Hi mommies ❤️ Sebelumnya maaf ya karena jarang buka The Asian Parent, jadi sekali dibuka ternyata notifications dari mommies sekalian udah numpuk banget ? Sekali lagi aku mau say thank you untuk para mommies yang begitu perhatian dan supportive terhadap babyku ❤️ Begitu banyak dukungan dan doa yang aku ngga bisa balas 1 per 1 saking banyaknya. Tapi aku sangat amat berterima kasih kepada kalian semua ❤️ Nah sampai sekarang masih banyak yang tanya, gimana kondisi babyku. Apakah masih di NICU atau udah pulang. Nah jawabannya babynya udah pulang ke rumah sejak 12 November 2018, ya. Dia lahir tanggal 1 September 2018, dan dirawat di NICU total 73 hari atau 2,5 bulan. Keadaan waktu pulang sudah sangat sehat dan berat 1,870kg. Sudah dilakukan cek mata (ROP) dan cek pendengaran juga sebelum dan seminggu sesudah pulang. Puji Tuhan hasilnya bagus. Nah sekarang ngga kerasa, 3 hari lagi umurnya genap 1 tahun. Beratnya sudah 6,8kg (per 13 Agustus 2019). Masih jauh dibawah standard, tapi buat aku itu udah lumayan banget ❤️ Pertumbuhan dan perkembangannya Puji Tuhan cukup baik sampai hari ini. Ngga ada komplikasi apapun. Sudah sangat sehat untuk seukuran anak prematur seperti dia. Nah ada beberapa mommies yang ingin tahu update tentang babyku. Mohon maaf kalau aku jarang update di aplikasi TAP ini. Tapi untuk yang memang mau lihat perkembangannya ataupun belum sempat lihat Preemie Journeynya, bisa dilihat di instagram pribadiku www.instagram.com/mdmgoei Instagramku ngga dilock dan mommies bisa lihat storynya di highlight, jadi ngga perlu follow untuk lihat updatenya, semua udah bisa dilihat disitu ☺️❤️ Nah mungkin ada beberapa mommies yang masih kesulitan mengakses Instagram atau merasa repot, berikut aku post beberapa foto terbarunya yang diambil antara Juli-Agustus 2019 ini ya. Juga untuk cerita tentang preeklamsiaku sudah kupost di aplikasi TAP ini. Mommies bisa cek profileku dan lihat di postingan sebelum ini ☺️ Sekali lagi terima kasih untuk supportnya, love and kisses from us ❤️❤️❤️
Đọc thêmHi mommies ❤️ Setelah sharing tentang kehamilan kemarin, ternyata masih cukup banyak yang tanya tentang preeklamsiaku. Aku ada reply ke beberapa mommies, tapi memang ngga semuanya bisa kureply karena keterbatasan waktu dan tenaga. Mungkin aku akan sharing di post baru aja ya, supaya mommies yang ketinggalan masih bisa baca ☺️❤️ Jadi preeklamsia itu apa sih? Aku akan share dulu kutipan singkat dari SPOG-ku di Instagram (aku juga ada share di highlight IGku) : - Preeklamsia adalah kelainan yang terjadi pada ibu hamil diatas 20 minggu, ditandai dengan : • Peningkatan tekanan darah yang dapat disertai dengan perburukan hasil laboratorium darah • Perburukan gejala seperti sesak napas, pandangan kabur, kejang, penurunan kesadaran, dan bayi kecil - Terjadi kurang lebih pada 2-5% ibu hamil - Angka kejadian di negara berkembang bisa mencapai 10-18% - Yang beresiko terkena preeklamsia adalah pasien dengan : • Peningkatan tekanan darah / hipertensi sebelum hamil • Ada riwayat darah tinggi pada kehamilan sebelumnya • Memiliki riwayat diabetes, sakit ginjal, autoimun, obesitas • Hamil anak pertama, hamil anak kembar, dan hamil di usia tua ataupun sangat muda