Hallo bun, selamat malam. Apa kabar bunda-bunda disini? Semoga senantiasa dalam keadaan sehat dan bahagia ya 🥰 Mau sedikit cerita nih bun, 2 hari lagi anak saya udah 7 bulan, anak saya sehat dan aktif Alhamdulillah. Lebih bersyukur lagi karena anak saya sudah bisa merangkak dengan lancar sejak 3 minggu yang lalu, bahkan seminggu terakhir ini sudah mulai belajar berdiri sendiri (berpegang pada benda-benda kokok tanpa bantuan). Nah, yang jadi masalah adalah... Anak saya belum bisa duduk mandiri😓 Segala bentuk stimulasi duduk yang dianjurkan sudah saya lakukan, tapi saat didudukkan anak saya malah ambil posisi merangkak, jadi duduknya ga pernah fokus. Ada ga sih yang sama seperti anak saya? Yang saya takutkan nantinya perkembangannya jadi terhambat karena melompati fase yang seharusnya. Bunda-bunda boleh kasih masukan atau solusi untuk masalah yang tengah saya hadapi? Kalau ada yang berpengalaman boleh banget sharing disini ya bun, agar saya bisa belajar lagi. Sebelumnya terimakasih ❤️ #bantusharing #seriusnanya #pleasehelp #ingintahu #jangankecamjustbertanya
Đọc thêmSelamat sore bunda-bunda. Udah lumayan lama ga post di TAP, hari ini saya mau cerita sedikit masalah timbang bb anak di posyandu. Kejadiannya tanggal 9 Desember lalu, tapi saya baru ke post sekarang. Jadi tanggal 9 lalu anak saya tepat 6 bulan, seperti biasa tiap bulannya selalu cek kenaikan bbnya dong pasti... Biasanya saya timbang bb+imunisasi itu di dsa, tapi berhubung saya lagi ada di kampung suami jadi saya timbang bb anak ke posyandu (karena disini dsa jauh). Datang ke posyandu saya udah deg-degan parah karena takut bb anak ga naik atau seret, karena anaknya lagi lincah banget. Pas ditimbang pakai timbangan dacing bener aja bb-nya 8,1kg (persis seperti kenaikan bulan lalu) yg artinya bb anak saya gaada kenaikan sama sekali. Tapi...... Karena saya ga percaya, jadi saya minta ditimbang pakai timbangan digital dan ternyata bb nya 8,2. Disitu saya syok, terus tiba2 kadernya nyeletuk "kok anaknya naiknya irit, kurang gizi kali tuh" ya saya tambah syok dong karena saya yg notebene nya baru kesitu dan dapat perlakuan seperti itu pastinya jengkel😢(padahal tiap bulan kenaikan bb anak saya selalu normal) Akhirnya saya pulang dengan hati yang penuh tanda tanya, masa iya selama sebulan anak saya cuma naik 1 ons padahal menyusu kuat, tapi mungkin karena anaknya sedang aktif jadi bb nya sedikit naiknya. Hari berikutnya saya coba timbang di puskesmas dan benar aja bb anak saya ga naik 100gram tapi 500gram (jadi 8,6kg). Ini saya bingung kenapa selisih nya lumayan jauh meleset karena ketidak akuratan timbangan nya, dan image posyandu dimata saya jadi negatif😥 Bunda-bunda disini ada gak sih pengalaman miring/ga enak ketika imunisasi anak di posyandu? Kalau ada boleh sharing dibawah yaaa. Note: postingan ini tidak bermaksud menyudutkan pihak manapun, namun semoga yang bersangkutan bisa memperbaiki sikap serta keakuratan mengenai timbangan atau alat ukur lainnya. #seriusnanya #bantusharing #ingintahu
