06- 06-2020 tanggal kelahiran putra kami " HANIF AKRAM HIMAWAN" hari bersejarah yang tidak akan perna terlupkan seumur hidup dimna mempertaruhkan nyawa demi sebuah kebahagiaan yang sesungguhnya. Saya dan suami masih pengantin baru waktu itu. Saya berprofesi sebagai seorang guru di salah satu sekolah swasta dan suami saya seorang pelaut (pelayaran). Kami diberikan anugrah terindah dari allah sebulan setelah kami menikah. Betapa bahagianya dan bersyukurnya kami bisa diberikan amanah secepat itu oleh allah. Setelah saya sodorkan 3 tespack dengan garis merah semua, suami langsung mengajak saya untuk USG memastikan bahwa saya benar" mengandung buah cinta kami. Berjalan 2 bulan karena tempat mengajar saya cukup jauh kira" 30 menit dari rmh dan setiap hari harus naik turun tangga ke lantai 3 akhirnya terjadilah hal yg tdk diinginkan. Waktu itu saya mengalami pendarahan yg mengharuskan istirahat cukup untuk memulihkan kondisi. Dengan mempertimbngkan segalanya saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari tempat mengajar. Sedih harus berpisah dengan ank didik, sedih tidak bisa melihat suasana sekolahan lg tpi semua itu harus di relakan demi calon jabang bayi yang dinantikan ini. Di kehamilan bulan ke 4, masa cuti suami sudah habis. Suami harus berangkat berlayar lagi, pertama kalinya dalam hidup hamil anak pertama harus berjauhan dengan suami 🥺🥺🥺 setiap periksa ke bidan di temani ibu, setiap USG di temani kakak. Suami hanya bisa memantau dari vidio call saja itupun kalau ada sinyal. Pada tanggal 06-06-2020 hari sabtu. Pada pukul 3 pagi saya merasakan mules seperti orang ingin buang air besar. Saya tdk menyadari kalau itu tanda" melahirkan karena dari waktu HPL masih kurang 1 minggu lg. Ketika waktu subuh dan saya mau solat saya melihat ada darah di CD saya, saya bilang ke ibu saya "buk, saya mengeluarkan darah" ibu saya panik dia bilang kalau saya mau melahirkan. Tas untuk bersalin sudah di siapkan dan saya ibuk, serta bapak saya pergi ke bidan naik motor boncengan 3 subuh" pula. Ketika sampai di bidan saya di periksa dan ternyata saya masih pembukaan satu dan di anjurkan untuk pulang karena pembukaan masih jauh. Akhirnya saya dan ibu saya pulang kembali. Sesampainya di rmh saya disuruh mandi (katanya orang dulu kalau mandi bisa mempercepat pembukaan) kuasa allah setelah mandi kontraksi datang bertubi", suami hanya bs vc karena dia sudah tau saya akan melahirkan. Jam 10 pagi saya sudah merasa gak kuat sakitnya akhirnya saya di antar ke bidan. Karena adanya covid 19 jalanan pun banyak yang di tutup, akses ke bidanpun tertutup subhanallah sekali melahirkan di jaman pandemi ini. Akhirnya kami dapat ijin untuk melintas di jalan itu. Sya sudah lemes sekali hanya rasa sakit karena kontraksi yg saya rasakan. Smpai di bidan saya diperiksa ternyata sudah pembukaan 5 kemudian di infus tidak beberapa lama saya sudah pembukaan hampir lengkap. Karena di rasa cukup proses bersalin pun terjadi rasanya tidak bisa saya ceritakan, proses yang bergitu panjang dengan kehabisan air ketuban dan bayi lengket karena ketuban habis akhirnya bidan yg menangani saya memutuskan untuk merobek jalan keluar bayi. Bayi berhasil dikeluarkan dan terdengar suara bayi saya merasa lega sekali allah masih memberi ijin untuk saya menjadi ibu. Setelah bayi keluar waktunya mengeluarkan plasenta. Karena kehabisan ketuban plasenta jadi lengket di rahim akhirnya tangan bidanpun masuk kedalam untuk mengambil plasenta dan beberapa menit kemudian berhasil dikeluarkan plasentanya (jangan di tanya dapat brp jahitan jawabannya buwanyaaakk syekalii ibu ibu 😂). Setelah bersih" dan bayi saya di perlihatkan ke saya betapa bersyukurnya malaikat kecil yg di nantikan ini akhirnya keluar. Bayi saya di bersihkan di mandikan lalu di adzani. Hal itu yg buat saya terenyuh itu cita" suami saya walaupun gak bisa menemani persalinan setidaknya dia ingin mengadzani anaknya untuk pertama kalinya. Tapi bagaimana lagi situasi dan kondisi sangat tidak mendukung. Waktu itu posisi suami saya sedang berlayar di Papua dan tidak ada singal internet maupun seluler. Setelah cukup untuk beristirahat akhirnya saya dan bayi saya diizinkan untuk pulang. Seminggu kemudian suami saya mendapatkan cuti untuk pulang melihat anaknya untuk pertama kalinya. Setelah 2 minggu dirumah, kita LDR an lagi. Suami harus terbang ke Cina untuk mengambil kapal disana. Setelah 2 bln LDR Indonesia - Cina. Suami bisa nyempetin pulang walau cma 2 hari saja. Dan setelah itu suami kembali berlayar sampai sekarang. (Debay waktu itu pertama kali berjumpa papanya umur satu minggu dan bisa melihat papanya untuk pertama kalinya umur 2 bulan) Sekarang usia Hanif sudah 6 bulan dan kalau di vc papanya suka nyuekin papanya karena mungkin blm ketemu sama orangnya secara langsung jadi gak kenal gt 😅😅😅😅 Itulah sedikit pengalaman perjuangan saya ketika mengandung sampai melahirkan saat kondisi sedang LDR an sama suami ☺️☺️☺️☺️ #ibujuara
Đọc thêm