Alhamdulillah, telah lahir anak pertama saya dan suami. Samarinda, 14 Februari 2018 yang kami beri nama Arzan Kinza Ravindra.
Sebenarnya, Arzan diprediksi lahir tanggal 8 Februari. Tapi sampai tanggal 8 Februari yang mana usia kandungan saya sudah masuk 40 minggu itu masih saja tidak ada kontraksi. Jadilah tanggal 8 Februari, saya dan suami kontrol ke dokter kandungan kami. Karena air ketuban, plasenta dan ari-ari serta jantung bayi masih normal semua, maka dokter memberi waktu 1 minggu lagi sampai menunggu kontraksi alami itu datang. Oke, selama seminggu saya nunggu yang namanya mules-mules, hahaha. Sampai nanya ke beberapa orang, kalau mules kontraksi itu rasanya gimana? Kok saya tidak ada merasakan apa-apa yaa.. Slow aja gitu kayak belum mau lahiran.
Keluarga juga ikut menenangkan saya. "yaa mungkin dedeknya belum mau keluar, tunggu aja dulu". Saya pun jadi ikut bersugesti sendiri, kalau mungkin si bayi lagi mencari waktu yang pas, bikin mamanya latihan sabar ?. Hari demi hari terlewati hampir satu minggu berlalu dari tanggal HPL. Campur aduk rasanya, masih bertanya-tanya juga "kenapa ini kok gak ada kontraksi yaa?". Selama seminggu juga saya dan suami bersiap dengan kemungkinan akan diinduksi kalau masih tidak ada kontraksi juga. Ya, kami masih mengusahakan agar bisa melahirkan secara normal.
13 Februari 2018. Mulai galau juga nih si mamaknya, haha. Masuk 41 minggu tapi tetap gak merasa mules-mules atua air ketuban rembes. Sudah satu minggu berlalu dari HPL. Saya dan suami kembali ke dokter kandungan. Kata dokter, ini sudah harus diberi tindakan kalau tidak induksi ya harus operasi SC karena usia kandungan sudah mature, tidak bisa ditunda lagi untuk menunggu kontraksi alami. Oke, kami setuju dengan rujukan dokter untuk diinduksi.
Malamnya, saya bersama suami dan mertua berangkat ke rumah sakit sesuai rujukan dari dokter. Setelah diperiksi oleh bidan di sana, katanya sudah pembukaan satu. Kami diminta untuk menunggu ruangan. Tapi ternyata ruangan di sana penuh. Alhasil kami dirujuk lagi ke rumah sakit umum daerah. Kami langsung ke RSUD A.Wahab Sjahranie. Saya diperiksa lagi dengan bidan di sana, katanya belum ada pembukaan cuma baru flek aja. Lah kok beda dengan pemeriksaan sebelumnya ?. Setelah masuk ruangan observasi, saya pikir akan langsung diinduksi tapi ternyata tidak. Menunggu beberapa jam, akhirnya rekam jantung bayi dulu. Saya sempat bertanya ke perawat "saya kapan diinduksi ya,mba?". Perawatnya bilang masih nunggu keputusan dari dokternya. Sampai pagi menjelang, saya masih belum diinduksi juga, kontraksi juga gak ada. Paginya, rekam jantung bayi lagi. Saya, suami dan mertua menunggu tindakan apa yang akan saya jalani selanjutnya. Sesekali perawat datang dan bertanya "Bu,ada mules-mules gak?". Saya jawab tidak ada,hahaha. Saya juga bingung ini kenapa gak ada mules-mules ya, sedangkan pasien ibu hamil yang disebelah saya udah merintih nahan sakit kontraksi. ?
Setelah sarapan pagi, perawat datang dan bilang kalau saya sudah harus puasa dan dia bilang bahwa saya akan dioperasi nanti sore. Saya sempat tanya apakah tidak bisa diinduksi? Ternyata hasil rekam jantung bayi 2 kali itu menunjukkan jantung bayi yang lemah. Jadi jika diberi induksi, takutnya bayinya jadi drop. Saya dan suami mencoba untuk berbesar hati karena keinginan kami untuk bisa melahirkan secara normal ini gagal. Kami pun menyetujui tindakan operasi sesar demi bayi kami.
Dari sini saya menyadari kalau melahirkan itu poin terakhirnya adalah pasrah. Semua kembali kepadaNya, kepada ketentuanNya. Saya coba juga untuk pasrah kepada Allah. Pasrah dengan ketentuannya atas bayi saya. Saya sadar, saya hanya dititipkan bayi ini oleh Allah. Segala ketentuan, tetaplah Dia yang berkuasa. Keinginan untuk melahirkan normal ini gagal, membuat saya berpikir kembali bahwa mungkin jalan yang diinginkan si bayi adalah jalan yang lain.
#SiapKetemuAnakku
santi kurniasari