2067 Các câu trả lời

VIP Member

Penyakit ‘ain itu nyata adanya. Pandangan mata bisa menyebabkan orang lain sakit, atau bahkan meninggal. Tentunya penyakit ‘ain ini begitu berbahaya dan menakutkan. Lalu bagaimana sebenarnya hakekat ‘ain, bagaimana cara mencegahnya serta bagaimana menghindarinya? Simak pemaparan singkat ini. Apakah penyakit ‘ain itu? ‘Ain adalah penyakit atau gangguan yang disebabkan pandangan mata. Disebutkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan: إصابة العائن غيرَه بعينه “Seorang yang memandang, menimbulkan gangguan pada yang dipandangnya” (Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid, hal. 69). Dijelaskan oleh Al Lajnah Ad Daimah: مأخوذة من عان يَعين إذا أصابه بعينه ، وأصلها : من إعجاب العائن بالشيء ، ثم تَتبعه كيفية نفْسه الخبيثة ، ثم تستعين على تنفيذ سمها بنظرها إلى المَعِين “‘Ain dari kata ‘aana – ya’iinu yang artinya: terkena sesuatu hal dari mata. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respon jiwa yang negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan racunnya kepada yang dipandang tersebut” (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271). Gangguan dari ‘ain bisa berupa penyakit, kerusakan atau bahkan kematian. Baca Juga: Ruqyah dengan Madu, Habbatus Sauda dan Minyak Zaitun Penyakit ‘ain benar adanya! Setelah mengetahui definisi dari ‘ain, mungkin sebagian orang akan bertanya-tanya: “Ah, mana mungkin sekedar memandang akan menimbulkan penyakit?!”, “bagaimana bisa sekedar pandangan membuat seseorang mati?”. Atau bahkan sebagian orang mengingkari adanya ‘ain karena tidak masuk akal. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: العين حق، ولو كان شيء سابق القدر سبقته العين “Ain itu benar-benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh ‘ain itu yang bisa” (HR. Muslim no. 2188). Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata: كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَسْتَرْقِيَ مِنَ العَيْنِ “Dahulu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memintaku agar aku diruqyah untuk menyembuhkan ‘ain” (HR. Muslim no.2195). Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: أكثرُ مَن يموت بعدَ قضاءِ اللهِ وقَدَرِهِ بالعينِ “Sebab paling banyak yang menyebabkan kematian pada umatku setelah takdir Allah adalah ain” (HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar [3/ 404], dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no.1206). Dan kabar Nabawi ini wajib kita imani, bahwa ‘ain itu benar-benar ada dan pernah terjadi. Dan tentunya sangat mudah bagi Allah untuk membuat adanya penyakit yang semisal ‘ain ini. Dan nyata penyakit ini juga banyak disaksikan adanya oleh orang-orang, yaitu ketika didapati adanya orang-orang yang jatuh sakit secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Baca Juga: Bentuk-Bentuk Ruqyah dengan Menggunakan Air Sebab terjadinya penyakit ‘ain ‘Ain terjadi karena adanya hasad (iri; dengki) terhadap nikmat yang ada pada orang lain. Orang yang memiliki hasad terhadap orang lain, lalu memandang orang tersebut dengan pandangan penuh rasa hasad, ini bisa menyebabkan penyakit ‘ain. Al Lajnah Ad Daimah menjelaskan: وقد أمر الله نبيَّه محمَّداً صلى الله عليه وسلم بالاستعاذة من الحاسد ، فقال تعالى : ومن شر حاسد إذا حسد ، فكل عائن حاسد وليس كل حاسد عائنا “Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam untuk meminta perlindungan dari orang yang hasad. Dalam Al Qur’an: ” … dan dari keburukan orang yang hasad” (QS. Al Falaq: 5). Maka setiap orang yang menyebabkan penyakit ain mereka adalah orang yang hasad, namun tidak semua orang yang hasad itu menimbulkan ‘ain” (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271). Pandangan kagum juga bisa menyebabkan ‘ain. Dalam hadits dari Abu Umamah bin Sahl, ia berkata: اغتسل أَبِي سَهْلُ بْنُ حُنَيْفٍ بِالْخَرَّارِ، فَنَزَعَ جُبَّةً كَانَتْ عَلَيْهِ وَعَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ يَنْظُرُ، قَالَ: وَكَانَ سَهْلٌ رَجُلاً أَبْيَضَ، حَسَنَ الْجِلْدِ، قَالَ: فَقَالَ عَامِرُ بْنُ رَبيعَةَ: مَا رَأَيْتُ كَالْيَوْمِ وَلا جِلْدَ عَذْرَاءَ، فَوُعِكَ سَهْلٌ مَكَانَهُ، فَاشْتَدَّ وَعْكُهُ، فَأُتِي رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – فَأُخْبِرَ أَنَّ سَهْلاً وُعِكَ وَأَنَّهُ غَيرُ رَائِحٍ مَعَكَ يَا رسول الله، فَاَتَاهُ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – فَأَخْبَرَهُ سَهْل بالَّذِي كَانَ مِنْ شَأنِ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ، فَقَالَ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم -: “عَلاَمَ يَقْتُلُ أًحَدُكمْ أَخَاهُ؟ أَلا بَرَّكْتَ؟، إِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ، تَوَضَّأْ لَهُ”. فَتَوَضَأَ لَهُ عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ، فَرَاحَ سَهْل مَعَ رَسُولِ الله – صلى الله عليه وسلم – لَيْسَ بِهِ بَأْسٌ “Suatu saat ayahku, Sahl bin Hunaif, mandi di Al Kharrar. Ia membuka jubah yang ia pakai, dan ‘Amir bin Rabi’ah ketika itu melihatnya. Dan Sahl adalah seorang yang putih kulitnya serta indah. Maka ‘Amir bin Rabi’ah pun berkata: “Aku tidak pernah melihat kulit indah seperti yang kulihat pada hari ini, bahkan mengalahkan kulit wanita gadis”. Maka Sahl pun sakit seketika di tempat itu dan sakitnya semakin bertambah parah. Hal ini pun dikabarkan kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, “Sahl sedang sakit dan ia tidak bisa berangkat bersamamu, wahai Rasulullah”. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun menjenguk Sahl, lalu Sahl bercerita kepada Rasulullah tentang apa yang dilakukan ‘Amir bin Rabi’ah. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Mengapa seseorang menyakiti saudaranya? Mengapa engkau tidak mendoakan keberkahan? Sesungguhnya penyakit ‘ain itu benar adanya, maka berwudhulah untuknya!”. ‘Amir bin Rabi’ah lalu berwudhu untuk disiramkan air bekas wudhunya ke Sahl. Maka Sahl pun sembuh dan berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’ [2/938] dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [6/149]). Baca Juga: Meruqyah Perempuan yang Sedang Haidh Dalam hadits ini ‘Amir bin Rabi’ah memandang Sahl bin Hunaif dengan penuh kekaguman, sehingga menyebabkan Sahl terkena ‘ain. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: وإذا كان العائن يخشى ضرر عينه وإصابتها للمعين، فليدفع شرها بقوله: اللهم بارك عليه “Orang yang memandang dengan pandangan kagum khawatir bisa menyebabkan ain pada benda yang ia lihat, maka cegahlah keburukan tersebut dengan mengucapkan: Allahumma baarik ‘alaih” (Ath Thibbun Nabawi, 118). Ain bisa terjadi pada benda mati Para ulama mengatakan bahwa benda mati juga bisa terkena ‘ain. Benda mati yang terkena ‘ain bisa mengakibatkan rusak atau hancur secara tiba-tiba. Wa’iyyadzu billah. Dalam hadits, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa: اللهم إني أسألك العفو والعافية في ديني ودنياي وأهلي ومالي “Ya Allah, aku meminta ampunan dan keselamatan pada agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku” (HR. Abu Daud no.5074, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud). Allah Ta’ala berfirman: وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ إِنْ تَرَنِ أَنَا أَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَوَلَدًا “Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “masyaAllah, laa quwwata illaa billah”. Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan” (QS. Al Kahfi: 39). Para ulama menjadikan ayat ini dalil bahwa harta bisa terkena ain dan boleh diruqyah ketika terkena ‘ain. Ibnu Katsir rahimahullahmengatakan: قال بعض السلف: من أعجبه شيء من حاله، أو ماله، أو ولده فليقل: ما شاء لا قوة إلا بالله ـ وهذا مأخوذ من هذه الآية الكريمة “Sebagian salaf mengatakan: orang yang kagum pada keadaannya atau hartanya atau pada anaknya, hendaknya ucapkan maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah. Ini diambil dari ayat yang mulia ini” (Tafsir Ibnu Katsir). Baca Juga: Meruqyah dengan Menggunakan Api, Bolehkah? Cara mencegah agar pandangan kita tidak menimbulkan penyakit ‘ain Sebagian ulama berpendapat bahwa untuk mencegah ‘ain ketika melihat suatu hal yang menakjubkan pada orang lain, mengucapkan: ما شاء الله لا قوة إلا بالله /laa haula walaa quwwata illa billah/ Namun pendapat ini tidak memiliki dasar yang kuat. Dari sisi orang yang memandang, hadits-hadits menunjukkan bahwa untuk mencegah ‘ain adalah dengan tabriik (mendoakan keberkahan), misalnya mengucapkan: “baarakallahu fiik” (semoga Allah memberkahimu) atau “baarakallahu laka” (semoga Allah memberkahimu). Nabi Shallallahu’alaihi Wasallambersabda: إذا رأى أحدكم من نفسه و أخيه ما يعجبه فليدع بالبركة فإن العين حق “jika salah seorang dari kalian melihat pada diri saudaranya suatu hal yang menakjubkan maka doakanlah keberkahan baginya, karena ‘ain itu benar adanya” (QS. An Nasa-i no. 10872, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa-i). Dan yang paling penting agar tidak menimbulkan penyakit ‘ain pada diri orang lain adalah menghilangkan rasa hasad kepada orang lain. Karena hasad itu tercela. Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: لا تَباغضوا ، و لا تَقاطعوا ، و لا تَدابَروا ، و لا تَحاسَدُوا ، و كونوا عبادَ اللهِ إخوانًا “Janganlah kalian saling membenci, saling memutus hubungan, saling menjauh, saling hasad. Jadilah kalian sebagai hamba Allah yang bersaudara” (HR. Bukhari no. 6076, Muslim no.2559). Dan hasad kepada nikmat yang didapatkan orang lain, berarti tidak ridha kepada keputusan Allah dan pembagian rezeki oleh Allah. Allah Ta’ala berfirman: وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”(QS. An Nisa’: 32). Baca Juga: Tiga Kesalahpahaman tentang Ruqyah Cara agar kita tidak terkena ‘ain Hal pertama yang perlu dilakukan agar terhindar dari penyakit ‘ain adalah menghindari sikap suka pamer, dan berhias diri dengan sifat tawadhu‘. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ “Sungguh Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun berlaku zalim pada yang lain” (HR. Muslim no. 2865). Sebisa mungkin hindari menyebut-nyebut kekayaan, kesuksesan usaha, kebahagiaan keluarga, juga memamerkan foto diri, foto istri/suami, foto anak, dan hal-hal lain yang bisa menimbulkan iri-dengki dari orang yang melihatnya. Atau juga yang bisa menyebabkan kekaguman berlebihan dari orang yang melihatnya. Karena pandangan kagum juga bisa menyebabkan ‘ain, sebagaimana sudah disebutkan. Kemudian di antara upaya pencegahan penyakit ‘ain adalah dengan menjaga dan memelihara semua kewajiban dan menjauhi segala larangan, taubat dari segala macam kesalahan dan dosa, juga membentengi diri dengan beberapa dzikir doa, dan ta’awudz (doa perlindungan) yang disyariatkan. Allah Ta’ala berfirman: وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ “Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Qs. Asy-Syuura: 30). Allah Ta’ala juga berfirman: أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar Ra’du: 28) Rutinkan dzikir-dzikir pagi dan sore, serta dzikir-dzikir harian seperti dzikir keluar/masuk rumah, rumah, dzikir keluar/masuk kamar mandi, dzikir hendak tidur atau bangun tidur, dzikir keluar rumah, dzikir naik kendaraan, dzikir ketika akan makan, dzikir setelah shalat, dan lainnya. Diantara dzikir pencegah ‘ain yang bisa dibaca kepada anak-anak agar tidak terkena ‘ain adalah sebagaimana yang ada dalam hadits Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mendoakan Hasan dan Husain dengan doa: أُعِيذُكما بكلِماتِ اللهِ التَّامَّةِ، مِن كلِّ شيطانٍ وهامَّةٍ، ومِن كلِّ عينٍ لامَّةٍ /u’iidzukuma bikalimaatillahit taammah, min kulli syaithaanin wa haamah wa min kulli ‘ainin laamah/ “Aku meminta perlindungan untuk kalian dengan kalimat Allah yang sempurna, dari gangguan setan dan racun, dan gangguan ‘ain yang buruk”. Lalu Nabi bersabda: “Dahulu ayah kalian (Nabi Ibrahim) meruqyah Ismail dan Ishaq dengan doa ini” (HR. Abu Daud no. 4737, Ibnu Hibban no.1012, dishahihkan Syu’ain Al Arnauth dalam Takhrij Ibnu Hibban). Baca Juga: Bolehkah Orang Normal Sengaja Disurupi Jin Sebagai Media Ruqyah? Cara mengobati penyakit ‘ain Adapun orang yang terlanjur terkena ‘ain maka yang pertama kali harus dilakukan adalah bersabar. Hendaknya ia meyakini bahwa penyakit ‘ain itu terjadi atas izin Allah. Allah Ta’ala berfirman: مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّـهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّـهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. At Taghabun: 11). Dan hendaknya ia bertawakkal hanya kepada Allah. Ia meyakini bahwa satu-satunya yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman: وَإِن يَمْسَسْكَ اللَّـهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ “jika Allah menimpakan suatu mudharat kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Allah sendiri” (QS. Al An’am: 17). Jika orang yang terkena ‘ain bertawakkal kepada Allah sepenuhnya, maka pasti Allah akan sembuhkan. Allah Ta’ala berfirman: وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ “Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah pasti Allah akan penuhi kebutuhannya” (QS. Ath Thalaq: 3). Dan hendaknya orang yang terkena ‘ain mengusahakan sebab-sebab yang bisa menyembuhkan penyakit ‘ain, diantaranya: Mandi dari air bekas mandi orang yang menyebabkan ‘ain Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhum, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: العين حق ولو كان شيء سابق القدر لسبقته العين ، وإذا استغسلتم فاغسلوا “‘Ain itu benar adanya. Andaikan ada perkara yang bisa mendahului takdir, maka itulah ‘ain. Maka jika kalian mandi, gunakanlah air mandinya itu (untuk memandikan orang yang terkena ‘ain)” (HR. Muslim no. 2188). Baca Juga: Pernah Diruqyah Atau Melakukan Kay, Bisakah Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab? Mandi dari air bekas wudhu orang yang menyebabkan ‘ain Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Umamah bin Sahl di atas. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan Amir bin Rabi’ah untuk berwudhu dan menyiramkan air wudhunya kepada Sahl yang terkena ‘ain. Dalam riwayat yang lain: فَأَمَرَ عَامِرًا أَنْ يَتَوَضَّأَ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ، وَرُكْبَتَيْهِ وَدَاخِلَةَ إِزَارِهِ، وَأَمَرَهُ أَنْ يَصُبَّ عَلَيْهِ “Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan Amir untuk berwudhu. Lalu Amir membasuh wajah dan kedua tangannya hingga sikunya, dan membasuh kedua lututnya dan bagian dalam sarungnya. Lalu Nabi memerintahkannya untuk menyiramkannya kepada Sahl” (HR. An Nasa’i no. 7617, Ibnu Majah no. 3509, Ahmad no. 15980, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah). Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata : كانَ يُؤمَر العائِنُ، فيتوضّأُ، ثم يَغْتَسِلُ منه المَعِينُ “Dahulu orang yang menjadi penyebab ‘ain diperintahkan untuk berwudhu, lalu orang yang terkena ‘ain mandi dari sisa air wudhu tersebut” (HR Abu Daud no 3885, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihahno.2522). Ruqyah syar’iyyah Sebagaimana hadits dari Asma bintu Umais radhiallahu’anha, ia berkata: يا رسول الله ، إن بني جعفر تصيبهم العين ، أفنسترقي لهم ؟ ، قال : نعم ، فلو كان شيء سابق القدر لسبقته العين “Wahai Rasulullah, Bani Ja’far terkena penyakit ‘ain, bolehkah kami minta mereka diruqyah? Nabi menjawab: iya boleh. Andaikan ada yang bisa mendahului takdir, itulah ‘ain” (HR. Tirmidzi no.2059, Ibnu Majah no. 3510, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah). Ada beberapa cara meruqyah orang yang terkena ‘ain, diantaranya dengan membacakan doa yang ada dalam hadits ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam merasakan sakit, Malaikat Jibril meruqyahnya dengan doa: باسْمِ اللهِ يُبْرِيكَ، وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيكَ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إذَا حَسَدَ، وَشَرِّ كُلِّ ذِي عَيْنٍ /bismillahi yubriik, wa min kulli daa-in yasyfiik, wa min syarri haasidin idza hasad, wa syarri kulli dzii ‘ainin/ (dengan nama Allah, engkau mendapatkan keberkahan. Allah menyembuhkanmu dari segala penyakit dan dari keburukan orang yang hasad dan keburukan orang yang menyebabkan ‘ain) (HR. Muslim no.2185). Atau membaca doa-doa ruqyah dari hadits-hadits shahih yang lainnya, serta ayat-ayat Al Qur’an. Dan semua ayat-ayat Al Qur’an bisa untuk meruqyah. Baca Juga: Hukum Menjual Air Yang Dibacakan RuqyahKesalahan Dalam Meruqyah Demikian pemaparan singkat mengenai penyakit ‘ain. Semoga Allah Ta’ala menjaga kita dari keburukan penyakit ‘ain. Wallahu waliyyu dzalika wal qaadiru ‘alaihi. Penulis: Yulian Purnama Artikel: Muslim.or.id Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik disini. Jazakallahu khaira  TOPICS: 'AIN, GEJALA PENYAKIT 'AIN, HASAD, KESEHATAN, KESEHATAN ISLAM, MENGOBATI 'AIN, MENYEMBUHKAN PENYAKIT 'AIN, PANDANGAN MATA, PENYAKIT, PENYAKIT AIN, PENYEBAB 'AIN, RUQYAH, SAKIT, SAKIT KARENA 'AIN, TANDA PENYAKIT 'AIN  PREVIOUS Hukum Fiqh Seputar Shalat Tahiyyatul Masjid (Bag. 5) NEXT Hukum Fiqh Seputar Shalat Tahiyyatul Masjid (Bag. 6)  ABOUT AUTHOR  Yulian Purnama, S.Kom. Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, S1 Ilmu Komputer UGM, kontributor web Muslim.or.id dan Muslimah.or.id View all posts by Yulian Purnama, S.Kom. » ARTIKEL TERKAIT  Apakah Minum Nabeez (Rendaman Kurma) adalah Sunnah Ta’abbud? 16 Oktober 2019  Penyakit Ganas Akibat Tersebarnya Zina Secara Terang-Terangan 9 Oktober 2019  Tafsir Ayat Proses Persalinan Maryam binti Imran 5 Oktober 2019  Tahnik itu Sunnah atau Kekhususan Bagi Nabi Saja Shallallallhu ‘alaihi wa sallam? 30 September 2019  Apa Jenis Makanan dan Pola Makan Sesuai Anjuran Islam? 7 November 2019  Diet atau Pola Makan Sehat ala Rasulullah? (Bag. 2) 2 November 2019  Diet atau Pola Makan Sehat ala Rasulullah? (Bag. 1) 1 November 2019  Pengobatan yang Menisbatkan pada Islam dan Sunnah 30 Oktober 2019  Kritik atas Istilah Persalinan Syar’i, Persalinan Maryam, atau Persalinan Qur’ani (Qur’anic Birth) (Bag. 2) 27 Oktober 2019  Kritik atas Istilah Persalinan Syar’i, Persalinan Maryam, atau Persalinan Qur’ani (Qur’anic Birth) (Bag. 1) 25 Oktober 2019 2 COMMENTS  Alwi hendrawan 6 November 2019 BarokAllahu fikum BALAS  Multazim 6 Desember 2019 Assalamualaikum Ustadz ana izin copy dan share artikelnya BALAS LEAVE A REPLY       7 ARTIKEL TERBARU Wasiat Luqman (Bag. 6) : Tiga Nasihat PentingAgar Aku Sukses Menuntut Ilmu (Bag. 8): Jangan Terburu-BuruSerial Fiqh Zakat (Bag. 3): Hukuman bagi Orang yang Tidak Menunaikan ZakatHukum Mengikuti Kuis Gratis dengan Syarat Mempromosikan Produk (Giveaway)Serial Fiqh Zakat (Bag. 2): Hukum Orang yang Tidak Menunaikan ZakatFikih Ringkas Membawa Anak ke MasjidSerial Fiqh Zakat (Bag. 1): Pengertian, Keutamaan dan Hukum Zakat CARI TENTANG APA?   Pilih Kategori  Akhlaq dan Nasehat  Al-Quran  Aqidah  Artikel Unggulan  Bahasan Utama  Berita Dunia Islam  Biografi  Dari Redaksi  Doa dan Zikir  Donasi  Fatwa Ulama  Fiqh dan Muamalah  Hadits  Iklan Baris  Info Dauroh dan Kajian  Info Lembaga Pendidikan  Info Lowongan Kerja  Jejak Islam  Kaidah Fiqih  Keluarga  Kesehatan Islami  Kolom TI  Manhaj  Muslimah  Nasehat Ulama  Ramadhan  Review Website  Sejarah Islam  Sekilas Info  Serba-Serbi  Soal Jawab     Ramadhan  Syiah  Tafsir  Tazkiyatun Nufus  Uncategorized @id  Video  MUSLIM.OR.ID Tentang Kami Kontributor Donasi Dakwah Pasang Iklan YPIA.OR.ID Tentang YPIA Program YPIA Donasi Dakwah Kontak Kami ALAMAT KAMI Pogung Rejo No. 412, RT 14/RW 51, kelurahan Sinduadi, kecamatan Mlati, kabupaten Sleman, kode pos: 55284 Kontak: +62 857-4952-5735 E-mail: muslim.or.id[at]gmail.com Copyright 2020 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved. Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/51176-mengenal-penyakit-ain-pencegahannya-dan-pengobatannya.html

