Sumberawan yang Menyimpan Kemagisan
Wajar bila perempuan pernah dekat dengan lelaki, sebelum memutuskan untuk menikah dengan siapa. Wajar juga, bila perempuan senang dengan laki-laki yang sefrekuensi dengannya dalam menjalani visi misi hidup. Tapi pada akhirnya, ketetapan Tuhan lebih berhak atas segala kehidupan. Tinggal bagaimana kita mensyukurinya. Aku, perempuan yang senang meluangkan waktu untuk mengunjungi cagar budaya dan museum. Setiap kali aku berada di suatu tempat, aku selalu menyempatkan diri mampir ke cagar budaya atau museum terdekat. Hanya saja, untuk cagar budaya berjenis candi, aku harus menunggu sebuah panggilan. Haha, panggilan apa jangan penasaran ya. Sebab, sesuatu yang magis kadang diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki kelebihan dan nalar yang jauh dari orang lain. Dalam perjalananku, aku ingin menikmati Stupa Sumberawan jika sampai di Kota Malang. Tetapi, berkali-kali aku sampai, berkali-kali pula aku gagal menikmati Stupa Sumberawan. Hingga akhirnya, pada suatu malam ada yang menerawang bawasannya kelak sampai usiaku 26 tahun, aku akan kesulitan mendapatkan jodoh. Penerawangan itu disampaikan di hadapan teman-temanku. Meski sebenarnya aku ingin masa bodoh, namun sering kali terlintas dalam pikiran. Kenyataannya, setengah tahun setelah penerawangan tersebut, aku dilamar laki-laki yang juga sebagai temanku dalam mendengarkan ketika aku diterawang. Haha, lucu bukan? Tetapi sebelumnya, ada pula temanku yang bisa dikatakan indigo dan tahu apa yang aku pikirkan setelah penerawangan itu terjadi. Temanku mengungkapkan, "tidak usah dipikirkan soal penerawangan, karena sebentar lagi jodohmu akan dekat, dan tenang saja panggilan ke Stupa Sumberawan akan kamu dapatkan." Konon kemagisan Sumberawan, bagi orang-orang yang telah terikat dengan percandian, perempuan dapat mengunjungi stupa tersebut bersama lelaki yang siap menemani hidupnya sepanjang usia. Sebab, di sana ada simbol keintiman perempuan. Benar adanya memang, setelah setengah tahun penerawangan dan aku dilamar, satu bulan kemudian aku menikah. Tepatnya bulan April 2019, lalu bulan November 2019 aku dan suami melakukan perjalanan ke Malang untuk menghadiri resepsi salah seorang teman. Kami menginap di rumah salah seorang teman pula yang dekat dengan Candi Singosari. Keesokan harinya, subuh-subuh aku terbangun dan seolah menerima bisikan bahwa aku harus ke Stupa Sumberawan. Dengan cepat aku membangunkan suamiku. Kami kemudian bersiap-siap dan bergegas menuju ke sana. Ini kali pertama perjalanan kami dengan mengandalkan tanda anak panah petunjuk arah. Hampir setengah jam suami mengemudi, kami sampai juga di Stupa Sumberawan. Banyak kejadian-kejadian magis yang kami temukan di sana. Tapi satu hal yang luar biasa di sana, kami menemukan pohon silsilah dari Nabi Muhammad saw sampai ke Pakubuwono IV. Setelah malam sebelumnya kami bertemu dengan temanku yang indigo dan mengisahkan tentang silsilah kami. Bagi kami, menjaga kekuatan silsilah itu penting, agar kami tidak lupa darimana kami berasal dan harus berbuat apa untuk menjaga silsilah kami. Receh memang tulisan ini. Tapi percayalah, mendapatkan suami yang siap menerima keadaan kita dengan segala kebiasaan kita yang senang travelling atau melakukan perjalanan spiritual, adalah suatu anugerah yang berwarna untuk menghiasi memori kehidupan kita. Terlepas dari anggapan tentang harus dengan siapa datang ke Stupa Sumberawan, mungkin ada benarnya juga. Sebab sebelumnya meski pernah menjalin hubungan dengan lelaki yang tinggal di Malang, aku seolah terlarang mengunjungi stupa tersebut. Tetapi bersama lelaki yang telah sah menjadi suamiku, ke stupa tersebut adalah hal mudah. Menjawab segala hiruk pikuk pikiranku dan mewujudkan mimpiku untuk mencoret satu per satu cagar budaya dan museum yang telah kudatangi. #BestMemoriesTAP
Ibu satu anak yang senang blusukan ke tempat-tempat penyimpan batu candi.