Anakku Merengek Minta Ibu (cerbung)
ANAKKU MERENGEK MINTA IBU **** “Coba Ayah jelaskan, kenapa Syila gak punya Ibu?” ucap Arsyila dengan sedikit berteriak. Ardi yang mendengar ucapan putrinya itu seketika mematung. Ada rasa perih dan hancur di dalam dadanya. “Ada yang jahatin Syila?” tanya Ardi dengan pikiran yang langsung buyar. Putrinya menggelengkan kepala masih dengan berderai air mata. “Coba Ayah jelaskan sama Syila, kenapa Syila gak punya Ibu sedangkan Tiffany, Meta, Dara mereka semua punya Ibu. Kenapa Syila berbeda Yah?” suara parau anak itu makin mengiris bak sembilu di hati Ardi. Ardi malah meneteskan air mata juga, ikut merasakan kesedihan putrinya. Ia bingung harus mengatakan apa pada Syila. Haruskan ia menceritakan macam apa ibunya yang sebenarnya mengapa ia lebih memilih menjauhkan Arsyila dari wanita bergelar Ibu yang telah melahirkannya ke dunia? Bayangan menyakitkan itu kembali tergambar di ingatan Ardi, kejadian menyakitkan empat tahun silam. Flashback. “Halo Pak! Ini simbok Marni. Pak ... Arsyila badannya panas dan sekarang kejang – kejang. Simbok harus bagaimana Pak. Simbok takut!” ujar wanita paruh baya yang sudah setengah menangis menelepon majikannya. Simbok Marni adalah pembantu yang bekerja di rumah Ardi. “Memangnya Ibu kemana?” tanya Ardi. “Ndak tahu Tuan, dari pagi Ibu pergi, Simbok suda telepon tapi tak diangkat juga.” Ardi jadi ikut merasakan kepanikan simbok. “Simbok sekarang bawa Arsyila ke rumah sakit terdekat, nanti saya nyusul. Saya telepon pak Satpam untuk bantu antar Simbok.” “Iya, baik Tuan.” Puluhan kali Ardi menelepon ponsel istrinya Anita, tapi malah operator yang menjawab. Ardi kesal, kemana istrinya itu. Ardi langsung bergegas menyewa helikopter pribadi agar segera sampai ke rumah sakit. Ya saat itu Ardi sedang berada di luar kota mengurus pekerjaannya. Hingga Ardi sampai, tak di lihat sosok Anita di sana. Ardi langsung menyuruh sekretarisnya melacak keberadaan Anita, tak lama sekretaris memberi kabar kalau mobil istrinya berada di parkiran hotel sebuah hotel. Setelah memastikan kondisi Arsyila di rumah sakit, Ardi langsung mendatangi hotel tempat istrinya berada. Kebetulan pemilik hotel itu adalah sahabat Ardi, ia menggunakan koneksi itu untuk menemukan keberadaan Anita. Dari kamera CCTV terlihat istrinya datang/ check in dengan seorang pria yang Ardi kenal sebagai matan kekasihnya dulu. Capek, penat, lelah dan sekarang ia harus memergoki istrinya berselingkuh. Emosi Ardi sangat memuncak saat itu. Ardi mengetuk pintu kamar dengan sangat keras, tak lama keluarlah seorang pria bertelanjang dada. Ardi langsung meninjunya kemudian merangsak masuk. Terlihat di tempat tidur, Anita sedang tertidur pulas tanpa busana sehelai pun. Ia menutupi tubuhnya dengan selimut. “A-Ardi. Bagaimana kamu bisa ada di sini?!” Anita terkejut, takut dan gelagapan. Ardi makin meluapkan emosi yang sudah di ubun-ubun pada pria yang bersama istrinya itu. Hingga beberapa staf keamanan menghentikan Ardi. “Kamu! Mulai detik ini jangan pernah muncul lagi di hadapanku dan juga Arsyila. Dasar wanita tak punya hati, bisa-bisanya kau berbuat zina sementara putrimu tengah berjuang antara hidup dan mati di ruang UGD rumah sakit. Kamu ... wanita terburuk yang pernah aku temui di dunia ini. Mulai detik ini kau bukan istriku lagi.” Terlalu sesak bagi Ardi jika terus berada di sana. Ingin rasanya ia menghancurkan apapun yang ia temui untuk melampiaskan kemarahan, Ardi hanya memukul-mukul dinding saja hingga tangannya mengeluarkan darah. Sejak saat itu