Terduduk aku di sebuah meja makan panjang bernuansa vintage. Beberapa orang ikut duduk namun tak cukup jauh ku kenal. Ada wanita juga pria. Yang aneh, tak terhidang satupun makanan atau minuman. Kita hanya berkumpul seolah mengadakan sesuatu yang penting. Wanita yang ada disamping kiriku bertanya sambil mengarah ke 2 lelaki yang duduk didepanku, yang kiri si putih poni, kanan si sawo matang. "Hei, kamu suka lelaki yang mana?" "Ahh yang itu", jawabku dengan asal sembari menunjuk ke kiri arah pria si putih poni. Entah kenapa pertanyaan itu terasa wajib dijawab, ataukah perkumpulan ini memang untuk itu? Yang pasti, satu yang kita semua tahu dan sangat kentara terlihat, bahwa lelaki tinggi, tampan yang di sebut si sawo matang, ia menyukai wanita yang sudah berpasangan. Tepatnya pasangan itu duduk disebelahku. Perkumpulan itu berakhir dengan sangat tak jelas, dan kita berpindah tempat ke suatu ruangan untuk bersantai dan hanya melihat-lihat. Satu hal yang sudah terjadi, dan aku melewati kejadian itu. Pria sawo matang menyerah mengejar cintanya, karena pasangan tadi ternyata akan segera menikah. Namun seakan tak merasa patah hati, dia begitu tenang dan bersikap biasa saja. Semua orang disana termasuk aku lanjut bebenah rumah, si sawo matang banyak membantu pekerjaanku, ia cukup baik ternyata. Sedikit menjadi lebih dekat. Ia sempat sedikit menyinggung si poni yang ku sukai. Aku hanya tersenyum, seakan tak yakin dengan rasa suka itu. Seusai bebenah, aku berbaring melepas lelah. Namun seketika aku kaget, si sawo matang menghampiriku, ia memelukku. Aku mendadak patung, tak berkutik. Ada dua hal yang mengganjal, rasa nyaman dan rasa bersalah. Berusaha ku lepas pelukannya, ia pun mengerti. Yang aku tak mengerti, seorang lelaki memanggilku keluar. Ia berteriak cukup kencang, "ayo pergi! Kamu sudah jadi pasanganku!" "itu si poni sama temannya, aku takut", ucapku dalam hati Aku menemuinya, hanya saja aku terdiam didepan pintu, tak berani untuk melangkah, mencoba memahami situasi dan hati. Tapi pada akhirnya, "ah aku harus masuk ke dalam dulu, ada yang ketinggalan!" "iya cepat", sahut si poni. Aku tahu aku cuma beralasan untuk menghindar, berlari memasuki ruangan bersantai tadi. Disana ada si sawo matang, dan teman wanitaku. Aku hanya berdiri dibalik pintu, dipeluk rasa takut dengan perasaan sendiri. Teman wanitaku tahu, ada yang berbeda dari aku dan si sawo matang. "sudah, kalian bersama saja", tegasnya. Aku dan sawo matang saling menatap, dia berjalan ke arahku. Semakin mendekat, sungguh tak ku sangka dia berusaha menenangkanku, memelukku. Tanganku bergetar, aku sangat bingung juga takut. "coba rasakan! jantungku berdetak kencang! Aku takut banget!" "aku tahu", balasnya. Setelah cukup tenang, aku memutuskan untuk memperjelas semuanya. Aku pergi keluar menemui si poni, "maaf! Aku gak bisa ikut kamu!" Raut wajah si poni berubah, seperti kecewa dan ingin marah, aku mulai kasian padanya, mungkin bicaraku salah? "aku suka kamu, sekedar suka, bukan berarti mau jadi pasangan, suka sebagai teman biasa!", teriakku lagi lebih lantang. Si poni pergi bersama temannya dengan menggerutu, tak bisa ku dengar jelas. Aku hanya menjadi lebih lega. Saking leganya aku langsung pergi menghadap si sawo matang, lalu ku peluk ia. Menoleh ke arah samping, aku dan temanku berbalas senyum, menandakan apa yang ku lakukan sudah tepat. Entahlah, rasanya sangat bahagia, seakan menemukan pasangan yang super cocok. Rasa ingin meledak jika terus kurasakan bahagianya. Mataku yang rapat terbuka perlahan, cahaya dibalik jendela cukup menyilaukan pandangan. Sudut mataku menangkap seseorang di sudut ranjang, "ahh anakku masih tidur, ahh mimpi apa barusan? Kerasa nyata banget, apalagi pas meluknya! Mantap ya mimpinya ampe kelar, ga gantung, tumben!", gumamku dalam hati sambil tersenyum-senyum sendiri mengingat dengan keras rangakaian mimpi itu. Hahahaha #mimpi
Đọc thêm