Ibu yg melahirkan normal dan SC sama-sama bertaruh nyawa
Sering membaca kenapa ibu yg melahirkan dengan cara operasi sesar sedikit direndahkan, dikatakan tidak berjuang? Saya sendiri sehari setelah operasi dikatain tante nya suami saya, katanya saya masih perawan tidak seberjuang mempertaruhkan nyawa seperti orang melahirkan normal, saya sangat tersinggung dan memblokir orang toxic seperti dya. Bagaimana mungkin, saya menderita wasir yg walaupun tidak parah tetapi sering berdarah (3 hari sebelum operasi berdarah terus-terusan) dimulai saat hamil 7 bulan, wasir tertekan keluar jadi harus melahirkan normal yg beresiko, juga BJJ dedek bayi yg besar, dan molor 2 minggu dari HPL which is dhaaruwrhottt... Bu bidan senior di puskesmas aja menolak saya jika ingin lahiran normal disana. Prediksi 4 kilo lebih. Belum lagi sesaat setelah operasi, denyut jantung saya bukannya normal malah naik naik dan naik sampai hari ke.... sekian. Dada rasanya sakit nyeri dan sesak sampai ke punggung, berdebar luar biasa tapi saya bohong ke dokter dan bidan dan suster dan ke suami pastinya. Jelas bohong wong hasil EKG mengatakan sebaliknya, hehehe... Supaya saya lekas pulang kerumah! Suami saya sempat panik dan marahin bahwa saya harus melakukan saran dokter ini dan itu, minum obat ini dan itu, sementara saya sudah kebelet pulang. Sehari setelah operasi saya paksakan bisa jalan dikamar bersalin saya walaupun masih ngompol di popok dewasa, dan apa-apa yg saya paksakan agar lekas pulih. Setelah 52 hari nifas pun masih terasa sakitnya bekas jahitan, ditambah jauh dari suami yg bekerja di luar pulau, selalu menimang-nimang anakku tersayang agar tangisnya reda saat dini hari, dan harus menunda momongan dulu minimal 2 tahun. Dan yg tadi sudah "memuji" proses lahiran saya ternyata juga perempuan tua walaupun belum sempat dikaruniai keturunan, belum sempat merasakan hamil apalagi melahirkan. Lha tapi mulutnya....... Saya sangat pro normal tetapi jika seorang ibu memilih operasi misalnya hanya karena mudah dan "malas mengejan" ya itu haknya. Apalagi yg dgn resiko. Atau yg merasa tidak kuat mengejan. Tetap beresiko (sama dgn proses normal) dan tetap seorang ibu (nggotong-otong bayi dlm kandungan yg berat selama berbulan-bulan) tetap merasakan gejala kehamilan TM 123, tetap kepayahan beraktifitas selama hamil besar, tetap ingin memberikan yg terbaik, tetap BANGUN MALEM-MALEM demi meredakan tangisan buah hati, meskipun ada masalah di keluarga tetap nggak bisa tidur kepikiran anak, yg nyusuin lah, yg ganti popok lah, yg timang-timang lah, ah semua dilakukan demi anak. Buat yg sering dibully, BULLY GENTI dong. Bully balik dya, atau coret dari daftar orang terhormat dalam otak kita. Jauhin kalau bisa. Hidup udah susah tanpa ngeliat & ngedengerin orang yg toxic ama kita, bikin makin susah. Nggak usah direken, abaikan. Meskipun diri ini juga masih susah mengabaikan orang macam begitu... 🥲🥲🥲 Sampai sekarang sudah 2 bulan berlalu luka jahitan saya masih perih, dalamnya masih nyeri, aktifitas tetap padat merayap, anak masih butuh cinta & kasih sayang, suami masih butuh dilayani lahir batinnya, dan satu lagi bu ibu... Bekas bius di punggung saya juga masih luar biasa linu nya apalagi kalau setelah beraktifitas seharian, atau kena dingin (AC atau suhu saat hujan). Suami? Udah lupa itu semua ketika pulang kerja lihat anaknya yg lucu. Lagi-lagi sebagai perempuan kuat kita ini rajin elus dada pake garpu 🥲🥲🥲 Jangan lagi ngerasa minder dgn "sesar", kalau ada yg bully, bilang aja, enak dong masih sempit masih bisa muasin suami 😂😂😂 atau satirisme & sinisme sejenisnya... Tapi yg jelas, ibu ibu yg hebat tidak nyinyir apalagi membully sesama rekan sejawat, kita kudu saling mengasihi menyemangati baik ibu normal ibu sesar ibu rumah tangga ibu bekerja, kalau ibu yg menelantarkan anak-anaknya..? Nah itu perlu ditolong, mungkin doi sedang "sakit" sampai melupakan nikmatnya menjadi seorang ibu... 😄😄😄 Foto milik pribadi, object bunga mawar nya adik saya... 🥀 #jangandibully #bullying #sharing #sharingiscaring