Beri saran bun

Aku terlahir dari ibu yang putus sekolah sementara ayah tamatan SMA. Ibuku menikah di usia 13 tahun pas bgt kelas 1 SMP. Jaman dulu case kaya begini sgt familiar walopun ga semua org jaman dulu menikah muda tp kebanyakannya seperti itu. Aku di besarkan dengan orangtua ku yang berjuang secara mental untuk siap menjadi orangtua krn secara langsung mereka sebenarnya belum siap lahir batin tp krn keegoisan orangtua mereka makanya mereka sampai menikah di usia yg sgt belia. Sekarang aku sudah 30 tahun, ibu dan ayahku juga sudah lama bercerai, pernikahan mereka dipenuhi dusta dan perselingkuhan sampai akhirnya mereka berpisah dan mengorbankan aku kelas 2 SMA dan adikku kelas 2 SMP kala itu. Aku menghabiskan masa kecil hingga remajaku dalam keluarga yg terbilang toxic. Ibuku mmg terlahir dari keluarga yg toxic jg makanya beliau dgn sgt mudah menurunkan kebiasaan itu ke aku dan adikku. Dulu kami terbilang lumayan mampu, punya 2 mobil dan 3 motor serta rumah yg mewah. Tapi semuanya lenyap saat orgtuaku bercerai (habis disita bank). Tujuanku bercerita untuk bertukar pikiran, apa aku termasuk anak durhaka jika menghindari ibu kandungku sendiri? Lillahi ta'Ala Aku sayang sama ibuku tp aku juga ilfeel dan muak. Ibuku di usianya yg ga muda lagi msh toxic seperti dulu. Suka memandang org lain dari materi termasuk aku & adikku, suka menjelek-jelekan org lain, suka berselisih paham dan menghina, suka mengutang dan berbohong, dan yg bikin aku muak beliau sgt manipulatif! Adikku jauh lebih berada dari aku, dia dan suaminya berhasil buka usaha laptop komputer dan showroom mobil, sementara aku semenjak menikah memilih resign untuk mengurus anak, suamiku hanya pegawai kantoran biasa yg penghasilannya jauh dibawah adikku dan suaminya. Aku dan adikku sebenarnya sgt akur, tp kami seringkali berantem karna hasutan ibu kami sendiri, hehe.. Ibuku selalu bilang kalo aku adalah anak yg paling pembawa sial dan ga ada untungnya, gabisa membahagiakan orangtua dan gabisa di andalkan. Sementara adikku adalah anak yg selalu di istimewakan krn keadaan ekonomi kami yg jauh berbeda. Adikku biasa memberi 3 jt/bulannya sementara aku hanya bs ngasih 500rb/bulan kepada ibuku. Aku menikah di usia 28 thn, adikku lebih dulu menikah karna dia di jodohkan. Aku sengaja ga terburu buru menikah krn harus membiayai ibuku yg single parent selepas ditinggalkan oleh ayahku. Kami hidup berdua dirumah yg sempit, aku bekerja dan ibu mengurus rumah. Semua gajiku dipegang oleh ibuku sampai aku lupa kalo ternyata aku melewatkan fase berteman dan mengenal pria. Aku fokus menghidupi diri dan ibuku. Sampe akhirnya semakin aku dewasa, aku mulai lelah karna tekanan yg bertubi tubi. Aku selalu disalahkan, direndahkan, di hina, bahkan di tipu oleh ibuku sendiri. Aku sering kehilangan uang tabunganku dan handphoneku secara tibatiba. Selalu di datangi renteiner. Aku muak dan merasa lelah mengejar sesuatu yg ga akan pernah ada harganya untuk seseorang yg aku perjuangkan. Aku bahkan takut berteman dan berpacaran krn khawatir org lain gabisa menerima sifat ibuku dan akan jd bahan cemooh orang2. 2 thn sebelum menikah aku memutuskan pergi meninggalkan ibuku, aku beranikan diri merantau ke kota besar dgn pegangan uang 2 jt hasil tabungan yg aku sembunyikan. Aku ga punya kerja, gapunya teman dan tempat tinggal. Meski seminggu kemudian aku bisa mendapatkan pekerjaan dan rumah, aku bener2 melangkah sendiri melawan kerasnya dunia. Ibuku tetaplah ibuku, hanya saja aku merasa menjadi orglain saat dekat dgn ibuku. Aku merantau walopun sakit sendirian, apa2 sendirian, aku merasa jauh lebih baik dari segi mental. Aku merasa lebih mencintai diriku apa adanya krn aku tau ibuku ga akan mampu mencintai aku setulus aku mencintai diriku sendiri. Aku selalu gagal dalam mengenal pria krn ga pernah masuk kategori menantu idaman yg punya keluarga baik, karna kenyataannya mmg keluargaku lah kekurangan terbesarku. Aku ga bisa mengenalkan ibuku ke semua org termasuk ke org yg dekat sm aku krn sifat ibuku yg hanya akan menghina org lain jika ga sesuai ekspetasinya. Sampai skrg 5 thn masa merantau ku, tiap aku lahiran selalu di urus sama mertua, semua orang tahu kalo aku msh punya ibu tp ibuku ga pernah ada disampingku saat moment aku melahirkan. Dan itu hanya jd bahan cerita org lain dan keluarga suamiku, menganggap orgtuaku adalah orgtua terburuk, aku malu tp aku jg ga terima ibuku dikatakan seperti itu walopun benar itu kenyataannya. Tiap aku call ibu, alasannya beribu untuk menjauhi aku dan ujung2nya hanya membanding2kan status ekonomiku dan adikku lagi. Rasanya rindu ibu tapi hati berat untuk pulang, selama ini pun ibu ga pernah khawatirkan aku membuat rasa rinduku terhapus sendiri. Aku kangen ibuku tp mataku selalu terbuka lebar, ingatanku kembali lg dgn keadaan buruk saat aku bersama ibu :") trauma nya bikin aku sering menangis tiba2 dan menjerit. Aku ga sedang menyesal, aku hanya berfikir apa aku ini durhaka sperti yg selalu ibuku katakan? Menurut bunda semua, apa aku beneran durhaka ya? Apa aku sbg anak akan jd dosa besar klo menghindari ibu kandungku yg sdh melahirkanku? Apa ada yg merasakan jg? Mohon pencerahannya bun🙏

1 Trả lời
 profile icon
Viết phản hồi

kalau ada waktu senggang coba liat yt ust bendry jaisyurrahman dia ngajarin kita parenting n dr aisyah dahlan kita bisa belajar bagaimana mengenal diri kita n orang2 sekitar. semoga bermanfaat.