berbagi pengalaman
Assalamu'alaikum tante semua. Perkenalkan namaku Ahmad Widad Kafabih, ayah bundaku biasa memanggilku Kafa. Kata bunda, namaku diberikan oleh salah satu pengasuh pondok di tambakberas Jombang. Alhamdulillah tante, bundaku termasuk seperti kalian semua yg melek informasi. Bundqku selalu mengawasiku, walau pun aku lagi di gendong sama mbah ku, bundaku tetap mengawasiku. Bukannya kenapa2, bundaku hanya takut si mbah sembarangan. Karena melek informasi, dalam merawatku, bunda selalu mengalami pro dan kontra dengan keluarga ayahku. Yang pertama, menurut tradisi mereka kalau udel sudah puput harus dikasih merica kalo laki-laki, dan ketumbar kalo perempuan. Jelas bundaku menolak. Yang kedua, masalah bedong dan gurita. Bundaku memakaikan aku gurita dan bedong hanya selama 15 hari. Padahal menurut mereka gurita dipasangkan sampai usia 5 bulan. 1 bulan kemudian, udelku bodong tante, tapi menurut bundaku itu hal yang wajar. Toh walau pun bodong, bundaku memaklumi karena ada keturunan bodong. Tapi sayangnya, bundaku selalu disalahkan, bahkan tetangga pun ikut menyalahkan bundaku. Dengan keyakinan bundaku, bundaku selalu percaya semua baik2 saja. Dan yakin bukan karena gurita yang hanya dipasang sebentar. Setengah bulan kemudian, udelku normal tante. Semua orang yang menyalahkan bundaku hanya bisa diam tante. Dan bundaku bisa tersenyum lega, karena udah gak ada lagi yang nyalahkan bundaku. Yang ketiga, berdasarkan adat sini, kalo selapan bayinya harus mandi kali tante. Alasannya agar nanti tidak takut kali. Dengan tegas bundaku menolak. Lalu sama mbah di ambilkan air kali buat syarat aja. Tapi ayahku pun juga sama tante, nyuruh bundaku untuk mandi kali. Bundaku pun menolak dengan berbagai alasan. Air di desaku, daerah pasuruan sangat dingin tante. Pernah di suatu sore, aku hampir saja dimandikan sama mbahku dengan air dingin tanpa air hangat. Untung saja bundaku ngecek suhu airnya, kaget bukan main bundaku. Lagi2 bundaku menyelamatkan aku dari mandi air dingin tante. Lalu bunda ku mencari penjelasan yang logis yang bisa diterima kalo mandi kali itu tidak perlu, dan akhirnya ayahku mendukung bundaku. Yang ke empat, bundaku selalu memberiku asi. Walau pun di bantu sufor, bundaku selalu menyusuiku. Karena kata bunda, aku harus di susui 2 jam sekali. Sayangnya, bundaku malah di marahin sama si mbah. Kata si mbah, kalo aku disusuin terus nanti aku gak besar2. Hampir tiap hari bunda di marahin, dan aku selali di ambil paksa sama si mbah. Entah bagaimana perasaan bundaku waktu itu. Tapi, walau pun begitu, bundaku tetap menyusuiku dengan rutin sesuai jamnya. Yang kelima, di usia 2 bulan, sama si mbah aku mau disuapin pisang. Ayahku setuju, tapi bundaku menolak. Bude2nya pun menyuruh hal sama. Dalam hal ini, bunda gak dapat dukungan dari siapa pun. Bundaku selalu berusaha untuk menjelaskan dan memberikan beberapa foto gambar bayi yang terkenda dampai dari mpasi dini. Dari situ, ayahku berubah haluan dan mendukung bundaku. Walau pun si mbah kekeh untuk nyuapin aku. Pernah di suatu hari si mbah memberiku biskuit roma kelapa, spontan bunda mengambil dari tanganku. Budeku juga pernah melakukan hal yg sama. Dan bundaku pun mengambilnya. Masih banyak masalah pro kontra yg bundaku alami tante. Tapi semenjak kejadian bundaku menolak mpasi dini, si mbahku malah ngotot untuk mpasi di usia 8 bulan. Sama bunda gak di respon sama sekali. Malah sama bundaku, insyaAllah di usia 5 bulan nanti mau di kasih mpas tante. Bukan tanpa alasan., semua dilakukan karena perubahan yg ada pada diriku. Aku menunjukkan pada bunda kalo aku udah siap di kasih mpasi. Kepalaku udah tegak tante, aku udah bisa duduk walau pun masih membutuhkan bantuan, aku selalu berusaha merebut makanan orang sekitarku, mulutku ikut berkecap setiap ada orang yg makan. Dengan semua yg telah aku lakukan, bundaku mencoba mencari informasi mengenai mpasi usia 5 bulan. Dan ternyata tidak sedikit orang tua yg memberikan mpasi di usia 5 bulan lebih. Namun, untuk meyakinkan, bundaku mau konsul ke dokter dulu. Doa kan bundaku ya tante, semoga selalu sabar dan kuat dalam membesarkan aku, merawatku.
seorang ibu