Ardi mengikrarkan diri mengurus Arsyila sendirian saja. Terlalu sakit, membayangkan Istri yang sepenuh hati Ardi cintai malah berselingkuh di keadaan segenting itu. Ardi Bagaskara seorang singel parent berusaha untuk menjadi ayah sekaligus ibu bagi putri semata wayangnya bernama Arsyila Ramadhan. Gadis kecil berusia lima tahun yang sudah mulai bersekolah di taman kanak-kanak. Seperti biasa Ardi menyempatkan untuk menjemput putrinya pulang sekolah. Sebagai pemilik perusahaan tak sulit untuk melakukannya, walau terkadang ada rapat dan sebagainya tapi saat jam pulang sekolah Arsyila. Semua itu harus dihentikan dan Ardi akan pergi menjemput putrinya. TK harapan Bangsa, sengaja Ardi memasukkan putrinya ke sekolah yang tak jauh dari lokasi tempat ia bekerja. Seorang gadis dengan seragam kotak-kotak biru duduk sendirian di bangku taman. Ardi langsung mengenali kalau itu putrinya. Ardi membuka kaca mobil lalu membunyikan klakson agar putrinya mengetahui kalau jemputannya sudah datang. Ada yang berbeda dari ekspresi Arsyila kali ini. Ia yang biasanya langsung menyambut ceria dengan senyuman lalu berlari sambil berkata Ayaaaah, kini hanya melirik dengan wajah yang terus ditekuk. Ada apa dengan anak ini? Keanehan pun bertambah saat ia memilih duduk di jok belakang tanpa mengatakan sepatah kata pun. “Kenapa di belakang, Sayang? Biasanya di depan bareng Ayah?” tanya Ardi. “Syila lagi pengen disini aja,” jawabnya dengan wajah masih terlihat masam. Ardi pun mulai melajukan mobilnya. Sesekali Ardi melihat putrinya dari kaca spion depan mobil, dia yakin putrinya sedang ada masalah . “Ada apa sayang? Kok manyun terus. Cerita sama Ayah?” Arsyila mengabaikannya dan hanya menatap ke luar jendela sambil melamun. Karena tak nyaman didiamkan putrinya, Ardi pun memberhentikan sejenak mobil dan menepi. “Ada apa sayang? Ayo cerita donk sama Ayah. Ada yang jahatin Arsyila di sekolah? Atau Ayah ada salah bikin Syila kesel? Ayah minta maaf deh,” kata Ardi sambil menoleh ke arah putrinya di belakang. Tak disangka Arsyila malah menitikkan air mata. Bulir bening malah keluar dari kedua matanya. Anak itu menangis dalam diam, Segera Arsyila mengusap pipinya yang basah. Itu makin membuat Ardi semakin bingung dan juga sedih. Bertanya pun kan percuma, putrinya pasti sedang tak ingin diajak bicara sekarang. Ardi lalu kembali melajukan mobilnya dan kini tak kembali ke kantor melainkan langsung pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Arsyila langsung berlari memasuki kamarnya. Ardi yang hendak mengejar tertahan oleh dering telepon di ponsel dan itu dari sekretarisnya. “Pak, dimana? Ada meeting sebentar lagi.” “Saya gak bisa datang. Arsyila sakit, diundur saja.” “Tapi, Pak –“ Belum selesai sekretaris bicara, Ardi sudah menutup teleponnya. Tak ada yang lebih penting di dunia ini selain putrinya. Jika anak itu sedih, Ardi pun akan lebih sedih. Ia tak akan tenang sebelum tahu putrinya kenapa. Ardi lalu berjalan menuju kamar putrinya. Perlahan ia membuka pintu kamar dan putrinya sedang tertelungkup di atas tempat tidur. Ardi pun mendekat dan duduk di sisinya. “Sayang, Syila tahu kan, kalau Syila sedih, Ayah juga ikut sedih. Coba bilang Ayah harus bagaimana agar Syila gak sedih lagi,” ucap Ardi lembut sambil mengelus kepala putrinya. Syila bangun lalu menatap tajam pada Ayahnya dengan mata yang sudah sembab. “Syila sedih Yah, orang-orang dijemput sama mamanya, dibuatkan bekal sama mamanya, dikucir, dikepang, disayang sama Mamanya. Tapi kenapa Syila enggak Yah?” #cerbung
Đọc thêm