My Birth Story : Operasi Caesar, Jalan Terbaik Untuk Persalinanku
Parents pasti pernah merasakan setelah menikah dapat pertanyaan "sudah hamil belum?" , Ya itu juga yang Aku alami, padahal pernikahanku baru berjalan 1bulan, tentu saja risih rasanya ditanya hal seperti itu, namun Aku hanya meminta didoakan agar secepatnya diberikan keturunan. Ternyata, memasuki 2bulan pernikahan, Aku hamil. Jujur, Aku pun tidak menyangka secepat ini Allah SWT memberikan kepercayaan kepada aku & suami. Padahal, rasanya baru saja kami merasakan sebagai pengantin baru, bahkan belum sempat "honey moon" karena memang kami menikah di bulan Juni saat sedang Pandemi. Meskipun begitu, Aku sangat mensyukuri apapun yang terjadi. Kehamilan Aku pun dijalani dengan penuh suka & duka. Aku beruntung di kehamilan pertamaku ini tidak merasakan mual muntah atau ngidam yang aneh-aneh. Aku masih bisa merasakan makanan dengan enak tanpa harus muntah. Keluhanku saat hamil hanya fisik mudah lelah, malas untuk beraktifitas alias sering mager hehe. Setiap bulan Aku rutin memeriksakan kandungan ku. Trimester Pertama, semua normal tidak ada masalah serius pada kandunganku. Aku hanya diberi saran untuk rutin konsumsi vitamin yang diberikan. Trimester kedua, tepatnya pada bulan ke 7, Aku USG untuk mengecek letak posisi janinku, ternyata posisi nya sungsang dimana letak kepala berada diatas dan presentasi bokong dibawah. Perasaanku saat itu sedih & takut, karena keinginanku untuk melahirkan normal akan sulit jika posisi janin sungsang. Namun, dokter memberikan keyakinan padaku bahwa posisi janin masih bisa berubah. Aku diberi saran untuk minum lebih banyak 2lt/Hari, dan harus sering melakukan gerakan Knee Chest Position atau sujud lebih lama ketika sholat. Setelah USG hari itu, dirumah Aku langsung mempraktekan saran dokter tersebut. Aku rutin melakukan gerakan Knee Chest position, selain itu Aku juga mencari video-video yoga ibu hamil untuk merubah letak posisi janin. Tidak lupa juga untuk minum air putih 2lt/Hari, karena dengan banyaknya air putih bisa menambah air ketuban sehingga memudahkan janin untuk bergerak berpindah posisi. Selain itu, setiap pagi Hari Aku juga rutin berjalan kaki, Aku senang melakukan nya karena ini merupakan olahraga yang paling ringan sekaligus Aku bisa menghirup udara segar yang membuat pikiran lebih rileks. Setelah 2minggu Aku jalani semua cara tersebut, aku USG kembali dengan harapan posisi janin sudah berubah tidak sungsang lagi. Tapi, ternyata posisinya masih sama belum berubah. Rasanya saat itu kecewa sama diri sendiri karena apa yang sudah dilakukan tidak membuahkan hasil. Lagi-lagi dokter memberikan semangat dan arahan untuk terus melakukan gerakan yang sama. Dokter bilang 2minggu lagi USG ulang, jika dalam 2 minggu tidak berubah posisinya maka kemungkinan dijadwalkan untuk operasi Caesar. Perasaanku saat itu down, tetapi suami , orangtua & keluarga terus memberikan dukungan semangat bahwa Aku pasti bisa untuk melahirkan secara pervaginam. 2minggu berlalu, kini harus USG kembali Aku pun USG di beberapa tempat untuk meyakinkan diri, tapi memang hasilnya semua sama saja, ya posisi janinku masih sungsang. Pada akhirnya akupun pasrah, karena berbagi cara sudah Aku coba untuk merubah posisi janinku. Katanya dengan mengajak ngobrol janin & memberikan afirmasi positif bisa mempengaruhi namun tetap saja sepertinya janinku sudah nyaman sekali dengan posisinya. Aku periksa kembali ke dokter, kali ini dokter menyarankan untuk segera dilakukan tindakan operasi caesar mengingat usia kandunganku sudah 38weeks, kemungkinan posisi janin berubah sangat kecil. Jika dipaksa menunggu sampai kontraksi tiba dikhawatirkan akan sulit mengeluarkan bayinya dengan posisi bokong dibawah. Aku & suami akhirnya sepakat menyutujui saran dari dokter tersebut, lalu dijadwalkan operasinya Hari Kamis, tanggal 18 maret 2021. " Sudah saya jadwalkan untuk operasinya ya, Bu. Usahakan pukul 07.30 sudah di RS & 2 jam sebelumnya mohon berpuasa terlebih dahulu" begitulah pesan dokternya. Perasaanku saat itu sedih, karena harapanku untuk bisa melahirkan secara pervaginam pupus, tetapi dengan dukungan dari suami & keluarga yang menguatkan serta meyakinkan bahwa memang ini sudah jalan terbaik sesuai dengan rencanaNya, yang terpenting harapannya persalinan berjalan lancar, ibu & bayinya sehat. Masih ada waktu 3 Hari sebelum operasi, Aku mencoba menenangkan diri sambil mempersiapkan peralatan yang akan dibawa saat melahirkan nanti. Selain itu, Aku & suami juga melakukan swab terlebih dahulu karena salah satu syarat melahirkan ditengah Pandemi yaitu dengan memberikan hasil swab. Alhamdulillah hasil swab kami berdua negatif. Selain itu, pada saat pandemi tidak boleh ada yang menjenguk dan menemani selama proses operasi maupun dikamar perawatan, hanya boleh ditemani suami saja. Akhirnya, Hari itu tiba dimana Aku harus menjalani operasi pertamaku. Ya ini adalah Kali pertama Aku merasakan operasi yaitu untuk melahirkan seorang anak yang sudah Aku kandung selama 9bulan lamanya. Aku mulai mengganti pakaian operasi, sudah dipasang infus, dan mulai masuk keruang operasi tanpa didampingi suami. Aku berusaha untuk tenang meskipun ada sedikit ketakutan. Mulailah Aku dibius pada bagian tulang belakangku, lalu setengah badanku sudah mati rasa. Dokter pun melakukan tugasnya sambil sesekali mengajak Aku ngobrol agar lebih rileks. Operasi berjalan dengan lancar. Akhirnya, pada pukul 12.05 lahirlah anak kami berjenis kelamin laki-laki dengan BB 2770gr & PB 47cm dengan selamat tanpa kekurangan satu apapun. Tetapi, karena Pandemi Aku pun tidak bisa melakukan IMD karena bayiku langsung dibawa keruang bayi & Aku dibawa ke kamar perawatan. Keesokan harinya Aku baru bisa melihat bayiku lalu menyusuinya, rasa sakit pasca operasi langsung hilang seketika. Tangis haru kurasakan akhirnya Aku bisa melewati masa-masa kehamilan ku sampai melahirkan ditengah Pandemi ini. Meskipun proses persalinan dengan operasi caesar tidak membuat wanita itu menjadi lemah karena pada dasarnya semua sama-sama berjuang demi melahirkan sang buah hati. #CeritaKehamilanTAP