#CeritaPernikahan

Saya menikah pada tanggal 25 April 2014. Saya tinggal di sebuah kompleks perumahan kelas menengah atas karena ayah saya pada waktu itu memiliki jabatan yang cukup bagus di kantornya. Tentunya, seperti di kompleks-kompleks perumahan lainnya, di kompleks perumahan saya, ada banyak anak-anak muda sebaya saya. Hampir setiap tahun ada yang menikah. Pestanya pun sangat meriah. Ketika tiba giliran saya untuk menikah, saya tidak mau mengadakan pesta karena saya ingin menggunakan tabungan saya dan suami saya sendiri, dan tentunya jumlahnya tidak seberapa. Saya kasihan kepada kedua orang tua saya yang sudah mengeluarkan banyak biaya untuk membayar sekolah serta kuliah saya. Selain itu, saya masih mempunyai 7 orang adik yang tentunya masih memerlukan banyak biaya. Semula kedua orang tua saya menentang, bahkan ada beberapa tetangga saya yang menuduh saya sudah hamil duluan (MBA), tetapi saya tetap bersikukuh untuk selamatan akad saja. Akhirnya, kedua orang tua saya mengalah dan saya dengan suami saya menikah dengan sangat sederhana. Mengenai tuduhan bahwa saya hamil? Saya membuktikannya dengan melakukan berbagai kegiatan. Pagi-pagi, saya jogging dan sepulangnya dari kerja, saya.main ping-pong, badminton atau berlatih kung fu fighting dengan adik-adik saya. Melihat gerakan saya yang dapat dikatakan keras, orang-orang yang sudah berfikiran negatif tentang saya mulai menyadari kesalahannya. Saya belum hamil. Sungguh mengejutkan, beberapa dari tetangga dan sepupu saya terinspirasi oleh saya sehingga pada saat menikah, mereka mengikuti cara saya tersebut. Walaupun mereka berasal dari keluarga yang berkecukupan, mereka menikah dengan cara yang sangat sederhana, seperti halnya cara saya. Alasannya adalah menikah seperti itu tidak merepotkan siapapun, termasuk orang tua, murah, meriah, tetapi tetap khidmat. Kalau ada yang berfikiran negatif, mereka juga mengikuti cara saya, yaitu: berolahraga yang agak keras. #CeritaPernikahan

 profile icon
Viết phản hồi
Hãy là người đầu tiên trả lời