support system
Ini cerita kehamilan pertamaku hingga aku benar2 menjadi seorang ibu. Di akhir tahun 2017 aku menikah dan butuh perjuangan ketika aku ingin memiliki seorang malaikat kecil yang terlahir dari rahimku. Banyak pertanyaan2 "sudah hamil belum?","kapan hamil?","Buang saja kucingnya!", dan bla...bla..bla... padahal aku menikah belum lama masih beberapa bulan, tapi pertanyaan2 itu benar2 membuat aku pusing. Akupun mulai berjuang dari tiap pagi makan tauge mentah, makan sayuran, minum pil asam folat, minum susu progam hamil hingga cek tespek kesuburan. Karena belum kunjung dianugerahi juga akhirnya orang tuaku membuatkan jamu agar cepat hamil. Bahannya terdiri dari udang galah, merica, madu, akar rumput alang2, dan air kelapa yang di rebus bersamaan kemudian airnya di minum aku dan suami. semua itu bapakku yang mempersiapkan bahan2nya. beliau rela naik sepeda motor ke luar kota hanya demi untuk membeli bahan yang susah di dapat, beliaulah juga yang meraciknya sendiri dan menyajikannya ke pada kami. Rasanya memang masyaallah luar biasa g enak, tapi karena demi tercipta impian kita berdua dan mengingat usaha bapakku, akhirnya aku dan suami meminumnya. setelah menginjak bulan ke 5 setelah pernikahan akhirnya aku mengandung, alangkah bahagianya saat itu. Namun yang membuat aku kesal adalah suamiku yang tidak percaya bahwa aku sedang mengandung kala itu. akupun akhirnya mengajak suamiku untuk cek kehamilan dan barulah suami percaya kalau aku benar2 mengandung. Suamiku adalah seorang yang pekerja keras, setiap hari dia selalu berangkat pagi dan pulang pagi untuk mencari rezeki. khawatir aku selalu di tinggal di rumah sendiri, akhirnya di usia kehamilanku yang sudah menginjak 9 bulan, bapak datang dari kampung untuk menjagaku. Beliau sangat khawatir kalau2 aku melahirkan tapi suamiku tidak di rumah. Bapak membantuku dalam segala kegiatan rumah tangga, meskipun aku masih kuat untuk melakukannya. Di usia kehamilanku yang ke 9, akupun tidak kunjung mendapat kontraksi, dokter berkata janin di dalam perutku terlalu besar hingga kecil kemungkinan aku dapat melahirkan secara normal. Dokter menyarankan agar aku meminum pil sitotek untuk mendapatkan kontraksi. pil ini tidak mudah di dapat, butuh perjuangan juga untuk mendapatkannya. apotek demi apotek telah di jelajahi suamiku namum nihil hasilnya. Dan akhirnya suamipun membeli pil tersebut di klinik pratek dokterku yang lain dan barulah pil tersebut terbeli. setelah aku meminum pil tersebut 2 hari dapat seperempat pil, jam 1 pagi tanggal 11 januari 2019 aku mengalami pecah ketuban. awalnya aku mengira aku kebelet pipis, namun rasa keluarnya air itu tidak dapat ditahan, terus mengalir hingga akhirnya aku membangunkan suamiku yang baru pulang kerja. Aku, suami, dan bapak akhirnya pergi ke klinik tempat biasa kami periksa, namun klinik tersebut tutup meski di plang tertulis buka 24 jam. Akhirnya di pagi buta itu dari Bekasi kami menuju ke rumah sakit di Jakarta. Suami yang mengurusi semua berkas2 rumah sakit, sedangkan bapak menemani dan menjagaku terus menerus. Dari imduksi pertamaku hingga induksi 2ku, bapaklah yang selalu ada di sampingku. menyuapiku ketika makan, memberikan pispot ketika aku ingin kencing, hingga mengelus2 pundakku dan menyemangatiku ketika rasa mules dan nyeri itu datang. Jam 21.30 aku sudah tidak bisa menahan lagi aku berkata pada bapak sambil menangis menahan nyeri hebat "pak aku sudah nggak sanggup aku nggak kuat pak" kataku sambil memeluk bapak di samping tempat pembaringanku. bapak terus mengelus pundakku sambil berkata "sabar dek, seng kuat, demi anak nduk" akhirnya di jam itu aku sudah mencapai pembukaan, dan dokter pun datang. Anehnya rumah sakit itu tidak memperbolehkan suami atau 1 orang pun tinggal untuk menyemangatiku. Dan di jam 22.00 aku melahirkan anak laki2ku yang tampan dengan normal. Drama ini belum selesai, Asiku dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan tidak kunjung keluar belum lagi di tambah para saudara2 yang menilai inilah itulah. perkataan jam segini baru bangun, belum mandilah (habis begadang bu), rumah masih berantakan (kan habis lahiran g ada pembantu), kenapa jam segini belum cantik dan wangi (ya allah apa sempat mengurus diri) ini benar2 membuat aku stres hingga asi sedikit dan anakku makin rewel. Bapak yang masih di rumah untuk menjagaku merasa kasian dan menyemangatiku. semakin ku paksakan untuk menyusu, akhirnya ke dua puting payudaraku lecet parah dan terasa perih. Bapak masih terus menyemangatiku dengan sabar, beliau selalu membuatkan jamu untukku, memijit kakiku yang masih bengkak, memasakkan sayuran katuk untukku, bergantian menjaga si kecil, dan mengajariku memandikan si kecil dengan sabar. perlahan aku mulai bersemangat dan ASIKU keluar dengan lancar.
ibu baru dengan 1 bayi tampan