Pada awalnya, aku hanyalah wanita yang sesudah melakukan pernikahan, lalu honeymoon dan berharap mempunyai buah hati.
Kesibukan yang aku jalani dulu sebagai pegawai bank, aku tinggal di Kota Tasikmalaya dan bekerja di daerah Ciawi, yang artinya harus menempuh sekitar setengah sampai satu jam perjalanan.
Hari-hari ku berjalan dengan normal, lalu tibalah saatnya "tidak ada pertanda datang bulan".
Hati ini teramat gembira, dari hari ke 5 telat datang bulan mencoba untuk selalu bangun lalu memegang test pack, hasilnya masih belum terlihat. Di hari ke 12 telat datang bulan, barulah terlihat hasilnya. Alhamdulillah ada tanda positif hamil. Gembira sekali hati ini terlebih lagi melihat suami yang teramat gembira.
Setelah 1 bulan kehamilan, pengalaman pertama untuk ke dokter kandungan, terlihat di usg ada titik kecil, yang Dokter katakan bahwa itu adalah calon janin nya. Aku pun di beri vitamin untuk Ibu hamil. Tapi tiba-tiba seperti tersambar petir di siang bolong. Pada siang hari, aku sedang bekerja seperti biasa melayani nasabah, waktu menunjukan pukul 11, rasanya seperti ingin buang air kecil, tapi betapa terkejutnya saat buang air kecil keluar bercak darah. Aku yang panik meminta izin keluar dari kantor untuk datang ke puskesmas terdekat, masih ingat di benak ku, di antar pakai motor oleh office boy di kantor, setibanya di puskesmas, di arahkan ke ruangan untuk dilihat oleh bidan setempat, setelah bidan memeriksa, lalu bidan berkata "sebaiknya Ibu ke Rumah Sakit saja untuk di USG" karena darahnya agak banyak. Aku bergegas pulang mendadak di siang hari, pulang ke Tasik menggunakan bis. Di dalam bis, ku telepon suami dan ku ceritakan semuanya. Suami panik dan mau menjemput, tapi ku bilang "jangan dijemput, ini diperjalanan naik bis dengan suara pelan menangis". Karena kalau nunggu suami jemput akan butuh waktu lama untuk ke Rumah Sakit.
Sesampainya di Tasik, mencari Dokter yang buka praktek pada siang hari. Alhamdulillah menemukan Dokter pertama dengan hasil usg menunjukan kekacauan yang bikin aku nangis tiada henti karena masih teringat olehku Dokter berkata "ini sih janinnya sudah hancur". Tak kuasa ku mendengar ucapan itu, ku mencari second opinion ke Dokter kedua, hasilnya dokter mengatakan "Bu, apakah sering di perjalanan? Karena ini janinnya sudah tidak bisa di selamatkan". Tangisku semakin keras dan semakin ingin mencari opini lain, mendatangi Dokter ke tiga, dan hasilnya masih sama. Tak bisa di selamatkan. Berakhir dengan harus di kuret.
Sampai saat ini, hati masih terasa sakit dan merasa itu karena salahku. Pada akhirnya, takdir membawaku untuk resign dari pekerjaan itu tapi bukan karena alasan kehamilan melainkan karena atasanku alias managerku pada saat itu resign dengan alasan pekerjaan yang tidak di ridhoi, aku pun berfikir dan meyakinkan diri bahwa kehamilan pertama ku kemarin adalah jalan agar aku berfikir lebih baik terhadap Pencipta ku.
#CeritaKehamilanTAP
Ivo Biorta