2 Bulanku Menjadi Ibu #Ibujuara
Masih teringat olehku, samar tapi membahagiakan, saat dokter pertama kali memperlihatkan anakku di meja operasi itu. Itu pertemuan pertama kali, tangisnya kencang, aku hanya tersenyum. Kali kedua adalah saat bayiku sudah dibersihkan, sudah dibalut kain dan ditempelkan ke dadaku, sungguh cerdas, dia sudah bisa simulasi menyusu walau masih pelan, gemas sekali. Masih teringat jelas, saat pertama kali bertemu diluar ruang operasi. Aku dan suami menanti kehadirannya di ruang rawat inap. Aku tersenyum lebar saat pertama kali lagi bertemu dengannya, walau rasa sakit akibat hilang perlahannya bius, aku tetap bisa tersenyum, sungguh momen yang amat membahagiakan. Semuanya membahagiakan, sampaiii bayi ini tak kunjung tidur dimalam hari! Hehe. Aku sudah sangat mengantuk, tapi si bayi masih sibuk membuka mata, sesekali merengek dan aku bingung harus bagaimana. Benar benar hanya berdua dengan suami sepulang dari rumah sakit, kita lalui malam demi malam dengan tangisan bayi, melelahkan tapi tetap membahagiakan. Selalu ku syukuri, diluar sana pasti banyak pasangan yang ingin begadang demi buah hati. Alhamdulillah kita diberi rasa mengalami nya. Selain begadang, menyusui adalah momen tersulit menurutku, sakit sekali, ingin nangis rasanya, tapi apa dikata kalau aku menyerah berarti bayiku tak makan. Oleh karenanya, sakit sakitpun ku tahan, ku susui terus, sesekali ku pompa dan stok di lemari pendingin. Melewati satu bulan, alhamdulillah menyusui sudah aman dan nyaman, tak lagi terasa nyeri, semua sudah aman terkendali, senangnya bisa mengASIhi dengan mudah dan nyaman. Perihal memandikan, karena berdua mau tak mau kau harus berani dan belajar, awalnya ngeri sekali, tapi makin kesini aku makin pandai, hehe Ada satu hal yang sempat membuatku panik, yaitu ketika awal awal memperhatikan anakku buang air besar. Mukanya tiba tiba menghitam, lalu memerah dan memang kembali lagi ke kulit semula, tapi proses hitam ke merah durasinya beberapa detik dan itu membuat aku dan suami panik. Kita kira ia tak bisa napas, rupanya ia sedang 'ngeden'. Hehee gemas sekali :) Pernah suatu malam anakku tak kunjung tidur, setiap beberapa menit pasti menangis. Ku simpulkan dia sakit perut karena perutnya kembung dan banyak kentut, selain itu juga karena akupun sedang sakit perut. Sedih sekali rasanya, aku ikut menangis ketia anakku menangis, sampai mata ini bengkak melebihi mata anakku, sesakit itu ternyata melihat anak sakit. Benar adanya doa kepada Tuhan yang meminta "Biar aku saja yang sakit, jangan anakku". Baju new born rupanya tak lama dipakai, anakku cepat sekali besar. Sekarang sudah 2 bulan 1 hari, tapi beratnya sudah 6.5kg, mashaAllah. Belum lagi kuku kukunya yang cepat sekali pelanjang, PIC memotong kuku adalah suamiku, katanya degdegan kalau potong kukunya. 2 bulan yang indah dan menyenangkan, terimakasih Tuhan telah hadirkan dia dalam kehidupan kita. Tak hanya senang karena dititipkan buah hati, tapi aku juga amat senang karena dapat mengetahui seperti apa suamiku. Dia tetap menjadi suami yang bertanggung jawab, penyayang, perhatian dan amat sangat memenuhi ekspetasiku sebagai istri. Terimakasih suami sudah cepat tanggap saat istrimu melalui momen menjadi Ibu baru dan pasca sesar. Benar benar membantu. Ibu bisa menjadi #IbuJuara karena memang ada Ayah yang setia dan mendukung disana :) #IbuJuara
