#IbuJuara Anugerah Datang Setelah Tiga Kali Keguguran
Setiap orang yang menikah pasti memahami, berumah tangga bukanlah seperti akhir kisah Cinderella–happily ever after. Melainkan sebuah kisah baru yang diisi oleh karakter-karakter dan masalah-masalah baru. Salah satu permasalahan adalah… kehadiran seorang anak. Perjalanan ini dimulai saat 6 bulan pernikahan. Tepatnya, orang-orang mulai bertanya, “Sudah isi belum?”, “Si A sebulan nikah langsung hamil, kok kamu belum?”, atau “Sudah cek ke dokter kandungan?” Serius, pertanyaan-pertanyaan itu bagaikan mimpi buruk. Kegiatan saya di kantor bertambah dengan browsing dokter yang bagus untuk program kehamilan. Pernah suatu kali saya menelepon ke RS Sam Marie untuk membuat janji dengan Prof Jacoeb. Tapi, suami tidak setuju. Belum saatnya promil ke dokter, menurut suami. Saya pun nurut. Batalnya saya mengunjungi Prof Jacoeb bukanlah akhir dari orang-orang usil yang bertanya “kapan hamil?”. Dan, bukan akhir dari pencarian kiat-kiat program hamil alami yang bisa saya lakukan. Semakin hari, saya semakin stres. Keinginan saya satu: hamil. * Sebulan sebelum anniversary kami yang pertama, kakak ipar saya menyarankan saya dan suami menemui dr Icksan Ambiar di Klinik Raden Inten. Fyi, kakak ipar saya juga sempat lama memiliki momongan, sekitar tiga tahun lebih dan lewat dokter ini berhasil hamil. Akhirnya, saya dan suami turuti sebagai bagian dari ikhtiar kami. Saat datang kali pertama bertemu dokter Icksan, saya baru selesai mens dan beliau langsung merekomendasikan untuk suami tes sperma di RS Sayyidah dan saya tes HSG di RS Bunda Aliya. Tanggal 25 September 2017, sepulang kerja, saya mengantar suami untuk tes sperma. Awalnya dia takut. Iya, dia takut kalau hasilnya kurang bagus. Tapi saya semangati–kalaupun hasilnya kurang bagus ya nanti diobati. Akhirnya dia mau tes sperma. Hasilnya harus menunggu 3-4 hari. Sesuai anjuran dokter, tanggal 2 Oktober 2017 saya melakukan tes HSG. Hasilnya alhamdulillah kedua tuba saya paten. Pulang dari tes HSG, saya ke RS Sayyidah untuk mengambil hasil tes sperma suami. Benar dugaan suami, hasilnya kurang bagus. Spermanya mengalami aglunitasi–ada yang saling menempel kepala dengan kepala, ada yang ekor dengan ekor, leukospermia–kemungkinan karena adanya infeksi, dan vonis dokter andrologi bahwa sperma suami sulit membuahi secara alami, juga dugaan ASA (antibody anti sperm) saya tinggi. Ini bikin saya deg-degan. Begitu saya dan suami bawa hasil tes sperma dan HSG ke dokter Icksan, beliau bilang semua normal dan bisa diatasi. Hasil USG sel telur saya pun bagus, besar-besar. Kami pun diberikan penyubur, vitamin, dan asam folat. * Seminggu sebelum menstruasi, saya iseng testpack. Hasilnya positif! Tanpa menunggu lagi, saya langsung bawa testpack itu ke dokter Icksan. Menurut beliau, dinding rahim saya sudah mulai menebal. Tapi dokter masih 50:50, apakah saya hamil atau tidak, karena belum ada kantung janinnya. Dokter pun meresepkan obat penguat dan vitamin. Tanggal 18 Oktober 2017, saya kembali menemui dokter Icksan karena saya keluar darah seperti haid. Ketika diUSG, rahim saya mulai membesar, tapi masih belum ada kantung janin. Dokter Icksan pun meresepkan obat penguat. Darah itu tetap keluar selama lima hari. Dokter meminta saya dan suami kembali dua minggu lagi. Kalau masih belum ada kantung janin dan masih keluar darah, berarti harus diluruhkan dinding rahimnnya. Saya dan suami berserah diri pada apa pun keputusan Allah. Dan pada pertemuan berikutnya, jawaban Allah… rezeki itu masih belum menjadi milik kami. * Setelah memutuskan rehat dari program hamil di akhir 2017, pada awal 2018 saya ngobrol dengan sahabat dari SMP, Sherly. Dia menganjurkan saya ke dokter Wulandari di RS Awal Bros Bekasi. Dari pengalamannya, dokter Wulan ini sangat detail dan sabar sekali. Jadilah saya dan suami membuat janji konsul dengan dokter Wulan. Dokter Wulan menganjurkan suami kembali tes sperma dan saya tes hormon. Hasilnya, sperma suami masih kurang baik. Kalau saya alhamdulillah normal. Dan dokter pun memberikan booster untuk suami. * Tanggal 11 Juni 2018, saya terlambat haid lalu iseng testpack. Hasilnya kok… samar? Tapi saya biarkan dulu. Lusanya, tanggal 13 Juni 