Pertemuan pertama saya dengan suami bulan oktober 2006, ketika kami sama2 menghadiri penerima beasiswa S2 di salah satu Universitas Negeri di Malang. Yang aneh selama 4 tahun saya di fakultas yg sama dengan suami (kebetulan suami adalah kakak tingkat saya) saya tidak pernah tahu sekalipun padahal kami hanya beda 1 tahun. Entah karena saya sibuk dengan mantan atau suami yg terlalu sibuk sebagai aktifis sehingga kami tidak pernah ada kesempatan untuk bertemu atau memang Tuhan baru menakdirkan kami bertemu saat itu.. entahlah.. :) singkat cerita pertemuan pertama ini tidak ada kesan apapun, karena sy sudah menjalin hub dgn seseorang dan sang suamipun begitu. Sampai tiba di tahun 2007 kami harus berangkat ke thailand untuk menyelesaikan studi kami. Disana suami dan mantannya putus dengan alasan yg saya tidak ketahui. Ditengah kegalauannya sy berusaha menjodohkan suami sy dengan teman sekamar saya, segala usaha saya coba tapi tidak berhasil sampai akhirnya kami selesai meraih gelar master di tahun 2009. Kemudian kami pulang ke tanah air untuk melanjutkan hidup dan mencari pekerjaan tentunya. Tapi sepulangnya saya ke indonesia, sy yang sudah lamaran dengan mantan sebelum berangkat ke thailand rasanya seperti disambar geledek di siang bolong karena tidak ada angin tidak ada hujan tiba2 mantan memutuskan hubungan dengan saya, karena alasan yg tidak jelas dan membuang cincin pertunangan kami. saya sangat frustasi dan depresi saat itu hingga mengurung diri berhari-hari di dalam kamar, yang ada dibenak saya saya orang yanh gagal, bagaimana tidak perempuan dengan usia yg hampir 25 tahun bergelar master tapi tidak punya pekerjaan dan gagal menikah. Sampai suatu hari teman2 S2 saya datang ke rumah termasuk suami saya, sekedar reuni dan menyusun rencana mencari pekerjaan bersama-sama. Dari pertemuan itulah suami sy tahu kalo saya "jomblo" :) Tahun 2009 benar2 tahun berat dan terbolak baliknya hati, disaat suami mulai mendekati sy disaat itupula mantan pacar suami ikut mendekat pula, setelag masalah suami dengan mantannya selesai berganti mantan tunangan saya yang mengajak untuk kembali, tapi saya tetap berprinsip untuk tidak akan kembali lagi dengan laki-laki yang pernah menampar saya. selama tahun 2009 kami menjalani hubungan tanpa status yang jelas, kami hanya sering keluar untuk urusan melamar pekerjaan, sampai di awal tahun 2010 tiba-tiba suami mengutarakan ingin menikahi saya. antara keget, bingung dan senang karena selama ini tidak pernah ada kata jadian tiba-tiba ada yang mengajak saya menikah. Sesaat saya ragu, karena belum ada satupun dari kami yg bekerja atau minimal berpenghasilan tetap. Bismillah, hanya itu yg diucapkan suami saya waktu itu. Dan akhirnya suami nekat bicara dengan ayah saya tentang niatnya untuk menikahi saya. Alhamdulillah ayah saya merestui. 2 bulan kemudian kami lamaran, dan Allah memang tidak tidur 2 hari setelah lamaran suami saya diterima kerja sebagai pengajar di univ swasta di kota malang, dan saya sebagai dosen luar biasa di salah satu univ negeri di malang. Pernikahan kami direncanakan bulan november 2010, selama 7 bulan kami menyiapkan pernikahan dan disaat itu pula ada penerimaan PNS, kamipun mencoba peruntungan mendaftar di salah satu univ negeri di Bali. Singkat cerita 27 november 2010, malam hari sebelum acara midodareni ada telefon ke hp sy mengabarkan bahwa saya dan suami diterima sebagai CPNS posisi tenaga pengajar di univ tersebut. Sujud syukur saya lakukan, Allahuakbar Alhamdulillah.. Allah benar2 menjawab doa kami disaat terindah kami. Pekerjaan ini merupakan profesi yang kami impikan dan kami mendapatkannya sebagai kado terindah di pernikahan kami. Antara bahagia dan terharu kamipun bingung, karena tanggal 29 november pagi kami harus sudah ada di Bali sedangkan kami menikah tanggal 28 november pagi dan resepsi siang sampai jam 4 sore. Hari sudah malam, mencari tiket pesawat penerbangan dari malang-bali hanya 1 kali di jam 1 siang, jelas tidak mungkin bagi kami untuk mengambil tiket itu. jadilah kami semalam gak tidur, memikirkan dengan apa besok kami berangkat ke Bali dan belum packing. Keesokan paginya kerabat berusaha mencarikan tiket bus malam ke Bali alhamdulillah dapat tapi keberangkatan jam 5 sore. Alhasil disaat resepsi belum selesai, kami harus segera berkemas untuk berangkat ke Bali. Ketika tamu undangan masih berdatangan tapi mereka mendapati kuade kosong tanpa pengantin, yang ada hanya orang tua kami karena kami pengantinnya sudah kabur ke Bali,hehe.. Demikian cerita singkat pernikahan saya dengan suami. Hikmah yang bisa kami ambil adalah jangan pernah takut akan rezeki karena Allah sudah mengaturnya, selalu berniat baik maka Allah akan memudahkan semua langkah kita. #ceritapernikahan
Đọc thêm