Bayi meninggal di dalam kandungan
Adakah yang punya pengalaman sama denganku? Boleh sharing cerita & penyebabnya ya moms.. Kamis 24 September 2020, Seperti biasa pagi itu aku bangun untuk sholat subuh, setelah wudhu langsung ku bangunkan suamiku untuk sholat berjamaah. Aktivitas yang setiap hari kami lakukan. Selesai sholat subuh aku langsung siapkan air hangat & mandi, lalu berpakaian sangat rapi. Hari itu jadi hari yang aku tunggu, karena jadwal usg yang tepat memasuki usia 20w. Ngga sabar untuk lihat perkembangannya & bonus kalau posisi bagus bisa lihat jenis kelaminnya :) Ohya terakhir aku usg di usia kehamilan 12w, detak jantung baik, sudah terlihat gerak, tdk ada masalah apapun. Aku & suami berangkat dengan sangat antusias, kebetulan suami WFH. Rencana setelah usg suami mengajakku bertemu dengan client, perlengkapan kerjapun dibawanya termasuk laptop. Setibanya di klinik kami menunggu sekitar 45 menit sampai Dokter datang. Waktu itu kami dapat nomor antrian 1 dan akhirnya kami dipanggil masuk ke dalam ruangan. Seperti biasa, menyapa Dokter dengan riang sampai pada akhirnya kulihat ada yg tdk biasa di raut wajah Dokter saat beliau melihat monitor yang letaknya persis disampingku. Setelah mengajukan beberapa pertanyaan akhirnya Dokter menyampaikan kalau janinku sudah tdk ada detak jantungnya & tdk bergerak lagi. Shock, tentu saja. Jantungku rasanya berdetak sangat cepat. Ini adalah anak pertama kami, buah hati yang sangat kami jaga. Duniaku seakan runtuh seketika. Masih tdk percaya kusampaikan pada Dokter kalau pagi tadi aku masih mengalami mual, muntah & masih merasakan gerakan halusnya. Dokter memintaku untuk merangsang pergerakan dengan minum minuman manis. Berharap ada keajaiban, kami keluar ruangan sejenak untuk minum & diminta kembali 1 jam kemudian untuk memastikan. 1 jam lebih berlalu, kami dipanggil lagi masuk ke dlm ruangan. Tetap sama, tdk ada detak jantung, tdk ada pergerakan walaupun perutku sudah ditekan & digoyang sedemikian rupa. Dokter menyarankan agar segera dilakukan tindakan kuret, karena janin sudah besar didlm rahimku. Singkat cerita, tak langsung percaya aku & suami langsung mencari second opini untuk memastikan kebenarannya. Kami bergegas ke RS untuk melakukan usg kedua dengan Dokter Spog berbeda. Qodarullah, Dokter keduapun berpendapat sama. Tanpa pikir panjang, diwaktu & tempat yang sama aku langsung memutuskan untuk dilakukan tindakan kuret. Jam 14.00 masuk igd, tangan langsung di infus, di ambil darah untuk tes lab. Jam 17.00 masuk ruang tindakan, sambil menunggu Dokter yg saat itu ada tindakan operasi caesar. Air mata terus mengalir, kanan kiriku adalah pasien yang baru saja melahirkan. Di dalam ruangan itupun aku bisa mendengarkan suara tangisan bayi baru lahir. Sakit sekali rasanya, sudah setengah perjalanan tapi harus terhenti dengan paksa :') Ya Allah nak, semoga bertemu di surga. Jam 18.00 tepat adzan maghrib Dokter memasukan alat yg bernama luminaria, alat yang dimasukan ke dalam vagina dengan tujuan untuk membuat rasa mulas. Tanpa dibius, alat itu dimasukkan ke vaginaku. Teriak sambil terus istighfar, darah sudah mengalir deras. Dan sejak alat itu dipasang aku terus merasakan mulas yang tdk berhenti. Kontraksi yang kurasakan sejak jam 19.00 sampai pada puncaknya ketika jam menunjukkan pukul 23.00, persekian detik rasa sakitnya semakin menjadi. Rasanya? Seperti ajal menjemput. Keringat dingin, nafas tersengal karena sesak, duduk sakit, berbaringpun sakit. Puluhan kali kata maaf sudah kusampaikan pada suamiku, ibuku, ibu mertuaku. Dalam balutan istighfar & terus memohon ampun, Jumat 25 September 2020 tepat jam 02.00 janinku lahir secara normal. Anakku masih utuh didlm kantung ketuban. Jenis kelaminnya laki laki, sesuai dengan yang suamiku idamkan :') Lelah, mulas, hilang seketika namun tdk dengan sedihku. Setelah melahirkan normalpun aku tetap dilakukan tindakan kuret, untuk memastikan tdk ada sisa jaringan yang tertinggal di dalam rahimku. Tdk pernah sedikitpun terpikir dibenakku hari itu akan menjadi hari terakhirku bersama dengan anak kami, buah hati kami. Canda tawa yang kami bawa dari rumah tdk kami bawa pulang kembali. Selamat jalan, anak surgaku 😇
Bermimpi menjadi orangtua