Assalamualaikum,
Saya mau sharing pengalaman saya melahirkan dengan kondisi pre eklampsia 1 bulan lalu.
Selama kontrol hamil, tensi saya selalu tinggi, berada di 140an. Awalnya saya kira karena saya stress, kelelahan mengurusi 2 anak dsb, sampai pada akhir TM 2 dokter menyuruh cek protein urin. Karena tensi selalu tinggi.
Hasil protein urin +2. Terus kontrol selanjutnya tes lagi +1. Disitulah diagnosa pre eklampsia ditegakkan.
Dokter tidak memberikan obat penurun tensi karena masih aman katanya. Jadi saya cukup jaga nutrisi, istirahat, kalau bisa tidak stress (ini yg susah, ngasuh 2 anak dan rumah kalau capek stress kan ya hehhe), dan kalau merasa pusing harus ke IGD. Berat janin saat itu normal, hanya ukuran perutnya saja yang agak kecil. Ukuran kepala, ketuban, dll semuanya baik.
Untuk makanan, disuruh diet tinggi protein. Putih telur 2, ayam bagian dada boleh banyak, ikan, tapi kurangi daging merah boleh hanya 1x seminggu saja. Cara memasaknya pun kalau bs tidak digoreng. Kurangi nasi / karbo lain dan manis biar ibunya gak membesar. Jadi yang di berikan dokter cuma suplemen aja, D35000, kalsium dan penambah darah. Saya gak merasa pusing juga .
Oh ya, saya dan dokter ikhtiar untuk persalinan spontan (normal) dan berharap pre eklampsi ini gak berlanjut parah jadi eklampsi (kalau eklampsi udah ga ada harapan lahir spontan). Tapi tetep mental disiapin buat secar kalau kenapa2.
Singkat cerita, Hari sabtu pada kontrol usia 38 week tensi saya melonjak diatas 150+/90+ lupa brp tepatnya. Dokter khawatir dengan keadaan saya, berat perkiraan janin 3.5kg , lingkar kepala 35. Panggul sih cukup tapi saya jujur ke dokter saya mulai merasa kelelahan dan engap banget. Akhirnya dokter memberikan obat tensi 3x1 dan menyarankan untuk tes urin dan darah lagi dan tes PCR. Kemudian dijadwalkan Senin untuk induksi melalui balon kateter (lewat jalan lahir). Pilihan kateter saya setujui karena kata dokter memang lebih lama tapi gak sakit.
Senin saya ambil hasil lab dan langsung ke ruang bersalin. Ternyata hasil lab saya gak gitu bagus, masih +2, saya tes lagi hari itu ternyata jadi +1. Akhirnya setelah pemeriksaan ctg baik, induksi kateter dilakukan. Saya masih bisa jalan, makan, main hape.. ga berasa sama sekali. Tapi kontraksi sedikit2 mulai berasa. Sore saya CTG lagi 2x, ternyata ga bagus, bayi keliatan stress katanya. Akhirnya kateter dilepas. Saya disuruh istirahat sambil observasi tanpa tindakan semalaman. Kontraksi masih datang walau kateter dilepas. Ternyata saya bukaan 3. Alhamdulillah saya bawa jalan aja dikit2. Bidan sealu rutin cek tekanan darah saya dan dopler.
Paginya CTG lagi.. dan mendingan hasilnya. Lalu bidan (arahan dokter) memberikan induksi via infus jam 08.30. Disinilah saya merasa WOWWW banget baru beberapa menit padahal... bukaan 4 rasanya sakit banget. 2x sudah saya lahiran yg ini subhanallah sampai nangis.
Dua jam kemudian tiba2 bukaan lengkap dan saya mendadak disuruh ke ruang persalinan. Dokter belum tiba dan akhirnya saya bersalin spontam ditolong 3 bidan jaga. Dokter baru sampai saat plasenta dikeluarkan.
Disini saya baru tau (baru dibilangin sama bidan habis bersalin) saya baru cerita kalau memang 2 persalinan saya bukaannya cepat terus, ternyata itu harus diinfo ke nakes yang menangani krn penting untuk mengurangi risiko pendarahan.
Saya dan suami yang menemani akhirnya bisa menjalani persalinan ini dengan lancar sehat ibu dan bayinya.
Saya sempat down, suami saya sempat down tapi kami bisa melaluinya.
Disini saya mau mengingatkan bunda2 yang lagi hamil untuk selalu rutin mengecek kehamilan. Walau anak keberapapun. Karena saya gak punya riwayat apa2 sebelumnya tau2 anak ke3 pre eklampsi. Periksa hamil itu penting! Dan selalu ikuti arahan dokter. Oh ya kalau ada komplikasi kehamilan seperti saya, harus ke rs ya..ke dokter. Karena saya pernah ke puskesmas melihat hasil tes saya bidan puskesmas bilang.
"Ibu, ini pre eklampsi, ibu ga boleh lahiran di bidan,di puskesmas, di klinik. Ibu harus lahiran di RS sama dokter"
Walau lahiran spontan (pervaginam) impian sebagian besar ibu, tapi selalu siapkan mental untuk sc supaya jika memang darurat sc kita ga stress. Jangan perdebatan ini ada di akhir yang butuh keputusan cepat.
Jangan lupa dukungan suami yamg mengerti posisi kita itu penting. Karena saya sempet down, nangis ketakutan krn segala hal dari mulai yang kecil sampai yang besar, pikiran udah kemana2, bukan fokus ttg melahirkannya malah. Suami yg selalu nenangin. Saat dia suruh ttd surat yg menyatakan kalau darurat harus sc tanpa ba bi bu dia setuju.
Sekian sharing dari saya. Ibu2 hamil dimana saja dan apapun kondisinya.. semangat ya! Semoga sehat selalu ibu dan bayinya.
Biidznillah.
Wassalam
Putri
#preeklampsia #preeklamsia #sharing
mama allena