TapFluencer

Percaya sangat!! 😀karena tidak ada yg paling paham dan mengerti tentang agama ini selain Allah dan rasulnya. Qul iinkuntum tuhibbunallahu(jika kalian benar mencintai Allah) fattabiuni(ikutilah jalanku) begitu kata rasululullah dalam surah al imran ayat 31 Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad (4: 153) berkata, ونفس العائن لا يتوقف تأثيرها على الرؤية ، بل قد يكون أعمى فيوصف له الشيء فتؤثر نفسه فيه وإن لم يره ، وكثير من العائنين يؤثر في المعين بالوصف من غير رؤية “’Ain bukan hanya lewat jalan melihat. Bahkan orang buta sekali pun bisa membayangkan sesuatu lalu ia bisa memberikan pengaruh ‘ain meskipun ia tidak melihat. Banyak kasus yang terjadi yang menunjukkan bahwa ‘ain bisa menimpa seseorang hanya lewat khayalan tanpa melihat.” Syaikh Sholih Al Munajjid berkata, “Dari sini terlihat bahwa ‘ain bisa ditimbulkan dengan melihat pada gambar seseorang secara langsung atau melihatnya di TV. Bahkan bisa hanya dengan mendengar, lalu dikhayalkan dan terkenalah ‘ain. Kita memohon pada Allah keselamatan.” (Fatwa Al Islam Sual wal Jawab no. 122272) Kunci utama agar terjauhkan dari ‘ain adalah mendekatkan diri pada Allah dengan tawakkal pada-Nya, juga selalu rutinkan dzikir setiap harinya agar diri dan anak kita selamat dari orang yang hasad (dengki). Hanya kepada Allah tepat berlindung sebagaimana disebutkan dalam surat Al Falaq, kita berlindung dari kejelekan orang yang hasad ketika ia hasad. Setelah mengetahui definisi dari ‘ain, mungkin sebagian orang akan bertanya-tanya: “Ah, mana mungkin sekedar memandang akan menimbulkan penyakit?!”, “bagaimana bisa sekedar pandangan membuat seseorang mati?”. Atau bahkan sebagian orang mengingkari adanya ‘ain karena tidak masuk akal. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: العين حق، ولو كان شيء سابق القدر سبقته العين “Ain itu benar-benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh ‘ain itu yang bisa” (HR. Muslim no. 2188). Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata: كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَسْتَرْقِيَ مِنَ العَيْنِ “Dahulu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memintaku agar aku diruqyah untuk menyembuhkan ‘ain” (HR. Muslim no.2195). Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: أكثرُ مَن يموت بعدَ قضاءِ اللهِ وقَدَرِهِ بالعينِ “Sebab paling banyak yang menyebabkan kematian pada umatku setelah takdir Allah adalah ain” (HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar [3/ 404], dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no.1206). Dan kabar Nabawi ini wajib kita imani, bahwa ‘ain itu benar-benar ada dan pernah terjadi. Dan tentunya sangat mudah bagi Allah untuk membuat adanya penyakit yang semisal ‘ain ini. Dan nyata penyakit ini juga banyak disaksikan adanya oleh orang-orang, yaitu ketika didapati adanya orang-orang yang jatuh sakit secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Hanya Allah yang memberi taufik.