Perlu diingat bahwa tidak semua yang disebut diatas berarti akan mengalami preeklamsia. Contohnya banyak pasien dengan obesitas, hamil anak pertama, hamil kembar, ataupun hamil di usia tua/muda yang bisa mengalami kehamilan yang normal dan melahirkan cukup bulan (diatas 38 minggu). Nah ada beberapa pertanyaan dari mommies di postinganku sebelumnya, yakni : • Apakah selama hamil ngga pernah cek lab? • Gejalanya seperti apa sih? • Kenapa ngga bisa lagi untuk hamil? Nah aku akan coba jawab 1-1 ya.. Jadi apakah aku ngga pernah cek lab selama hamil? Kenapa baru bisa ketahuan preeklamsia? Aku dari awal hamil selalu rutin check up ke dokter kandungan tepat waktu, dan sudah cek lengkap semuanya di laboratorium, termasuk TORCH, gula darah, dan lainnya. Hasilnya selalu bagus. Perkembangan janin juga sangat bagus. Dan hasil tensi darah juga stabil di 100/70. Semuanya sangat bagus sampai di bulan ke-6 kehamilan. Waktu itu terdeteksi bahwa ukuran janinku cenderung lebih kecil 1-2 minggu dari usia kandungan. Dan untuk pemeriksaan lebih lanjut, aku dirujuk ke dokter Fetomaternal. Setelah diperiksa, beliau menduga ada insufisiensi plasenta dan abnormal blood flow yang menghambat sirkulasi makanan ke janin. Nah untuk gejala preeklamsia sendiri seperti apa sih? Ini hanya dugaanku, karena waktu di rumah sakit, aku berusaha mengingat kronologisnya. 2-3 hari sebelum aku diopname (tanggal 30 Agustus), pipisku kelihatan berbusa seperti bubble bath, tapi tidak berbau. Kalau aku cek di google, air seni berbusa adalah tanda adanya protein (which is menurut aku sangat relate). Tapi kalau memang sudah terjadi preeklamsia, tanggal 29 Agustus aku masih check up ke dokter kandungan, dan hasil tensinya masih normal di angka 100/70. Tapi karena hasil lab menunjukkan terjadi kekentalan darah, aku dirujuk ke dokter ahli darah untuk konsultasi perlu atau tidaknya suntikan heparin (pengencer darah) selama sisa kehamilan. Untuk pengencer darah ini biayanya lumayan ya. 1x suntik bisa mencapai Rp 500.000, dan diperlukan 2x suntikan/hari sampai H+3 setelah lahir (berarti kira2 harus disuntik selama 14-15 minggu). Jadi karena hari itu dokter tidak praktek, baru dijadwalkan keesokan harinya tanggal 30 Agustus. Nah disitulah waktu ditensi, tekanan darah ada di angka 190/100. Padahal sehari sebelumnya masih normal. Di hari itu, pagi-sore masih beraktivitas seperti biasa. Ngga ada rasa pusing juga, ataupun gejala2 preeklamsia seperti yang kusebutkan diatas. Nah karena dinilai cukup berbahaya untuk ukuran ibu hamil, jadi saat itu juga dokter langsung menghubungi dokter kandunganku untuk minta ijin rawat inap. Jadilah hari itu aku dirawat inap dan diobservasi. Total rawat inap 7 hari. 1 malam di ruang bersalin, 1 malam di Intermediate Care, 1 malam di ICU, dan 3 malam di ruang rawat inap biasa. Nah kenapa aku sampai masuk ICU? Karena tensiku meroket tinggi sampai 240/200 dan sudah masuk kategori preeklamsia berat dan dinilai sudah sangat kritis, karena sewaktu-waktu bisa saja berubah jadi eklamsia (kejang-kejang) dan resikonya bukan hanya keguguran, tapi juga mati batang otak. Nah mulai dari situ sampai setelah melahirkan, aku pun ngga ada rasa sakit kepala/pusing/kejang. Nah