Đọc thêmSaya Sesar, Terus Kenapa? Masalah? #IbuJuara
Foto yang saya upload adalah foto ruangan dan suami ketika saya dirawat pasca sesar. Iya, saya lahiran dengan operasi sesar, kenapa memang? Masalah? :) Diusia kehamilan 38 minggu, hati ini sudah tidak karuan, sesenang itu menunggu kontraksi, tapi deg degan juga akan sesakit apakah kontraksi itu. Tapi, sepulang kontrol dari dokter semuanya berubah. Air ketubanku masih bagus, pengapuran plasenta belum terlalu mengganggu, tidak ada lilitan, bb bayi bagus, posisi sudah mantap tinggal tunggu masuk panggul, semua oke, kata dokter. Tapi ketika "cek dalam", dokter bilang si tulang jalan lahirku pendek. Takut dikira berbohong, suamiku pun disuruh ikut 'masuk dan memeriksa'. "Coba lebarkan jarinya pak, sudah? Menurut bapak selebar ini masuk gak kepala bayi?" Tanya dokter. Suamiku menggelengkan kepala bingung "sempit ya dok" Jawabnya. Ibarat pintu, si bagian atasnya pendek, begitu kira kira penjelasan singkatnya. "Karena ini tulang, kalo lemak atau otot masi bisa diterobos kepala bayi" Jelas dokter. Dokter menjelaskan kekhawatiran akan nyangkutnya kepala anakku ketika nanti proses lahiran normal. "Nanti nih, ibu udah cape udah sakit kontraksi sampe bukaan sembilan, eh gabisa keluar nyangkut kepalanya, ujung ujungnya sesar" Ucap dokter lagi. Dokter menceritakan kalau tidak hanya aku yang punya kasus seperti ini, ada juga pasien lainnya yang begitu. "30% bu menurut saya keberhasilan lahiran normalnya, nah kalau ibu mau memperjuangkan 30% itu ga apa apa, kita coba normal dulu" Ucap dokter. Dokter tetap mendukungku untuk normal, tapi tetap juga memberi informasi mengenai hal hal yang bisa terjadi dengan kondisiku. Singkat cerita, karena tak mau ambil resiko, aku dan suami memutuskan untuk sesar setelah berbicara dengan keluarga. "Ga apa apa yang penting sehat selamat ibu dan bayinya" Ucap suamiku, beliau sangat mendukung keputusan untuk sesar. Jujur, memang sedih karena ini kehamilan pertamaku, aku ingin merasakan lahiran normal, merasakan kontraksi merasakan hal lainnya yang memang seharusnya dirasakan ketika akan lahiran normal. Tapi Allah berkehendak lain, esoknya aku langsung sesar, tidak merasakan mulas kontraksi, dan langsung operasi. Jadi aku sudah tidak bisa lahiran normal, karena perkara tulang jalan lahirku ini, tak apa syukuri saja. Aku berpikir kembali, Allah menyayangiku amat sangat, sehingga Allah tak ingin memberiku rasa sakit kontraksi, pikirku begitu saja agar hatiku tetap bahagia. Aku memilih dokter kandunganku, dan akupun harus percaya dan mengikuti saran dokterku. Dokter selalu memberikan yang aman dan terbaik untuk pasiennya, aku percaya dokterku! Tapi, kerabat dan teman bilang "coba cari second opinion, dokter kan emang biasa cari untung dengan sesar" Ah sudahlah, musim pandemi gini seram amat kalau harus hilir mudik keluar masuk klinik/rumah sakit lain untuk mencari second opinion. Aku bulatkan tekad untuk sesar saja ikuti saran dokter. Memang apa yang salah dengan sesar? Pikirku lagi. Lahirlah buah hati kami di tanggal 20 Oktober 2020, dengan proses sesar yang nyaman, aku mendengar bayiku menangis kencang. Dokter menunjukan bayiku "nih bu, besar sekali, ga kebayang kalo lahirnya normal" Jelasnya. Berat bayiku 3.3kg. Alhamdulillah, Allah selalu memberi jalan terbaik untuk HambaNya. Aku dan anakku sehat dan selamat.ibujuara Pemulihan sesar memang tidak