#SetelahPademiBerakhirTAP Hari itu saya bersama dua anak balita saya Jihan (3 th) dan Nisa (2 th) hanya bisa berdiri di depan pagar taman Kota. Anak-anak saya cuma bisa menunjuk-nunjuk prosotan dan ayun-ayunan yang terlihat dari luar pagar. Karena kasian sama anak-anak, saya menghampiri penjaga taman. Untuk memastikan. "Tutup ini pak?" "Iya bu, tutup." "Kapan itu saya lewat, buka." "Iya emang sempat buka bu. Meski dibatasi." "Trus kapan lagi buka?" "Waah ... enggak tau bu, sampai kapan." Akhirnya mau gimana lagi. Saya cuma bisa memberi pengertian pada anak-anak saya. Sambil jajan somay dan es, duduk di pinggir trotoar depan taman kota. Pandemi begitu berdampak bagi anak-anak. Membatasi kebebasan mereka bergerak bebas. Terutama bagi anak-anak kami yang tinggal di kota besar dengan rumah yang tidak terlalu luas. Di samping tidak bisa pergi ke taman kota. Anak-anak saya juga kehilangan satu lagi tempat bermainnya. Anak-anak saya kehilangan pasar malam yang biasanya setiap malam rabu singgah di depan rumah. Biasanya setiap selasa malam, anak-anak saya sibuk menangkap ikan, main masak maskan atau sibuk cari jajanan yang dijajakan oleh para penjual di pasar malam. Ohh.. jika pandemi berahir. Kami, saya dan anak anak akan sangat bersyukur. Kami akan tambah sering pergi ke masjid untuk sholat berjamaah dan mengaji. Lalu kami akan ke taman kota, berolah raga, main prosotan, ayunan, jungkat jungkit sambil menyapa orang orang yang kami temui di sana. Tak ketinggalan, setiap malam rabu, kami akan membeli jajanan, main pancing-pancingan, menangkap ikan, juga tak lupa membeli balon. InsyaAllah
Đọc thêm