Assalamualaikum bunda
Saya mau cerita tentang kehamilan saya sampai saya melahirkan. Mana tau bisa memotivasi bunda-bunda yang lain.
Saya hamil setelah 3 bulan menikah, tepatnya diusia saya 25 tahun. Tinggi badan saya hanya 143cm dengan BB sebelum hamil 38kg.
3 bulan pertama kehamilan, berat saya hanya bertambah 2kg. Saya juga tidak mengalami gejala kehamilan seperti mual dan ngeflek sebagai tanda implantasi.
Selama periksa di awal kehamilan, saya sudah di informasikan oleh bidan maupun dokter kalau kemungkinan kecil untuk melahirkan normal dikarenakan kondisi tubuh saya yang kecil (tinggi badan dibawah 150cm) karena diperkirakan tinggi badan mempengaruhi ukuran panggul. Namun saya tetap optimis untuk bisa lahiran secara normal.
Minggu ke 25 kehamilan, saya pulang kampung ke jambi karena mau lahiran di kampung halaman. Kebetulan sehabis nikah saya lgsg ikut suami yang kerja di Kalimantan.
Untuk ibu-ibu yang sedang hamil namun akan berpergian naik pesawat, baiknya konsultasi dulu ke dokter ya mengenai kehamilannya. Agar aman diperjalanan dan kita juga mendapatkan surat dari dokter untuk berangkat menggunakan pesawat. Alhamdulillah, selama perjalanan dari kalimantan ke jambi aman terkendali meskipun saat ini sedang pandemi covid.
HPL saya berdasarkan HPHT tanggal 4 Agustus 2021, namun kalau dari hasil pertama usg HPL nya tanggal 8 agustus.
Setiba dijambi saya rutin melakukan pemeriksaan kehamilan. Setiap periksa saya selalu bertanya "apakah ada kemungkinan melahirkan secara normal ?" Dan jawaban dokter maupun bidannya selalu sama "kita lihat dlu apakah bayi nya bisa masuk panggul atau ngga".
Setiap pagi hari setelah saya di jambi, saya selalu jalan pagi. Entah itu hanya 10 menit atau sampai 30 menit.
Hari rabu tepatnya tanggal 21 juli, saya pergi ke puskesmas untuk periksa kehamilan saya yang sudah masuk 38 minggu, bidan menyarankan saya untuk USG agar tau posisi janin dan merekomendasikan untuk melahirkan di RS dan SC saja namun setelah ada hasil usg dari dokter.
Saya tetap ingin melahirkan secara normal, namun saya tetap memeriksakan kehamilan saya ke dokter dimalam hari nya di dokter praktek. Hasilnya ternyata kepala bayi saya belum masuk ke panggul, namun kepalanya sudah dibawah. Saya di suruh menunggu sampai tanggal HPL sesuai HPHT. Apabila tidak ada kontraksi sampai tanggal HPL saya, maka saya lgsg di rekomendasikan untuk SC.
Karena niat awal memang ingin melahirkan secara normal, hari Kamis pagi saya jalan pagi cukup lama yaitu 45 menit, setelah jalan pagi saya lanjut senam hamil dgn harapan kepala bayi cepat masuk panggul. Setelah senam saya lanjut lagi aktivitas fisik menyapu, mengepel lantai rumah dan membersihkan lantai kamar mandi hingga menguras bak mandi.
Tanpa di duga sore hari nya saya mengeluarkan lendir darah dan jam 8 malam sudah merasakan kontraksi. Kontraksi mulai rutin dirasakan pada pukul 11 malam hingga subuh. Karena memang dari awal kehamilan, suami serta dokter maupun bidan menyarankan untuk lahiran di RS agar kalau terjadi apa-apa lgsg ditangani. Saya berencana mau ke Puskesmas terlebih dulu untuk mengambil surat rujukan (karena saya mau menggunakan BPJS). Namun puskesmas buka jam 8 dan saya penasaran sudah bukaan berapa, jadi saya periksa ke bidan dekat rumah. Kebetulan saya sudah periksa 3x di bidan ini.
Ternyata jam 7.30 pagi dihari jumat sudah bukaan 4 namun kepala bayi posisi nya masih tinggi. Saya disarankan untuk tinggal di klinik tersebut.
Alhasil saya tidak jadi melahirkan di RS karena saran orangtua saya juga di RS semenjak covid, prosedur nya menjadi rumit.
Jam 13.30 ketuban saya pecah, setelah diperiksa masih dalam kondisi bukaan 4. Air ketuban terus mengalir dan tiap di cek selalu bukaan 4. Jam 18.00 saya akhirnya di induksi dengan kondisi badan yang sudah lemas karena menahan sakitnya kontraksi.
Saat di induksi saya malah tidak merasakan kontraksi yang menyakitkan seperti sebelumnya. Tiap 1 jam sekali di periksa juga ternyata tidak ada nambah bukaan.
Namun pada pukul 20.00, saya mulai merasakan kontraksi seperti sebelum di induksi, sewaktu di cek ternyata sudah bukaan 6 mengarah ke bukaan 7. Saya ditanya oleh bidannya masih sanggup apa tidak. Karena kondisi ibu yg akan berperan saat lahiran. Jujur saat itu saya merasa tidak sanggup karena sudah lemas merasakan kontraksi yang menurut saya sudah cukup lama.
Namun berkat dukungan orangtua dan bidan tersebut, saya tetap mau melahirkan secara normal dan tidak ingin dirujuk.
Alhamdulillah jam 21.00 anak pertama saya lahir dengan selamat dan sehat.
Sekarang usianya sudah 40 hari.
Jadi buat bunda², selalu optimis yaa
Agar tubuh kita juga merespon dengan baik.
#firstbaby #sharingcaring
Rizka Fajriaty