuki ruang tunggu Oprasi. Dengan baju basah kuyup ia memberikan aku kekuatan, "Sayaaang, semangattt yaa" mencium keningku, seketika aku kuat kembali. "Teh, saya siap" Aku masuk keruang oprasi yg sangaaat dingin menyelimuti tubuh yg hanya di berikan sehelai kain. 1, 2, 3... hanya dalam hitungan 3 detik aku tak sadarkan diri.. Beberapa saat kemudian, aku terbangun, suami menatapku dengan penuh semangat, dan aku siap memulai hari baru. Dirumah, sepulang pemulihan pasca kuret. Saat mata mulai terlelap, aku mendengar rintihan tangis yg ku rasa sangaaaat dalam. Aku memeluknya dari belakang, "sayang, kenapa?" "Selama ini mas mencoba kuat untuk kamu sayang, dan malam ini izinkan mas menangis meluapkan kepedihan perihnya kehilangan yg selama ini kamu rasakan. Kuatkan mas, sayang.." Ku tau selama ini kamu rapuh sayang, kamu hanya berusaha terlihat kuat untuk menguatkan aku. Dan ketika aku mulai kuat atas kekuatan mu, kamu kini memperlihatkan rapuhmu. Dan aku, disini untukmu. #IbuJuara #IbuJuara
Đọc thêmApakah Bunda bahagia saat merasakan kehamilan? Saya rasa Ya, apalagi janin yg hadir dalam diri kita adalah yg selama ini bertahun tahun kita tunggu dan baru Allaah titipkan Namun sayang, dokter spesialis kandungan saya berkata bahwa sedikit sekali wanita bersyukur atas nikmat kehamilan Bersyukur kata beliau, bukan hanya mengucap hamdalah dilisan. Banyak sekali wanita2 yg melakukan ini, "alhamdulillah". Tapi sedikit sekali wanita yg benar2 bersyukur dengan perilakunya. Bersyukur dengan cara mendekatkan diri beribadah kepasa Allaah Bersyukur dengan tidak mengumbar kebahagiaan di dunia maya yang terlihat banyak orang, sebab banyak sekali hati yg harus dijaga. Diluar sana banyak sekali wanita yg belum di amanahkan Allaah titipan malaikat kecilnya, bayangkan bagaimana jika Allaah mengambil kembali amanahnya? Baru lah kita menangis sesenggukan Bersyukur dengan cara makan makanan yg sehat dan teratur, tidak menuruti ego dan hawa nafsu dengan alasan "ngidam". Kalian pernah baca bukan? Ada yg ngidam makan sabun, ngidam makan makanan yg tidak ada mamfaat nya sedikitpun bagi janin yg Allaah tiupkan ruh di dalam nya Tanyakan lah dalam diri, mau sampai kapan kita kufur akan nikmatNya? dr. Edi, Sp.OG #bantusharing
Đọc thêm