Bertengkar dengan tetangga karena membuang kucing nya
Saya pernah membuat postingan mengenai ini. Tolong jangan marah² sebelum membaca tulisan saya yang ini yaa https://community.theasianparent.com/q/saya_tau_jika_saya_share_disini_maka_akan_disukai_oleh_buibu_pakbapak_yang_suka_/4739670?d=android&ct=q&share=true Jadi setelah saya mengikuti saran buibu disini utk membeli spray anti kucing dan meletakkan botol² air minum plastik 1.5L ternyata ampuh. Pertama suami mengganti fiber penutup pagar rumah karena memang ternyata ada yang terbuka, lalu sekeliling luar rumah, pintu, jendela sampai pager² saya semprotkan spray dan meletakkan botol di atas pager jadi menutup akses jalan/melompat kucing tetangga ke pekarangan rumah. Sayangnya spray anti kucing Kami sudah habis. Alhamdulillaah kehidupan Kami aman selama sebulan. Jendela dan pintu sudah bisa dibuka subuh² dan ditutup sore hari. Tapi kedamaian Kami terganggu dari kemarin karena suami melihat adanya kotoran di pekarangan rumah, memang pagi hari saat menyapu pekarangan dan jalan, saya mencium aroma asem khas kotoran kucing. Dan seperti sebulan lalu, saya terang²an muntah dan teriak² bilang, 🤬 "kurang ajar yaa, sebulan damai ternyata sekarang eek di pekarangan orang lagi. Awas aja ketahuan, langsung saya buang kucingnya di pasar". Suami hanya bilang, "Bukannya Abang suudzon yaa, tapi kayaknya kucing bu sebelah berulah lagi ini". Dan tadi pagi, benar saja. Kami menemukan kotoran baru dan tersangka nya adalah kucing tetangga. Dia yang sebulan lalu masih kecil ternyata sekarang sudah bisa melompat. Langsung saya ngomong ke tetangga samping rumah pagi² sekali, 🧕🏻🤬 "Bu, maaf yaa. Ini loh kucing nya Ibu berulah lagi sampai lompat dan eek di pekarangan rumah saya lagi. Tolong Buk, dibersihkan. Bulan lalu Kami sudah berdamai loh pakai liter box pinjem di Ibu dan menyediakan tempat. Sekarang saya nggak bisa mentoleransi. Saya lagi hamil gamau bersihkan kotoran kucing orang, suami juga udah mau kerja." 👵🏻😿 "Duuh maaf yaa Bu, si kucing main lagi. Soalnya kandang nya kemarin rusak." 🧕🏻🤬 "Ibu di rumah kan ada bekas kandang burung yang punya suami Ibu, itu besar loh Bu kandangnya. Masa nggak tegaan sih kurung kucing demi kebaikan bertetangga. Lagian saya lihat kok anak Ibu buang kandang kucing udah beberapa minggu lalu. Kenapa nggak langsung beli." 👵🏻😿 "Kasian Bu, kucing saya soalnya yang itu manja biar malem tidur sama saya". 🧕🏻🤬 "Yaudah saya minta tolong Bu, segera bersihkan kotoran² kucing di rumah saya. Anak Ibu saja yang bersihkan, jangan Ibu nya. Saya tunggu! Dan kalau sampai keulang, saya ijin dan terpaksa membuang kucing² Ibu karena Ibu nggak bertanggung jawab dengan mereka". Akhirnya dibuanglah dan dibersihkan bekas kotoran di pekarangan rumah. Anak si Ibu awalnya menawarkan liter box di tempat saya, tapi saya menolak nya. Karena berarti mereka juga menyerahkan tanggung jawab kehidupan kucing nya ke saya. Eeeehhh ternyata emang si kucing nya bandel, pemilik nya juga bebal. Si kucing lompat pagar bahkan sampai masuk rumah saya segala, Dia sudah posisi mau BAB di laundry saya (kebetulan di ruang laundry bekas kolam ikan, oleh suami ditumpuk tanah dan batu akuarium dan dihias dengan tanaman²). Akhirnya dengan pelan² saya usir kucing dan memasukan Dia ke karung bekas beras 10kg. Dan ke rumah tetangga. Adu mulut dimulai lagi 🧕🏻🤬 "Bu, ini kucing nya eek di ruang laundry saya. Seperti yang saya bilang tadi pagi yaa. Kucing Ibu ini saya buang ke pasar saja. Maaf saya rasa Ibu bebal dengan keluhan saya begitu juga keluarga Ibu". 👵🏻😿 "Tolong Bu, jangan! Ibu kok sedang hamil tega menyiksa hewan apalagi kucing sih?! Kucing itu hewan kesayangan Nabi!". 🧕🏻🤬 "Loh yang nyiksa siapa? Saya nggak mukul sama sekali dari jaman bulan lalu kucing² Ibu eek di depan kamar adik (ipar), saya. Dari jaman mereka pipisin tas, sepatu dan tumpukan jemuran saya!!". 🧑🏻🦱 (Anak Ibu dateng dan melerai ertengkaran Kami) "Bu Dhila, tolong jangan. Kasian Ibu saya nanti bisa beneran stres. Nanti kotorannya di rumah ibu Dhila biar saya buang, dan kucing nya bawa ke rumah saya saja". 🧕🏻🤬 "nggak bisa, mas. Saya sudah jengkel sekali nggak ke kucing nggak kepemiliknya. Rumah saya dan hak saya utk dapat udara segar, pintu jendela dibuka, pekarangan yang kerawat. Dan kewajiban mas, Ibu mas dan keluarga mas utk merawat kucing² Kalian supaya nggak mengganggu hak hidupnya tetangga". Tapi karena saya sebenarnya juga nggak tega membuangnya, saya kasih saja kucing itu ke si anaknya Ibu. Dari dalem rumah si Ibu udah nyumpah²in saya. Keluar rumah si Ibu pas dhuhur di mushola, tetangga pada ngomongin bu samping rumah karena emang bebal banget orangnya. Tetangga saya jebol plafon dan genteng nya, terus ada juga yang akhirnya plester semen pekarangan rumahnya karena memilih mengalah daripada di eek/pipisin kucing tanaman & rumput hiasnya mati. Mungkin karena saya masih muda, makanya saya berani dan (saya akui) kurang ajar & nggak sopan marahin tetangga yang notabene sudah tua tapi bebal ganggu kedamaian tetangga lain.