﷽ اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ‎ Penyakit 'Ain itu Benar adanya Baca dan Amalkan InsyaAllah Bermanfaat🙏😇 Dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar mengatakan bahwa pandangan dengki dan takjub akan menyebabkan orang atau benda yang dipandang terkena bahaya atau dharar. Karena itu, penting sekali untuk mengetahui bagaimana cara mencegah terjadinya penyakit ain, baik terhadap diri kita atau terhadap orang lain. Berikut ini adalah cara mencegah penyakit ain sebagaimana telah diajarkan Nabi Saw. Pertama, jika kita melihat keistimewaan yang dimiliki oleh orang lain sehingga membuat kita takjub kepadanya, maka kita segera mendoakan kebaikan untuk orang tersebut dan mendoakan keberkahan atas keistimewaan yang dimilikinya. Dengan cara itu, kita bisa mencegah terjadinya penyakit ain pada orang tersebut. Hal ini sebagaimana telah diajarkan oleh Nabi Saw. dalam hadis riwayat Imam Ahmad dari Abdullah bin ‘Amir berikut, bahwa Nabi Saw. bersabda; إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ ، أَوْ مِنْ نَفْسِهِ ، أَوْ مِنْ مَالِهِ مَا يُعْجِبُهُ ، فَلْيُبَرِّكْهُ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ “Jika seorang dari kalian melihat sesuatu dari saudaranya, atau melihat diri saudaranya, atau melihat hartanya yang menakjubkan, maka hendaklah ia mendoakan keberkahan untuk saudaranya tersebut, karena sesungguhnya penyakit ain benar-benar ada.” Salah satu doa yang dibaca ketika melihat sesuatu yang menakjubkan adalah kalimat, ‘Masya Allah, la hawla wala quwwata illa billah. Atau mendoakan keberkahan dengan mengucapkan kalimat, ‘Allahumma barik fihi (Ya Allah, berkahilah dia).’ Kedua, agar kita terhindar dari penyakit ain akibat pandangan dengki atau takjub dari orang lain, maka kita dianjurkan untuk selalu berlindung kepada Allah dari penyakit ‘ain ini. Dalam hadis riwayat Ibnu Majah dari Sayidah Aisyah, dia berkata bahwa Nabi Saw. bersabda; اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ “Berlindunglah kalian kepada Allah karena sesungguhnya penyakit ain itu nyata.” Salah satu doa yang harus sering kita baca agar terhindar dari penyakit ain adalah doa berikut; أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ، مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ “Aku memohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari semua godaan setan dan binatang pengganggu serta dari pandangan mata buruk.”

Penyakit ‘ain bisa melalui gambar atau video Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, ﻭﻧﻔﺲ ﺍﻟﻌﺎﺋﻦ ﻻ ﻳﺘﻮﻗﻒ ﺗﺄﺛﻴﺮﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﺅﻳﺔ ، ﺑﻞ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﺃﻋﻤﻰ ﻓﻴﻮﺻﻒ ﻟﻪ ﺍﻟﺸﻲﺀ ﻓﺘﺆﺛﺮ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺮﻩ ، ﻭﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺎﺋﻨﻴﻦ ﻳﺆﺛﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻌﻴﻦ ﺑﺎﻟﻮﺻﻒ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺭﺅﻳﺔ ”Jiwa orang yang menjadi penyebab ‘ain bisa saja menimbulkan penyakit ‘ain tanpa harus dengan melihat. Bahkan terkadang ada orang buta, kemudian diceritakan tentang sesuatu kepadanya, jiwanya bisa menimbulkan penyakit ‘ain, meskipun dia tidak melihatnya. Ada banyak penyebab ‘ain yang bisa menjadi sebab terjadinya ‘ain, hanya dengan cerita saja tanpa melihat langsung”3. Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid menjelaskan, ﻭﺑﻬﺬﺍ ﻳﺘﺒﻴﻦ ﺃﻥ ﺍﻟﻌﺎﺋﻦ ﻗﺪ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺻﻮﺭﺓ ﺍﻟﺸﺨﺺ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﺃﻭ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻠﻔﺎﺯ ، ﻭﻗﺪ ﻳﺴﻤﻊ ﺃﻭﺻﺎﻓﻪ ﻓﻴﺼﻴﺒﻪ ﺑﻌﻴﻨﻪ ، ﻧﺴﺄﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺴﻼﻣﺔ ﻭﺍﻟﻌﺎﻓﻴﺔ “Oleh karena itu, jelaslah bahwa penyebab ‘ain bisa jadi ketika melihat gambar seseorang atau melalui televisi, atau terkadang hanya mendengar ciri-cirinya, kemudian orang itu terkena ‘ain. Kita memohon keselamatan dan kesehatan kepada Allah.” 4. Demikian semoga bermanfaat. Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/28858-penyakit-ain-melalui-foto-dan-video.html

