Baca yuk sampai selesai ? Kita bahas ya tentang gumohnya bayi ASI. Gumoh atau dalam istilah medisnya disebut gastroesophageal reflux (GER) atau biasa disingkat reflux. Oiya, untuk catatan bagi mereka yang suka menggunakan mesin pencari Google. GER BERBEDA dengan Gastroesophageal reflux disease (GERD). Jadi, jangan buru2 menyimpulkan kalau bayi gumoh itu sudah pasti mengalami GERD. [Seberapa umum sih bayi ASI mengalami gumoh?] Sangat umum. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Prof. Badriul Hegar, dkk (Acta Paediatrica, “Natural Evolution of Regurgitation in Healthy Infants, 2009), 73% bayi mengalami hal ini dan angkanya menurun menjadi 50% ketika bayi memasuki bulan ke-5. Ada sebuah pernyataan yang menyebutkan, gumoh umumnya bukanlah masalah kesehatan yang mesti diwaspadai, tetapi lebih ke masalah “banyaknya cucian ibu” ? [Gumoh secara umum punya manfaat lho untuk bayi. Apa manfaatnya?] Berikut penjelasnan dr Jack Newman, seorang pakar laktasi dalam bukunya dr Jack Newman’s Guide to Breastfeeding (2015), hal. 124: "Breastmilk is full of immune factors (not just antibodies, but dozens of factors that interact with each other) that protect the baby from invasion by bacteria and other microorganisms (fungi, viruses, etc.) by forming a protective layer on his mucous membranes (the linings of the gut, respiratory tract and other areas). This protective layer prevents micro-organisms from invading the body through these mucous membranes. A baby who spits up gets extra protection, first when the milk goes down to the stomach, and again when he spits it up." (Terjemahan: ASI itu mengandung elemen imunitas yang melindungi bayi dari jamur, bakteri dan berbagai mikro organisme dengan cara membentuk lapisan pelindung di “mucous membrane” di area pernapasan, pencernaan, dan sebagainya. Bayi yang gumoh itu sebetulnya mendapatkan perlindungan ekstra lebih dari sekali. Pertama saat ASI turun dari mulut ke kerongkongan lalu ke lambung, lalu kedua saat ASI kembali naik ke atas) [Kenapa bayi sering gumoh?] Banyak teori yang menjelaskan hal ini. Pertama, salah satu penjelasan yang sering digunakan adalah karena masih belum sempurnanya “sphincter muscle”. Apa sih ini? Ini adalah lingkaran otot yang menghubungkan lambung dengan kerongkongan yang gunanya mencegah keluarnya isi lambung. Otot ini akan semakin kuat seiring dengan bertambahnya usia bayi dalam tahun pertama. Ketika otot ini belum sempurna, maka saat bayi dalam kondisi kenyang, ASI yang dia minum akan mudah keluar kembali. Kedua, posisi dan pelekatan menyusui yang belum baik biasanya membuat gumoh jadi lebih sering terjadi. Ketika pelekatan belum baik, ada lebih banyak udara masuk dan ini bisa memicu gumoh pada bayi. [Bagaimana ciri umum gumoh yang normal?] Umumnya selama bayi tetap happy dan kecukupan ASI baik, gumoh bukanlah masalah. Gumoh masih dianggap normal apabila: 1. Saat dan sesudah gumoh bayi dalam kondisi tenang. Buat bayi, gumoh itu tidak mengganggu walau buat kita yang melihatnya kadang terlihat “heboh”. Jika gumoh ini normal, bayi tidak akan rewel saat dan setelah gumoh. Bayi akan terlihat tenang, seperti tidak terjadi apa apa. Bahkan ada bayi yang setelah gumoh langsung minta menyusu lagi. 2. Secara umum kondisi bayi baik dan happy. Proses menyusui tetap normal. 3. Walau bayi gumoh beberapa kali dalam sehari, proses menyusui tidak terganggu dan frekuensi BAK harian tetap baik. Frekuensi BAK yang baik menandakan bayi tidak dehidrasi 4. Kenaikan berat bayi setiap bulan tetap baik dan kurvanya sesuai KMS 5. Kadang jika aliran ASI kencang, ASi suka keluar dari hidung. Itu juga normal karena saluran mulut dan hidung masih terhubung. [Adakah yang dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi gumoh yang cukup sering pada bayi di bulan-bulan pertama?] 1. Susui bayi dengan pelekatan yang benar. Kalau kesulitan mencapai pelekatan yang baik SEGERA bertemu konselor menyusui. 2. Menyendawakan bayi kadang bisa membantu mengurangi gumoh karena membantu mengeluarkan udara yang masuk saat menyusu. Tapi jangan salah, banyak bayi sudah disendawakan juga tetap gumoh. Sering juga bayi coba disendawakan tetapi tidak sendawa atau tidak terdengar sendawa. Ya nggak apa-apa. Nggak selalu mesti bisa sendawa kok. Dan sendawa juga nggak selalu terdengar oleh kita. Justru pada bayi yang mudah gumoh, jangan terburu-buru diangkat untuk sendawa setelah menyusu ya. Gerakan tiba-tiba yang kita lakukan justru sering memicu dia untuk gumoh. Beri jeda sebentar, baru sendawakan. Semakin besar bayi, sendawa seringkali tidak lagi diperlukan , terutama jika bayi sudah pintar menyusu. Lihat link video berikut utk berbagai teknik sendawa: https://www.youtube.com/watch?v=m50PTFmmlxw 3. Susui sebentar, beri jeda dengan disendawakan, lalu susui kembali. 4. Gumoh kadang terjadi saat aliran ASI kencang. Jika ini terjadi, lakukan hal hal berikut ini: susui bayi dengan posisi semi rebahan (dengan diganjal bantal) atau posisi IMD. Kedua posisi ini membantu melawan gravitasi aliran ASI. Bisa juga dengan perah ASI dengan tangan selama beberapa menit sebelum disusukan untuk mengurangi aliran. Atau jepit payudara di dekat areola dengan jari menyerupai bentuk gunting untuk mengurangi aliran [Kapan Anda mesti mewaspadai gumoh pada bayi?] 1. Bayi tidak nyaman saat dan setelah gumoh dan sangat gelisah diantara fase menyusui 2. Bayi menolak menyusu 3. Bayi terlihat pucat, lemah, lesu setelah gumoh 4. Gumoh berwarna hijau atau berdarah (yang bukan karena puting ibu yang lecet) 5. Gumoh diikuti dengan adanya darah di BAB/feses 6. Kenaikan berat tidak optimal atau malah menurun Jika hal2 di atas terjadi, evaluasi asupan ibu karena gumoh yang diikuti dengan hal-hal di atas bisa menandakan bayi alergi, misalnya alergi produk susu sapi. Dan segera berkonsultasi ke dokter anak. Sc : Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Facebook group.
Đọc thêm