Untuk peri kecil yang telah menjadikanku seorang ibu. Sembilan bulan jantung kita berdetak beriringan. Kamu mengajarkan Mimii banyak hal. Postur tubuh Mimii yang kecil membuat Dokter dan Bidan kurang yakin bahwa Mimii bisa melahirkan dengan cara pervaginam. Mimii pun sudah siap dengan segala kemungkinan, karena Mimii percaya-- apapun jalan lahir yang kamu pilih pastilah yang terbaik untuk kita. Selama kehamilan, Mimii tetap berusaha. Segala hal tentang melahirkan pervaginam Mimii pelajari. Setiap kali kontrol kehamilan, posisi kamu selalu baik-- ada setitik harapan disana. Sampai usia kamu menginjak 35weeks posisi kamu semakin baik, sudah terkunci di dalam panggul Mimii, itu membuat Mimii semakin bersemangat untuk bisa melahirkan kamu dengan cara pervaginam. Namun, sampai usia 40weeks kamu tak kunjung mengirimkan gelombang cinta itu, hingga Dokter menyarankan untuk dilakukan induksi-- mengingat taksiran berat badan kamu yang semakin naik. Mimii pun mengikuti saran Dokter. Hari itu, Selasa 29 Desember 2020 Mimii melakukan induksi sebagai salah satu ikhtiar Mimii. Rabu, 30 Desember 2020 Lagi-- Mimii hanya bisa berusaha, Namun segala sesuatunya adalah Kuasa Allah. Meski sudah diinduksi, kamu tetap tidak menunjukkan keinginan untuk lahir dengan cara pervaginam. Tindakan induksi yang berlebihan, dikhawatirkan membuat kamu merasa tidak nyaman yang justru membahayakan kondisi kamu, jalan terakhir pun kita lakukan-- Operasi Ceasar. Mimii menangis dipelukan Pipii, entah-- ada rasa haru disana. Ketakutan Mimii terhadap alat-alat operasi harus Mimii hilangkan, demi bertemu kamu. Operasi pun dilakukan. Tak butuh waktu lama, tangis kamu mulai terdengar. Suster membawa kamu kepelukan Mimii, setelahnya kamu bertemu Pipii untuk diazani. Ditengah-tengah operasi, Mimii merasa napas Mimii mulai tak beraturan. Mimii mulai tidak bisa bernapas lewat hidung. Dengan melakukan pernapasan melalui mulut, Mimii memanggil Dokter terus menerus meminta bantuan, Dokter pun memberi Oksigen tambahan untuk Mimii, pernapasan Mimii pun sedikit demi sedikit mulai terbantu, namun diakhir operasi, Mimii merasa tubuh Mimii menggigil tak tertahankan, suster membawa Mimii ke ruang Observasi-- meyakinkan Mimii bahwa diruangan ini Mimii akan merasa lebih baik. Namun ternyata sebaliknya. Mimii merasa semakin menggigil dan bernapas tak beraturan lagi, pikiran Mimii mulai terbayang kepada orang-orang yang Mimii sayang, bagaimana jika takdir mengatakan bahwa ini adalah akhir hidup Mimii? Rasanya benar-benar antara hidup dan mati, Mimii pasrahkan diri kepada Sang Maha Kuasa, sambil terus meminta ampunan padaNya Suster mulai memasang kembali monitor detak jantung, untuk memastikan bahwa Mimii masih dalam keadaan baik-baik saja. Mimii mulai memanggil-manggil Pipii, berharap Pipii segera datang sehingga membuat keadaan Mimii menjadi lebih baik. Mimii melihat kesekeliling, para perawat masih sibuk dengan pekerjaannya. Ketika melihat kesebelah kiri, Mimii melihat "kamu"-- memakai bedong dan baju berwarna Pink yang sudah Mimii siapkan untuk kamu pakai. "Dede," panggil Mimii dengan lirih Seketika keajaiban itu datang, napas Mimii mulai kembali normal, rasa gigil sedikit demi sedikit hilang. Kamu seperti memberi kehidupan kembali untuk Mimii. Pipii pun datang, memberi kabar bahwa kamu baik-baik saja, dan sudah berada di ruang perawatan bayi. Selamat datang ke dunia Peri Kecil Mimii dan Pipii. ❤️ Nazifa Shahia Alfathir ❤️ "Anak yang bersih yang dapat menciptakan keberhasilan dengan baik, cerdas, dan beruntung" Mimii dan Pipii mencintai kamu #sharing #ceritapersalinan
Đọc thêm