Bismillah, penyakit ‘ain bukan hoax bunda. ada dalilnya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda dalam salah satu haditsnya: العين حق ولو كان شيء سابق القدر لسبقته العين “Penyakit ‘ain adalah benar ada (haq), seandainya ada sesuatu yang mendahului takdir maka akan didahului oleh ‘ain.” (HR. Muslim dalam sahihnya) tp kita pun wajib meyakini bahwa segala sesuatu terjadi atas seidzin Allah . smw yg terjadi sudah tertulis Lauhul Mahfuz {QS : An-Naml (27):75} , yaitu 4perkara : 1. Rizki (riski bukanlah harta banda semata) 2. jodoh 3. kematian 4. hidup kita Dan sesuai dengan firma Allah, “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan dari belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan seuatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” {QS. Ar-ra’d(13):11} buat bunda, bersedih boleh tp jgn terlarut krn Allah pasti sedih melihat hambanya yg terpuruk n putus asa, Allah adalah yg terbaik yg paling tau apa yg terbaik utk kita. 1.5tahun memang lama sy memahami krn sy pun7.5tahun dan sempat keguguran tahun lalu jd sy paham yg bunda rasakan, tp alhamdulillah Allah berikan kembali selang 5bln keguguran dan skrg insha Allah usia 25week3day.. semoga Allah memberi ampunan segala dosa kita dan segera memberi amanah utk bunda dan bunda2 yg lain. semangat ya bunda. Allahu’alam biswahab🙏🏻😊

💭 *Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,* ‎الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَىْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوا *“’Ain itu benar adanya, andaikan ada sesuatu yang dapat mendahului taqdir maka ‘ain akan mendahuluinya, dan apabila kalian diminta mandi (untuk mengobati orang yang kalian timpakan penyakit ‘ain) maka mandilah.”* 📚 *HR. Muslim* (*) *Kata mandi yang ada di sini maksudnya adalah berwudhu sebagaimana disebutkan Imam Malik dalam kitab Al Muwattho.* 💭 *Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad berkata,* ‎ونفس العائن لا يتوقف تأثيرها على الرؤية ، بل قد يكون أعمى فيوصف له الشيء فتؤثر نفسه فيه وإن لم يره ، وكثير من العائنين يؤثر في المعين بالوصف من غير رؤية *“’Ain bukan hanya lewat dengan jalan melihat. Bahkan orang buta sekali pun bisa membayangkan sesuatu lalu ia bisa memberikan pengaruh ‘ain meskipun ia tidak melihat. Banyak kasus yang terjadi yang menunjukkan bahwa ‘ain bisa menimpa seseorang hanya lewat khayalan tanpa melihat.”* 📚 *zaadul maad 4/153* 💭 *Rasulullah bersabda akan bahayanya A'in* ‎أكثر من يموت من امتي بعد قضاء الله و قدره بالعين *“Kebanyakan yang mati pada ummatku setelah qadha dan qadarnya Allah adalah karena pengaruh pandangan mata jahat(A'in)”* 📚 *HR. Bukhari*

‘Ain sesuatu yang benar adanya. Yaitu pandangan mata seseorang terhadap sesuatu yang dianggap bagus disertai dengan kedengkian yang muncul dari tabiat yang jelek sehingga mengakibatkan bahaya bagi yang dipandang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ وَإِذَا اسْتَغْسَلْتُمْ فَاغْسِلُوا “‘Ain itu benar adanya. Seandainya ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, tentu akan didahului oleh ‘ain. Apabila kalian diminta untuk mandi, maka mandilah.” (HR. Muslim). Berkata Al Imam An Nawawi rahimahullah, “Bahwa hadits ini menjelaskan bahwa segala sesuatu terjadi dengan takdir Allah ‘azza wa jalla, dan tidak akan terjadi kecuali sesuai dengan apa yang telah Allah ‘azza wa jalla takdirkan serta didahului oleh ilmu Allah ‘azza wa jalla tentang kejadian tersebut. Sehingga, tidak akan terjadi bahaya ‘ain ataupun segala sesuatu yang baik ataupun yang buruk kecuali dengan takdir Allah ‘azza wa jalla. Dalam hadits ini pula terdapat penjelasan bahwa ‘ain itu benar-benar ada dan (secara sebab -ed) memiliki kekuatan untuk menimbulkan bahaya. (Syarh Shahih Muslim, 14/174) Seseorang yang terkena ain bisa membuat dia menjadi sakit bahkan berujung kepada kematian. ‘Ain juga dapat terjadi dari pandangan yang penuh kekaguman walaupun tidak disertai perasaan dengki (hasad).