Đọc thêmHallo bun, pernah ga sih terbesit pertanyaan seputar parenting seperti "apakah orang tua bisa menjadi toxic ke anak?" Jawabannya adalah IYA. Masa sih? Ga mungkin ah, setiap orang tua pasti memberikan yang terbaik buat anaknya. memangnya ada bukti secara ilmiah nya? Yuk disimak. Ketika orang tua membentak, menyindir, merendahkan, memberi aturan yang ambigu, atau tidak memenuhi kebutuhan anak, maka anak akan melepas hormon yang namanya HORMON KORTISOL. Jika situasi tersebut terus terjadi, maka anak akan terus-menerus mengeluarkan hormon ini. Apa ada akibatnya? tentu. Hal tersebut akan berpengaruh ke fisik maupun psikis anak. Seperti: kecemasan berlebihan, kemarahan berlebihan, bahkan berpotensi memiliki penyakit tidak menular seperti diabetes & stroke, dst. "Tapi kan.. kita juga manusia biasa yang tidak bisa sempurna 100%. Ada kalanya khilaf membentak anak, padahal ga ada niat untuk itu". Ya betul.. oleh karena itu orang tua punya 'jatah salah' 1/3 dari total interaksi. Anak tetap bisa berkembang secara optimal, walaupun orang tua pernah tidak memenuhi kebutuhannya, salah berkomunikasi, dst. Yaitu sebanyak 1/3 dari total interaksi, karena memang tidak ada manusia yang sempurna. "Teori gampang, ngomong mah juga gampang banget. Prakteknya yang susah." "Jadi orang tua itu susah tau ga sih? Aku hampir tiap hari bentak anak karna ada aja tingkahnya yang ngeselin..." Dan ya memang betul, menjadi orang tua memang sangat menantang. Oleh karena itu perlu kita PERSIAPKAN SECARA MATANG, jangan sampai anak yang menanggung akibat dari ketidaksiapan kita menjadi orang tua. Anak perlu orang tua yang siap, orang tua yang bahagia, orang tua yang mau untuk belajar. Orang tua yang tahu bahwa teori juga bukanlah hal mudah. Karena teori dibangun dari berbagai pengalaman & data ilmiah yang direnungkan. Yang mana kita sebagai orang tua, JUSTRU perlu mempelajari agar kita lebih mampu mengerti anak. Semoga kita menjadi orang tua yang siap dan benar-benar tahu tujuan memiliki anak. Bukan hanya sekedar sebagai pemuas ego atau agar terhindar dari "nyinyiran" orang sekitar. #parenting #parentskeceTAP #smart #ilmuparenting #edukasiibudananak Sumber referensi: The Science of Parenting (Margot Sunderland)
Đọc thêmHai bunda.. Saya sedang dilema masalah kb, sebelum membuat pertanyaan ini saya sudah berdiskusi sama suami perihal alat kontrasepsi mana yang akan kami gunakan tapi suami juga bingung😁 Kalau boleh tau alat kontrasepsi apa yang bunda-bunda pakai? Adakah efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi tersebut? Sekalian sharing tentang plus minusnya. Terimakasih sebelumnya untuk yang berkenan membaca dan memberi jawaban🙏 #seriusnanya #seriusnanya #bantusharing #bantusharing #pleasehelp #pleasehelp
Đọc thêmKOMENTAR 'IYA', BANTUIN 'NGGAK'
Pernah ngalamin? Kalimat ini terinspirasi dari curhatan para ibu yang katanya, rasanya apapun yang dikerjakan, adaaaa aja yang komen. Tapi itu dia, komen doang, bantuin enggak🥴 "Itu ASI-nya kurang ya!" Tapi udah aja gitu ga bantuin ngasih solusi gimana caranya biar ASI-nya cukup. Malah bikin beban pikiran. "Itu anaknya nangis terus tuh!" Terus yaudah gitu aja ga ada faedah apa-apa, bantu enggak, nambah stress iya. "Ngapain sih cape-cape pompa...." Ngasih semangat nggak, bikin sewot iya. "Kapan punya anak/nambah anak?" Padahal ga tau struggle apa yang sedang di alami oleh orang yang ditanya. "Kapan nikah?" Bayarin resepsi enggak, nyebelin iya. ...Dan masih banyak lagi.... Kadang, komentar