kenapa aku ngga bisa hamil lagi? Jadi untuk penderita preeklamsia, memang beresiko untuk mengalami preeklamsia lagi pada kehamilan berikutnya, walaupun tidak semua. Untuk kasusku, karena dinilai langka dan sudah masuk kategori yang sangat berat, jadi untuk kehamilan berikutnya resikonya sangat besar dan bahkan mungkin bisa jauh lebih parah. Kalaupun memang nanti ingin hamil lagi atau terlanjur hamil, berarti terapi pengobatannya harus dimulai sejak kehamilan terdeteksi, dan kisaran biayanya ngga murah. Bisa mencapai ratusan juta untuk pengobatannya sendiri. Misalkan untuk kasusku yang ada kekentalan darah, suntikan heparin yang diperlukan dosisnya adalah 2x1. Kalau 1 dosis seharga Rp 500.000 dan dalam sehari diperlukan 2 suntikan, maka diperlukan Rp 1.000.000 per hari. Dikali 40 minggu (-/+ 270 hari) = Rp 270.000.000. Itu hanya untuk suntikan saja, belum termasuk obat-obatan lainnya. Selain itu, yang jadi pertimbangan juga adalah keselamatan bayinya nanti. Pada kasus preeklamsia seperti aku, bukan tidak mungkin kehamilan berikutnya akan berujung dengan kelahiran prematur kembali. Untuk kehamilan yang pertama, aku melahirkan di usia kandungan 26 minggu dengan berat bayi 780 gram. Bayiku harus dirawat di NICU selama 73 hari, dan biaya yang dikeluarkan untuk perawatannya juga tidak sedikit, mencapai ratusan juta. Kalaupun memang rejekinya ada, rasanya aku ngga mampu lagi kalau harus kembali melihat anakku terbaring dengan ventilator dan selang infus sambil bertahan hidup di NICU. Dan pertimbangan terakhir dan paling riskan adalah setelah kehamilan pertama, aku menjadi penderita hipertensi kronik. Tekanan darahku sehari-hari bisa mencapai 250/200, dan tanpa ada rasa pusing atau rasa tidak nyaman sama sekali. Jadi sekarang aku harus minum obat tensi seumur hidup agar tekanan darahku bisa stabil di angka 130-140an. Penggunaan obat seumur hidup berarti masalah di kemudian hari, karena aku harus siap jika nantinya ginjalku akan bermasalah karena akumulasi obat-obatan yang kuminum. Dan resiko gagal ginjal serta gangguan jantung adalah hal yang menyertai hari-hariku saat ini. Kalau ditanya apakah ngga mau hamil lagi? Pastinya aku mau. Karena aku ngga sempat merasakan bagaimana rasanya hamil selama 9 bulan. Bagaimana rasanya melihat dan mendengar tangisan anak untuk pertama kalinya, serta mendekapnya dalam pelukan. Tapi kalau harus menempatkan anakku nanti kedalam masalah yang sama, lebih baik aku urungkan keinginanku untuk hamil lagi. Aku sudah sangat bahagia dengan keadaan yang sekarang. Bahagia bisa melihat anakku tumbuh dan berkembang dengan baik, walaupun dengan segala permasalahan yang sempat dia alami saat lahir dulu. Berusaha hidup sehat dan hidup selama mungkin untuk merawat anakku adalah prioritas utamaku saat ini. Mudah-mudahan bisa menjawab pertanyaan mommies sekalian yang kemarin belum sempat kujawab ya ❤️ Sekali lagi terima kasih banyak untuk doa dan supportnya☺️❤️ #CeritaHamilTAP
Đọc thêmProbably My First and Last Pregnancy