mudah, tapi berkat dukungan dan bantuan suami yang amat sangat banyak, aku bisa melewati itu semua. Setelah lahiran, yang ditanyakan setelah nama bayi dan jenis kelamin bayi adalah "lahirannya normal apa sesa?" Selalu begitu :) Setiap ada yang bertanya aku selalu menjawab "sesar, kenapa emang?". Yes, saya sesar, terus kenapa? Hehe. Selanjutnya adalah bertanya, "Kenapa ko sesar?" Aku jelaskan singkat penjelasan dari dokter. Respond yang mendengarkan ada 2 jenis, yang pertama kira kira seperti ini "ogituu, iya ga apa apa sesar normal sama aja yang penting selamat yaa". Yang kedua yaitu "itumah dokternya aja lagi cari uang". Hehehe bebaslah opininya. Ketika memilih dokter kandungan, berarti kita juga memilih untuk sepakat, dan berkomitmen dengan dokter itu, dan aku begitu, mengikuti saran dan masukannya, aku tau dokter menyarankan yang terbaik untukku. Iya, saya sesar, memang kenapa? Saya tetap seorang Ibu! #Ibujuara
Đọc thêmIbrahim, karena kehadirannya aku menjadi Ibu #IbuJuara
Namanya Ibrahim, karenanya aku menjadi Ibu :) senangnya, Alhamdulillah. Satu tahun aku dan suami menanti kehadirannya, selama satu tahun sudah banyak test pack yang ku buang karena hasilnya selalu negatif. Pernah menangis, pernah bersedih, pernah juga kesal, mengapa selalu negatif? Sering juga menggerutu sendiri, berkeluh kesah kepada Tuhan yang tak kunjung juga mempercayaiku untuk memiliki buah hati. Tapi memang benar, Anak adalah rejeki, akan hadir di waktu yang tepat, MashaAllah. Setelah satu tahun, garis dua itu terlihat, senangnya aku bukan mainmain, begitupun suami. Mungkin banyak yang bilang, baru juga setahun ko udah panik aja belum hamil, ada juga yang bilang santai aja baru setahun, hmmm... Memang baru dan sudah setahun ini memberiku banyak pelajaran, untuk tidak usil bertanya hal hal yang tidak perlu kepada orang lain. Khusunya kepada teman teman disana yang sedang menanti, menanti bertemu jodoh nya dan menikah, atau menanti hadirnya sang buah hati. Karena sepengalaman ku satu tahun menanti Ibrahim, kerap kali aku merasa tak nyaman ketika ditanya "ko belum isi juga" Tak nyaman rasanya, atau lebih condong ke 'sedih'. Karena jawabannya diluar kendaliku, diluar kuasaku. Karena semua itu Tuhan yang atur, bukan aku. Walau aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapat garis 2 saat itu. Ngomong-ngomong soal usaha, sudah berbagai macam usaha yang kulakukan, dari mulai mengikuti artikel di internet untuk mengonsumsi ini itu, mengikuti anjuran teman untuk minum rempah rempah, meminum segala macam vitamin dan lainnya. Tapi yang kurasa efektif dan berhasil padaku adalah cara hidup sehat dan turun berat badan. Di salah satu artikel The Asian Parent disebutkan bahwa berat badan mempengaruhi kesuburan, dan memang benar adanya. Aku diet ketat dan turu 8kg dalam 4 bulan. Tidak banyak memang, tapi nyatanya berhasil, selain kuasa Tuhan memang. Juga hidup sehat, berolahraga, makan makanan sehat, tidak begadang dan hal lainnya yang dapat menunjang lola hidup sehat. Alhamdulillah, selain memang niat untuk diet karena hamil, juga dapat bonus menjadi sedikit banyak badan semakin fit dan sehat. Tak peduli berapa lama garis dua itu muncul, tak peduli cara apa agar garis dua itu terlihat, tak peduli usaha apa agar garis dua itu menghampiri mu, bersyukurlah, karena kita adalah Ibu. Ibu selalu Juara dihati sang buah hati :) #Ibujuara
Đọc thêm