VIP Member

Sy tidak mengimaninya. Cinta sy dan suami thd calon anak kami jauh lebih besar, doa dan ucapan syukur sama perlindungan Tuhan Yesus yang kami percaya 100% Jadi ngga ada ruang untuk mikirin kedengkian orang lain :) Sama hal nya ketika kami tunangan sampe nikah dan hamil. Posting sesekali jadi khabar bahagia, banyak banget yg mendoakan, sampe hari H banyak yg bahagia. Tapi jelas ada yg ga suka! Saya tau dan sy cuek 😀 karna itu adalah kerugian dia sendiri melakukan hal yg tidak baik. Jadi ga ngaruh ke kami, karna kami juga ga mengimani perbuatan dengki mereka. Kalo hamil kita ga buru-buru posting, bukan karna mikirin pikiran orang, tapi karna kami tau secara medis memang bisa aja mengalami gagal berkembang jadi embrio karna kualitas sperma atau sel telur. dan secara medis juga kalo berhasil jadi janin utuh dalam usia 3bulan itu sudah minim dari keguguran. Temenku ga ada posting apapun dalam hidupnya juga keguguran berkali2 karna memang dia ada masalah sama reproduksi, sekarang udah punya anak dan lincah banget udah balita... :) Jadi memang tergantung tiap orang mensugesti dirinya dan mengimani seperti apa. Bagiku juga apapun yang terjadi itu tanggung jawab hidup kita dan kehendak Tuhan, ga perlu menyalahkan dan meyakini kekuatan dengki orang lain kalo udah percaya 100% pada Tuhan😇

Iya, gpp bun anonim... Memang berbeda2 😇 saya tidak ada ajaran itu, tapi secara manusiawi memang mestinya ga disebar dulu kalo masih testpack dan awal tau hamil, karna banyak yg mengalami gagal jadi embrio... Itu semua wajar

Akusih percaya sama penyakit 'ain. Tapi kalo masalah musibah, kematian, dan apapun itu jenisnya sudah ketentuan Allah. Gak bisa sedikit2 disebut sbg penyakit 'ain. Misal, jangan post kabar kehamilan kalo blm besar nanti keguguran. Lah, lihat artis dan public figur yg terkenal yg post awal kehamilannya. Gak ada tuh yg keguguran, lahiran kok sehat selamat lagi, padahal tentu saja mereka banyak yg iri. Jadi kita dilarang postibg sama sekali gitu? Kurasa Allah tidak sesadis itu deh. Kapan jadinya kita bs tunjukkan kebahagiaan kita? Semua akan salah kalo sdkit2 dikaitkan dg 'ain. Posting hamil, keguguran. Posting anak, meninggal cepet. Posting foto rumah tangga, salah satu meninggal ato cerai. Hmm.. Menurutku justru jgn terlalu takut, ketakutan itu menjadi sugesti bahkan doa. Anggap saja postingan kita itu sbg rasa syukur kpd Allah

penyakit 'ain itu karena adanya org iri akhirnya menjadi doa yg buruk bagi kita, masalah mau posting juga gak masalah asalkan sewajarnya saja atau pintar2 nya kita bagaimana agar tidak berlebihan dan membuat iri org .. ada yg lebih m

percaya Bun kena penyakit ain tu nyata, jangankan bayi kita yg dewasa aja bisa juga dapat penyakit ain, jdi untuk para bunda ko melihat sesuatu seperti memuji orang apalagi melihat ank bayi dll nya puji sang pencipta kita dlu,, katakan Masya Allah tabarakallah selamat yaa cantik/ganteng yaa ank ny Ato kata² yg lain tpi d dahului kita memuji Allah dulu,, setahu aku bgtu in sha Allah kita TDK memberikan ain Kpda org lain,, dan 1 lagi Bunda sebaiknya kehamilan itu disembunyikan, umumkan kelahiran! knpa? klo kita memposting seperti tespek,USG trus kita apload ke sosial media,dari sanalah munculnya nya penyakit ai'n... ! maka hati ² yaa Bun kehamilan kita cukup suami,dan kelurga kita ajaa yg tw dan orang ² d lingkungan kita aja yg tw.. knp kita harus menyembunyikan kehamilan dan umumkan kelahiran? karena diluaran sana bnyk sekali org blum mendapatkan keturunan, maka apabila kita memposting seperti tespek,USG ank,dll ny tu maka hati mereka merasa sangatlah sedih,jdi kita harus menjaga itu yah bun,,, krna dri sosmed itu lah timbul iri dengki org² yg melihatnya dan imbas nya ke kita,,,! jdi hati yah² Bun kurangi² lh mengupload d sosmed yaa Bun.. maaf saya cuma mengingkatkan bunda² semua..

Câu hỏi phổ biến