Ceritanya saat itu aku di rumah sendirian, suami sedang tidak ada di rumah. Beliau pergi sejak siang hari. Saat itu pukul 15.00 tepat saat adzan ashar berkumandang, aku terbangun dari tidur siangku. Aku berusaha bangun dari tidurku berniat untuk berwudhu lalu melaksanakan sholat ashar, duduk sebentar lalu berdiri namun tiba-tiba terasa ada cairan mengalir di pahaku, rasanya basah sekali. Tidak biasanya seperti ini. Cairannya semakin banyak keluar sehingga membanjiri lantai kamarku waktu itu. Aku sangat panik dan seketika yang muncul di pikiranku adalah "air ketuban". Meski aku belum pernah tau wujud air ketuban itu seperti apa karena ini adalah kehamilan pertamaku. Pikiranku kacau. "Jangan-jangan ketubanku pecah, nantai kalau kehabisan air ketuban bagaimana?, nanti bagaimana nasib anakku di dalam, apa betul aku mau lahiran? padahal HPL ku masih dua minggu lagi, tetapi kalau iya aku harus bagaimana ini? hujan deras sekali, aku sendirian di rumah, suamiku mana kok gak pulang-pulang?". Aku sangat gelisah saat itu, sampai aku menangis saking takutnya. Aku mengambil hanphone berusaha menghubungi suamiku tetapi ternyata hanphone suamiku tertinggal di rumah. Sempat berpikir meminta bantuan tetangga untuk mengantar ke klinik terdekat namun hujan memang deras sekali dan membuat aku ragu untuk keluar rumah. Tiba-tiba aku teringat orang tuaku yang rumahnya tidak begitu jauh dari rumahku. Aku langsung menelpon dan mengirim sms kepada orang tuaku menceritakan keadaanku saat itu. Alhamdulilah orang tuaku merespon dengan cepat. Tidak lama kemudian suamiku pulang dan disusul kedua orang tuaku datang ke rumahku. Singkat cerita, suamiku pun terlihat sangat panik dan langsung meminjam mobil milik tetangga untuk mengantarkanku ke klinik terdekat. Kami bertiga yaitu aku, suamiku dan ibuku berangkat naik mobil itu menuju ke klinik terdekat. Termasuk klinik tempat aku mengontrol kehamilanku selama aku hamil. Sampai di klinik aku langsung disambut oleh bidan di klinik itu dan lansung dicek dalam. Ternyata sudah pembukaan satu namun aku sama sekali tidak merasakan kontraksi di perutku. Aku merasa bahagia campur khawatir, takut, dll. Bahagia karena anakku sebentar lagi lahir di dunia. Moment yang sangat kutunggu-tunggu. Khawatir dan takut karena air ketuban sudah sangat banyak keluar padahal selama tiga jam pembukaan masih satu. Pikiranku sangat kacau saat itu. Apalagi saat bidan bilang bahwa aku harus dirujuk di rumah sakit yang peralatannya lebih lengkap, mengingat kondisiku yang sudah banyak mengeluarkan air ketuban. Singkat cerita, aku dirujuk ke rumah sakit ibu dan anak yang terkenal di daerah tempat tinggalku. Aku pasrah, namun aku tetap berharap bisa melahirkan anakku secara normal dan sehat. Aku dijemput mobil ambulan rumah sakit. Ditemani oleh ibuku, kami berangkat ke rumah sakit tersebut. Suamiku menyusul dengan mobil. Beliau pulang ke rumah dulu untuk mengambil barang-barang yang sudah kupersiapkan sejak jauh-jauh hari untuk menyambut kelahiran anakku. Sampai di rumah sakit, aku masih harus menunggu pembukaan walaupun air ketubanku semakin deras mengalir dan sudah membuat bajuku basah saat itu. Berkali-kali perawat masuk ke ruangan tempat aku berbaring hanya untuk cek tensi, cek detak jantung bayi yang ada di dalam kandunganku, cek pembukaan dan terus mengingatkan untuk miring ke kiri. Aku sedikit merasa lega karena detak jantung anakku selalu normal setiap kali perawat mengeceknya. Namun beban pikiranku bertambah mengingat suamiku belum juga sampai di rumah sakit padahal sudah sekitar dua jam sejak aku sampai di rumah sakit. Aku jadi khawatir. Namun alhamdulillah tak lama kemudian suamiku akhirnya datang juga. Rupanya suamiku mengalami ban mobil yang dinaikinya pecah di perjalanan menuju rumah sakit. Menurut cerita suamiku, beliau saat itu juga langsung menelpon ayahku yang ada di rumah untuk menghampiri mobil yang bannya pecah tadi dan membawanya ke bengkel. Sementara suamiku memesan grab untuk mengantarnya ke rumah sakit. Masyaallah. Ada saja yang terjadi menjelang kelahiran anakku. Singkat cerita, tepat pukul 02.00 pagi seorang bidan masuk ke ruanganku saat itu mengabari bahwa aku harus diinduksi karena masih belum ada kontraksi dan pembukaan selanjutnya. Aku menyetujuinya dan saat itu juga aku langsung diberikan potongan kecil obat berwarna putih untuk kuminum. Setelah aku meminumnya, sekitar lima menit kemudian aku langsung mengalami kontraksi yang mengagetkan, aku merasa kesakitan tetapi di balik kesakitan itu aku merasa lega dan bahagia karena akhirnya aku mengalami kontraksi dan aku yakin sebentar lagi anakku lahir. Semakin sakit kontraksi yang kurasakan sampai akhirnya aku mengalami puncak rasa sakit yang tak tertahankan. Sakit sekali rasanya. Saat kontraksi sebelum pembukaan lengkap aku didampingi oleh ibuku. Ibuku terus berusaha menguatkanku. Ketika aku dipindahkan ke ruang bersalin, giliran suamiku yang mendampingiku. Alhamdulillah setelah melewati berbagai hal akhirnya pukul 06.30 moment yang kami tunggu-tunggu tiba. Anak perempuan kami lahir di dunia dengan selamat dan sehat. Lega sekali rasanya. Mendengar tangisannya reflek aku langsung menangis haru. Begitu juga dengan suamiku, terlihat sekali kebahagiaan dan kelegaan di wajah beliau. Beliau langsung mencium pipi dan keningku berkali2 sambil menggenggam erat tanganku. Sungguh kebahagiaan yang sangat tak ternilai harganya. Tak henti-hentinya kami bersyukur kepada Allah SWT atas anugerah ini. Seketika aku lupa rasa sakitnya kontraksi yang ku alami sebelumnya. Yang kurasakan saat itu hanya kebahagiaan. ?
#SiapKetemuAnakku
Deviana Arub