kaya gitu dianggap sepele dan biasa aja. Di anggap lumrah. Padahal bikin yang dengernya pusing stress dan kepikiran. Menganggap pertanyaan kaya gitu sebagai bentuk "care" padahal "I don't care" karna cuma tanya/komen tapi ga bantu ataupun kasih solusi. Walau ga mudah, tapi semoga sebelum berkomentar atau bertanya, kita bisa belajar mengerem apa yang ga perlu, ga penting, dan berpotensi memberi dampak negatif buat orang lain. Serius ga ada untungnya.. Daripada komentar negatif, kenapa nggak diganti dengan menawarkan bantuan.. dan memberikan apresiasi? Buat para bunda yang pernah/sedang mengalami hal itu, saya pernah baca postingan "bahwasanya kita tidak memiliki cukup banyak tangan untuk menutup mulut kotor mereka, tapi 2 tangan kita cukup untuk menutup telinga dari omongan jahat orang lain". Just in case you're forgotten today: Life isn't easy, but you managed to get this far. You did great❤️ #bantusharing #bantusharing #bantusharing #bantusharing #sc #zahrakhayra
Đọc thêmSelamat malam bunda bunda cantik, pada ngapain nih malam minggunya? Lagi kumpul bareng keluarga atau lagi main sama si kecil? Kalau saya lagi galau dan bingung nih, kalau bunda berkenan tolong bantu kasih jawaban dan saran ya bun ke saya🤗 Jadi ceritanya saya dan suami 3 bulan ini tinggal dirumah mertua, alasannya karna saya melahirkan dikota suami. Selama ini saya tidak pernah berselisih paham ataupun bermasalah dengan keluarga suami, tapi ada satu yang mencuri perhatian saya yakni keponakan suami (sebut saja ahmad). Nah ahmad ini usianya 7 tahun bun, tapi postur badannya sangat kecil sekali bb nya cuma 12kg dengan tb 105cm. Saya searching google dan tanya ke dsa waktu cek anak saya katanya beratnya jauh dibawah bb seharusnya, terus disuruh bawa si ahmad buat ikut kontrol ke dsa (karna waktu saya bawa anak saya dia ga ikut) biar tau jikalau ada sesuatu (indikasi medis yang serius). Saya kasih tau ke ortunya (ipar saya) supaya dibawa ke dsa ahmadnya tapi ipar saya gamau, alasannya anaknya sehat dan aktif, terus malah dibelikan vit macem2 buat naikin bb si ahmad.😌 Oke skip bb dan tb.. Nah bun, ahmad ini juga suka (maaf) aneh. Kadang suka ngomong-ngomong sendiri, awalnya saya anggap wajar karna masih anak2 mungkin lagi berimajinasi, tapi semakin kesini saya merasa kalau dia kurang bisa berkomunikasi. Waktu saya dan suami ajak bicara dia kayak ga nyambung gitu bun, saya tanyakan dia sudah makan atau belum dia jawab masalah lain (misal: "ahmad tadi lari dikejar ultramen"), dan itu selalu terjadi setiap diajak ngobrol tentang apapun sama siapapun, selalu ga nyambung sama apa yang ditanyakan atau dibicarakan. Apa itu efek screen time yang berlebihan ya bun? Karna dia selalu dikasih hp sama mamanya, gapernah diajak main keluar atau belajar bareng explore dunia luar. Diajak main sama teman-temannya juga begitu bun, ga nyambung. Alhasil dijauhin terus sama temennya, dan ujung-ujungnya main hp lagi. Yang jadi pertanyaan saya 1) normal ga sih anak umur 7 tahun dengan bb dan tb segitu? Karna saya baru belajar tumbang anak 0-2 tahun bun, belum sampai 7 tahun. 2) apakah normal anak 7 tahun belum bisa konsentrasi saat diajak bicara atau komunikasi? Disclaimer, saya bukannya ingin ikut campur masalah anak ipar saya. Saya hanya sekedar khawatir dan ingin tahu, perkembangan anak normal yang sesuai dengan usianya🙏 bantu sharing ya bunda2 cantik, maaf jika tulisan saya tidak rapi. Terimakasih🤗🤗 #seriusnanya #seriusnanya #bantusharing #bantusharing #bantusharing #bantusharing