Pengalaman paling mengharukan selama hamil? Mungkin ini bukan hanya paling mengharukan, tapi paling dikenang seumur hidup. Disaat ibu lainnya bisa merasakan hamil selama 9 bulan, aku hanya bisa merasakan hamil selama 6 bulan Disaat ibu lainnya bisa langsung mendekap anaknya, aku harus menunggu 6 minggu lamanya untuk bisa memeluk anakku. Disaat ibu lainnya bahagia bisa melihat menggendong bayi seberat 3 kilo, aku harus kuat melihat bayiku lahir dengan berat 780 gram, tergeletak dengan selang infus dan ventilator didalam inkubator. Selama hamil, pastinya aku dan suami menjadi orang yang paling bahagia. Anak yang sudah kami nantikan selama 2 tahun, akhirnya sebentar lagi akan hadir ditengah-tengah kami. Mulai dari makanan dan gaya hidup sehat, rutin periksa ke dokter, sampai membeli semua perlengkapan terbaik untuk bayi sudah kami siapkan. Setiap hari selalu bertanya-tanya, akan seperti apa anak kami nanti. Terlebih begitu tahu bahwa anak kami laki-laki, pastinya suami yang paling bahagia. Rasa tidak sabar untuk segera melalukan USG 4D pun semakin menjadi-jadi. Sampai akhirnya tiba waktunya dimana dokter sudah mengizinkan untuk USG 4D karena dinilai sudah cukup besar dan lengkap untuk dilihat. Tapi bukannya wajah yang kami dapat, malah berita bahwa ada sesuatu yang aneh dari bayi kami. Ukurannya terlihat lebih kecil dibanding yang seharusnya. Dan kami harus segera mengunjungi dokter Fetomaternal, agar dapat mengetahui lebih lanjut mengenai kondisi bayi kami. Sampai disana, dokter pun memvonis ada kelainan pada plasentaku, sehingga bayi tidak mendapat cukup nutrisi. Kaget dan shock, tapi berusaha tetap tenang. Lalu kembali ke dokter kandungan dan beliau menyarankan untuk segera cek lab. Setelah hasilnya keluar, ternyata ada beberapa gangguan seperti darah kental, dan beberapa defisiensi protein dan vitamin. Jeda waktu sejak vonis dokter Fetomaternal hingga opname yaitu 1 minggu, dan ternyata selama itu tubuh sudah mulai menunjukan gejala namun aku tidak sadar. Sampai akhirnya dokter kandungan mengatakan bahwa aku terkena Preeklamsia Berat, dan tensi bertahap naik dari 190 sampai puncaknya 240, dan bayiku harus segera dilahirkan atau nyawa kami berdua terancam. Hancur? Pastinya. Usia kandungan masih 26 minggu, bayi masih 700-800 gram. Apakah mungkin bisa selamat? Sepertinya kemungkinannya kecil. Namun ternyata takdir berkata lain. Bayi kecil kami akhirnya lahir, walaupun ukuran tubuhnya kecil dan kondisinya kritis. Airmataku tidak berhenti mengalir, karena tidak sanggup melihat tubuh mungil itu dipenuhi selang infus dan ventilator. Tapi dia menolak untuk menyerah, dan keajaiban demi keajaiban terjadi dalam hidupnya. Walaupun aku dan suami hanya bisa melihat dari balik jendela inkubator, namun kami yakin dan percaya anak kami tangguh dan bisa melewati semua ini. Nyaris 11 bulan berlalu, dan kini ia begitu sehat, seakan tidak pernah terjadi apapun dalam hidupnya. Kehamilan ini adalah kehamilan pertama, dan mungkin juga yang terakhir dalam hidupku. Karena jika ingin hamil lagi, kemungkinan besar kejadian ini akan terulang lagi, bahkan lebih buruk. Jadi buat aku, kehamilan ini bukan hanya mengharukan, tapi juga menjadi sebuah lembaran baru dalam hidupku, suamiku, dan anak kami. (Cerita lengkap mengenai kehamilanku bisa dilihat di https://www.instagram.com/mdmgoei , di bagian highlights ‘preemie journey’) #CeritaHamilTAP
Đọc thêm