2018, saya testpack lagi. Hasilnya sama, samar. Lalu pada tanggal 14 Juni saya menstruasi. Bingung dengan apa yang terjadi, saya sharing dengan sesama ibu-ibu promil. Salah satu dari mereka juga ada yang mengalami hal ini. Ternyata namanya chemical pregnancy. Apa itu chemical pregnancy? Jadi, sperma dan ovum berhasil bertemu, tapi sayangnya tidak berhasil berkembang dan menempel. Bisa masalah kromosom, bisa karena kelelahan. Jadi hasil tes kehamilannya hanya sebatas positif kimia saja. Saya dan suami saling berpelukan saat sampai di rumah. Kami menangis bersama. Kami sama-sama menginginkan keturunan. Kami sudah berusaha, tapi belum dikabulkan Allah. * Setelah rehat program hamil ke dokter, awal 2019 saya dan suami mulai rutin ikut JSR (Jurus Sehat Rasulullah) dengan konsumsi rimpang-rimpangan. Di bulan Ramadan 2019 saya puasa hampir full karena tidak haid. Mau testpack juga takut. Dan di akhir Ramadan, saya memberanikan diri testpack. Hasilnya positif! Saya cuekin dulu satu hari itu. Namun, keesokan harinya saya flek coklat banyak. Langsung suami mengantar ke dokter Icksan. Sayangnya, belum ada kantung dan dokter memberikan peluruh. Saya penasaran dong dan memastikan sebelum minum peluruh. Apa testpack yang saya gunakan salah? Akhirnya saya beli testpack digital untuk memastikan. Hasilnya benar positif. Saat saya kedapatan shift 2, saya datang ke Klinik Situ Chodijah di Bangka. Di sana saya bertemu dengan dokter Erwin yang ternyata ahli dalam kandungan berisiko atau fetomaternal. Hasilnya belum ada kantung janin dan ada kista yang sebelumnya tidak ada. Sedih dan hancur hati saya. Belum lagi suami ngomel karena tidak diberi tahu saya menemui dokter lain. Saya pasrah. Saya sedih. Apa mungkin benar kandungan saya lemah? Apa bibit sperma dan telur saya dan suami kurang bagus? Semua pertanyaan berkelebat di kepala saya. Puncaknya di hari keempat lebaran, saya mengalami pendarahan hebat dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Menurut dokter Kartini, dokter yang merawat saya, saya mengalami abortus spontan. Kantung janinnya tidak ada dan rahim sudah bersih sehingga tidak perlu dilakukan kuretase. Hari saya kelabu saat itu. * Seminggu setelah mengalami pendarahan, saya melakukan testpack lagi. Kali ini untuk memastikan hormon HCG saya sudah turun dan sudah tidak ada kehamilan. Sudah negatif. Sudah tidak ada lagi kehamilan. Dan alhamdulillah bukan hamil ektopik ataupun hamil anggur. Selain itu, saya masih menerapkan hidup sehat. Setiap hari saya dan suami minum infused water anjuran dokter Zaidul Akbar. Suami pun konsumsi susu kambing etawa dicampur madu, kurma, dan sedikit bubuk lada hitam. * Sebulan berlalu, saya menunggu kapan haid datang. Iseng saya testpack dan ternganga… samar? Ya Allah, ya Allah, ya Allah. Tidak mau menunggu, keesokannya saya langsung buat janji dengan dokter Kartini. Soalnya, beliau sudah pesan, kalau nanti testpack samar, langsung ke sini ya. Sayangnya, saat USG pertama belum kelihatan kantung kehamilan. Namun, ada miom uteri dan hidrosalping tuba kanan. Dokter Kartini bilang, “Sudah positif hamil, kok. Doa terus ya. Anak rezeki dari Allah, Mbak.” Saya memegang terus omongan itu. Saya hamil. Jadi, harus makan sehat, hidup sehat, nggak boleh angkat berat, nggak boleh terlalu capek. Seharusnya saya kembali ke dokter Kartini setelah dua minggu. Tapi saya terlalu takut. Iya, saya takut menghadapi kenyataan kalau kantung janin itu belum ada. Jadi saya tunda sampai akhir Agustus. Alhamdulillah wa syukurillah, kantung janin ada dan janinnya pun ada. Usianya 9 minggu 3 hari. Detak jantungnya kencang sekali. Masya Allah. Tabarakallah. Sekarang janin itu telah lahir. Tumbuh sehat, alhamdulillah. Usianya mau masuk 10 bulan. Sejak lahir anak saya menolak DBF, jadi saya full eping. Mungkin banyak ibu yang akan bilang saya kurang berusaha. Tapi, tanpa mereka tahu, saya sudah menemui konselor laktasi untuk relaktasi dan hasilnya nihil. Anaknya tetap menolak DBF. Saya hanya mengikuti keinginan anak saya, asal dia bahagia dan tumbuh kembangnya baik. Sedikit berkorban waktu tidur karena harus memompa ASI tidak masalah, itu wujud cinta saya padanya. #promil #1stimemom #ibujuara #sayaibujuara
Đọc thêm