Đọc thêmMelahirkan dengan Sectio Caesaria (SC) alias operasi caecar. Dalam buku Ibu Alami, "Melahirkan dengan operasi cesar bukan berarti Anda tidak melahirkan. Pengalaman unik anda dalam melahirkan jangan diremehkan hanya karena Anda tidak melahirkan alami.” Dan inilah pengalaman unik yang hanya dialami saya dan Emak-Emak Caesarian lain. 1. Meninggalkan malu di rumah Dalam kondisi sehat dan sadar sesadar-sadarnya, sebelum masuk ruang operasi rambut pubis dicukur oleh orang yang sama sekali nggak kita kenal. Umumnya bidan cewek sih, tapi tetep aja orang lain. Setelah itu, dia akan memasukkan selang kateter yang kelak menjadi sahabat hingga pasca operasi. Yes, dia memasukkan selang ke lubang kita buang air kecil. Setelah operasi pun kita dimandikan oleh perawat. Yang namanya mandi ya pasti telanjang. So.. Relax, and open your legs, dear. 2. Single fighter yang dikeroyok Emak-Emak Caesarian adalah single fighter yang tangguh. Bagaimana tidak? Dia berjuang sendirian, dikeroyok beberapa paramedis dan setidaknya tiga dokter spesialis: spesialis kandungan, spesialis anastesi, dan spesialis anak. Nggak ada suami atau kerabat dekat yang menemani di ruang operasi saat kami berjuang mengantarkan jabang bayi ke dunia. 3. Bisa denger semuanya tapi.. tak berdaya. Ini yang seru. Selama operasi berlangsung, kami dibius spinal. Setengah badan ke bawah mati rasa. Menggerakkan jempol kaki aja nggak bisa. Tapi kami sadar dan sober. Kami tahu betul apa yang terjadi di ruang operasi melalui indra pendengar. Selain bunyi hospital beeps, saya bisa mendengar dengan jelas topik apa saja yang jadi obrolan para dokter dan tenaga medis sepanjang operasi berlangsung. Percaya atau tidak, selama dioperasi, tim medis yang menangani saya heboh bercanda tentang kontroversi masuknya Go-Jek ke Tegal. Topik ini merembet sampai kalau tenaga medis ini kehilangan pekerjaan, mending jadi tukang ojek atau tukang salon? Huft! Saya mau ikutan njawab, tapi kok ya lemes. Nggak bisa bangun juga. Ya sudahlah. 4. Terima kasih, Tirai! Kami, emak-emak Caesarian di seluruh dunia, berterima kasih pada tirai yang dibentang melintang di atas dada kami. Berkat tirai tersebut, kami tidak perlu melihat darah-darah dan berlangsungnya operasi. 5. Disalib Apapun agama dan kepercayaannya, emak-emak caesarian di manapun berada pasti disalib selama operasi. Tempat tidur untuk operasi punya ‘sayap’ yang bisa dibentangkan menjadi salib. Ketika operasi berlangsung, kedua tangan kami diikat di sayap itu. 6. Ditindih dokter Memangnya kalau SC terus bayinya bisa lompat keluar sendiri dari perut gitu? Ye kali.. Emak-emak Caesarian memang tidak mengejan, tapi kami ditindih dokter. Bisa satu atau dua dokter, tergantung tenaganya. Mereka mendorong perut dari atas kita supaya si jabang bayi segera keluar. Sakit? Enggak lah. Kan sudah dibius. Nggak kerasa apa-apa, selain sensasi soothing saat jabang bayi yang didorong itu turun dan keluar. 