Wa'alaikumussalam mbak.. Saya pernah baca di bidan kita, tanya ke obgyn maupun bidan saya ttg induksi dan jawaban nya sama bahwa tidak semua induksi akan gagal/berakhir SC. Untuk meminimalisir terjadinya kegagalan induksi maka sebelum induksi dicek dulu berapa bishop score nya, jika memenuhi syarat induksi maka angka kemungkinan keberhasilan induksi besar mbak. Maka sebelum dilakukan induksi, penting bagi pasien untuk tanya berapa score bishop nya dan dari score bishop nya memenuhi syarat nggak untuk dilakukan induksi?
Apakah banyak yang nggk kuat saat diinduksi? Ini kembali lagi kepada diri masing-masing. Kita berperan untuk membuat nyeri kontraksi itu semakin nyeri atau bahkan menjadi minim. Semakin kita mengaduh, nggak tenang atau bahkan jejeritan maka rasa sakitnya akan berlipat. Sebaliknya semakin kita tenang, bisa menguasai nafas, pikiran dan tubuh kita maka rasa sakitnya akan semakin minim. Meski tidak dipungkiri bahwa rasa nyeri dan sakit akibat induksi (terutama induksi via infus karena dosis yang paling tinggi adalah induksi via infus) berlipat dibandingkan nyeri kontraksi alami. Saya sendiri mengalami induksi via infus selama 14 jam sejak pembukaan 2 hingga bayi lahir. Dan alhamdulillah obgyn saya pro-normal jadi kalau udah 41w belum lahir pilihan pertama adalah induksi.
Jadi mau memilih induksi atau SC semua kembali ke kemantapan hati mbak. Mbak yang menjalani, mbak yang tau sebatas mana kekuatan dan kemampuan mbak.
Coba bicarakan dari hati ke hati dengan suami (maupun keluarga jika dikehendaki), dan istikhoroh mbak.
Mau melahirkan secara normal maupun SC nggak masalah mbak. Karena yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menjalani moment kehamilan dan melahirkan menjadi perjalanan spiritual yang POSITIF sehingga generasi yang dilahirkan sehat lahir dan batin mbak.