Saya anak paling kecil dari 2 bersaudara, kakak saya laki2 dan memang dari dlu perlakuan ibu beda kepada kami, karena menurut ibu kakak akan menjadi kepala rumah tangga nantinya yang tentunya beban yang dia pikul lebih berat maka dari itu kakak dari kecil di manja oleh ibu dan sedangkan saya berbanding terbalik dengan kakak, kalau pas di hari libur sewaktu smp dulu kakak bebas mau maen sama teman2nya sedangkan saya boleh maen setelah selesai membantu ibu memasak di dapur, ya walaupun mengerjakan tugas yang tidak sulit tetapi lumayan menguras tenaga ?, begitulah yang selalu saya alami hingga dewasa, tapi saya tidak kesal dengan ibu karena seperti kata ibu perempuan itu harus belajar memasak, bersih2 rumah, belajar bekerja mandiri, dan ibu sering berkata "hanya itu yang bisa ibu berikan untuk bekal kamu menikah kelak agar kamu bisa menjadi ibu yang pintar dan serba bisa, ibu yang berpendidikan", hingga pernah pada suatu pagi hari seperti biasa saya dan ibu ke pasar saat itu hujan gerimis, kami berkeliling pasar membeli perlengkapan untuk di masak hari ini, namun pada saat ibu menuruni tangga dan sandal ibu masuk ke tanah yang basah dengan air hingga sandal ibu putus, saya tidak tega melihat kalau ibu harus berjalan dengan sandal putus atau melepas sandalnya, sayapun memberikan ibu sandal saya dan saya yang berkeliling pasar tanpa menggunakan sandal di tanah becek itu, banyak mata tertuju pada saya mungkin aneh di liat berjalan2 di pasar dengan tanpa alas kaki, hingga akhirnya pulang ke rumah bersama ibu, ibu merasa tidak enak dengan saya, tp saya berkata "lebih baik saya yang berjalan seperti itu mengelilingi pasar dari pada melihat ibu yang seperti itu" lalu ibu pun tersenyum ?. Pernah juga sewaktu ketika saya merasa bersalah karena berantem dengan ibu, saat ibu menyuruh sesuatu saya mengulur waktu untuk mengerjakannya hingga ibu marah, setalah itu saya merasa bersalah tapi terlalu malu untuk meminta maaf kepada ibu. Saya sudah mulai bekerja dari sebelum penerimaan ijazah sma, saat itu saya tinggal dengan bibi di kota, pulang kampung seminggu sekali disinilah saya merasakan betapa sangat merindukan cerewetnya ibu, marah2nya ibu, perhatiannya yang diungkapan melalui kata2 yang agak keras, tapi saya sangat bersyukur karena memiliki seorang ibu yang tidak memanjakan saya dari kecil, hingga saya dewasa menjadi pribadi yang sangat memahami bagaimana kerasnya perjuangan ibu untuk anak2nya. Kuliahpun saya sambil bekerja dan selama kerja sambil kuliah saya juga tinggal di rumah bibi di kota, hasil kerja saya selalu saya sisihkan untuk memberi ibu, untuk uang tambahan ibu. Tapi pernah suatu ketika ibu menangis sejadinya2 sambil bercerita keluh kesahnya kepada saya, bercerita tentang anak laki2nya (kakak) dari mulai bekerja hingga sekarang tidak pernah memberi ibu bantuan disaat ibu butuh padalah kakak yang selalu berada di dekat ibu, karena kakak sudah menikah dan memiliki satu anak, kakak mungkin terlalu fokus dengan keluarga kecilnya tanpa pernah berpikir untuk memperhatikan ibu, disaat seperti itu ibu pun berkata kepada saya "ibu salah karena mengira kakakmu akan menopang beban berat nanti ketika dewasa makanya ibu selalu memanjakannya, tapi ibu salah, seharusnya apa yang ibu lakukan ke kamu ibu samakan dengan kakak biar dia tau hidup itu berat dan butuh perjuangan" kata ibu, saya pun dapat mengambil kesimpulan bahwa seberapa sayang pun kita dengan anak janganlah sampai terlalu memanjakannya karena ketika dewasa dia tidak akan bisa belajar mandiri dan belajar tentang kehidupan yang sebenarnya harus dihadapinya. Dan sampai saat ini pun walaupun saya sudh menikah saya tetap selalu berkomunikasi dengan ibu menanyakan bagaimana keadaan ibu di rumah, dan sesekali membantu ibu jika ibu kesulitan yah walaupun tidak seberapa, tapi dari perhatian seorang ibu sudah merasa sangat senang ?. #CeritaIbuTAP Follow akun instagram @theasianparent_id
Đọc thêm