Support system saya adalah suami saya, dari kelahiran anak pertama hingga ketiga dia selalu ada buat saya dan selalu terlibat penuh dalam mengurus anak. Apalagi saat saya hamil anak ketiga ini, mama kandung dan mama mertua dua duanya sudah almarhum, jadi tidak ada yang membantu kami berdua.
Saat saya hamil, sejak usia kandungan 2 bulan, saya mengalami sakit di bagian pinggang, pantat dan kaki. Suami hampir setiap hari memijit saya saat malam hari sebelum saya tidur, padahal saya tau dia sendiri sebenarnya juga capek. Setiap bulan tak lupa dia selalu mengingatkan saya untuk kontrol ke dokter, dan selalu siap sedia mengantar saya.
Sehari sebelum anak kami lahir(secara sc), suami bebersih kamar dan mengatur beberapa perabot hingga tempat tidur bayi bisa masuk di kamar, saya tidak boleh membantu, karena takut saya kecapean. Saat anak kami lahir, kedua anak kami yg besar kami titipkan ke saudara, sementara suami menginap di RS menunggui saya selama 3 hari, pulang hanya untuk mandi dan membeli makanan, dia membantu saya mengurus bayi kami karena RS tempat saya lahiran mendukung ASIx, jadi bayi nya tidur satu kamar dengan saya, sedang kondisi saya setelah operasi tidak bisa leluasa bergerak, jadi suami yg menggendong bayi kami, membersihkan kotorannya, membantu memposisikan bayi jika dia mau menyusu dll, bisa dibilang kami begadang bersama sejak hari pertama kelahiran bayi kami.
Saat pulang ke rumah, saya masih dalam kondisi badan tidak karuan rasanya karena habis operasi, dan sempat pendarahan juga, jadi perasaan saya campur aduk, cemas karena ASI masih sangat sedikit sementara bayi mulai kuning, jutek juga karena kedua anak kami yg besar sangking senangnya lihat adik nya jadi mereka pegang2 adiknya, ribut2 di sekitar adiknya sehingga bayinya terbangun terus, saya jadi tidak bisa istirahat sehingga bawaannya pingin marah aja, suami yg saat itu langsung menenangkan saya, kemudian beri pengertian pada dua anak kami, dan seperti saat di RS membantu saya mengurus bayi, padahal dia juga sudah mulai harus masuk kerja lagi, tapi tetap bersedia begadang mengurus bayi bersama saya.
Saat kontrol ke dokter anak seminggu setelah lahiran suami juga antar saya, padahal dokternya praktek pagi, sedang sesungguhnya suami harus masuk kerja, jadilah dia ambil cuti, dan karena kontrolnya harus beberapa kali, selain karena bayi kuning, saya juga belajar menyusui di dokter laktasi, jadilah dia rela jatah cutinya habis demi antar bayi kami dan saya kontrol ke dokter dan belajar menyusui di dokter laktasi (karena dua anak saya yang lebih besar dulu bingung puting sehingga saya tidak menyusui, jadi meski sudah punya 3 anak, ini pertama kalinya saya menyusui). Minggu2 berikutnya, saat saya putus asa karena ASI belum banyak juga, sampai sempat baper dan nangis2, dia juga support saya, menenangkan saya, memberi semangat bahwa saya pasti bisa menyusui bayi kami.
Saat teman-temannya mengunjungi kami di rumah, mereka kaget melihat suami saya sudah 'ahli' menggendong bayi, mereka salut juga saat tahu suami ikut terlibat mengurus anak dari anak pertama sampai yang ketiga ini.
Sampai saat ini usia bayi kami 2 bulan, dia tetap membantu saya. Saat saya di rumah, dia bergantian dengan saya mengurus 2 anak kami, mengurus bayi juga seperti memandikan, menyuapi ASIP ke bayi dengan sendok, menggendong bayi kami saat dia rewel, saat saya pergi bekerja beberapa kali seminggu di sore hingga malam hari dia sendirian yg mengurus mereka bertiga.
Sungguh saya sangat bersyukur memiliki suami yang support saya, dan mau terlibat penuh dalam mengasuh dan membesarkan anak2.
#KarenaBundaBerharga