7. Ketika tirai dibuka.. Lega! Operasi selesai. Tinggalkan rumpian Go-Jek, hospital beeps, dan denting peralatan medis beradu di ruang operasi. Begitu tirai di atas dada dibuka, bersiap untuk ke kamar rawat inap. Dengan kata lain, kita akan menikmati sensasi efek anastesi yang berkurang secara perlahan (tapi pasti), yang diawali dengan gigi bergemeletukan kedinginan. 8. Dicari: Perawat Tangguh! Pasca operasi, hidup kami bergantung pada perawat tangguh. Perawat di sini bukan profesi orang rumah sakit itu, melainkan keluarga atau kerabat yang merawat kita. Mereka harus selalu siaga satu, anti-capek, dan nggak takut darah. Setidaknya 24 jam pertama pasca operasi, kita nggak bisa merawat diri apalagi merawat bayi. Nah, perawat ini yang menangani semuanya mulai dari mengganti popok, membedong bayi, sampai mengambilkan bayi dari kereta ke kasur untuk disusui. Dia juga yang menyuapi kita makan dan minum, mengawasi air seni di kantong kateter, mengambilkan ini-itu, bahkan mengganti pembalut. Terima kasih pak suami dan emak, Perawat Tangguh! 9. Tidur miring itu prestasi, duduk tegak itu juara Kita dihadiahi sayatan sekitar 15 cm di bawah perut oleh SC. Ini bukan lecet ya, tapi sayatan. Jadi sakitnya sungguh dahsyat, nggak bisa diremehkan. Jangankan turun dari tempat tidur, gerak saat berbaring saja sakit. Meski demikian, kami harus latihan tidur miring. Iya, tidur miring doank. Bisa tidur miring satu menit sehari setelah operasi saja sudah prestasi lho, apalagi kalau bisa duduk. Beuh, juara! 10. Latihan nafas buat nahan bersin dan batuk Nggak jadi bersin itu nyebelin nggak sih? Lebih nyebelin lagi kalau harus menahan bersin. Batuk juga. Soalnya, bersin dan batuk pasca SC itu bisa jadi bencana banget. Hentakan di perut saat bersin-batuk itu lho, sakitnya warbyasak! Jadi daripada jahitan rusak, perut makin nggak karuan, ditahan aja batuk dan bersinnya buat kapan-kapan. Hehe.. 11. “Sudah bisa duduk, Bu?” Setiap sekian jam, perawat masuk ke kamar. Entah cek tekanan darah, cek infus, dan sebagainya. Dan setiap perawat yang masuk, saya ulangi, SETIAP perawat yang masuk akan bertanya, “Sudah bisa duduk, Bu?”. Bonus: "Sudah bisa kentut, Bu?" Yang bonus ini boleh dijawab, "Sudah, mau bukti?" 🙄 12. ‘Nyeri’ di luar sayatan Ada lagi sumber nyeri selain bekas operasi. Pertanyaan dan komentar orang-orang. Terkadang yang satu ini justru bikin nyeri di ulu hati dan nggak bisa diredam pain killer. “Kenapa SC?”. Siapkan template jawaban, karena pertanyaan ini yang paling sering diajukan. “Kayaknya orang jaman dulu nggak ada yang SC, tapi lancar-lancar aja lairannya.” Betul Jeng, makanya dulu angka kematian ibu & bayi tinggi banget. “Enak donk nggak ngerasain sakitnya kontraksi.” Yang VB juga enak kok Jeng, nggak ngerasain sakit di bawah perut selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan. “Sayang ya, padahal kan pahalanya ibu yang melahirkan normal lebih banyak.” Situ malaikat pencatat amalan, Jeng? Kesimpulannya, melahirkan melalui vagina maupun operasi sesar itu sama saja. Sama sakitnya, sama berjuangnya. Kalau VB sakit sebelum lahiran, kalau SC sakitnya setelah lahiran. Bagaimanapun cara Emak melahirkan kalian adalah pahlawan 😊 #seriusnanya #seriusnanya #seriusnanya #seriusnanya #bantusharing #bantusharing #bantusharing sc: Facebook
Đọc thêm