Dari Dalam Sanubariku
#TerimaKasihKuHari6 Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku Semua baktimu akan kuukir didalam hatiku Sebagai prasasti terima kasihku Tuk pengabdianmu Engkau sebagai pelita dalam kegelapan Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan Engkau patriot pahlawan bangsa Tanpa tanda jasa Rasanya makna dari lirik lagu tersebut benar sekali. Lagu yang diciptakan oleh Bapak Sartono berjudul Hymne Guru ini adalah lagu wajib di sekolah. Lagu yang mempunyai makna yang sangat dalam. Yang baru saya rasakan setelah saya tak bersekolah lagi. Lebih-lebih saat ini. Padahal dulunya lagu ini biasa saja pas saya nyanyikan waktu sekolah. Sekarang kalau dengar anak menyanyikannya atau pun orang lain yang menyanyikannya, hati serasa bergetar. Ada haru yang menelusup dalam jiwa. Tahu-tahu sudah berkaca-kaca mata ini. Teringat dulu semasa SD, guru-guru yang sabar dalam mendidik, membuat saya rindu. Bapak dan ibu guru sudah sepuh (tua), namun semangatnya mengajar luar biasa. Ada penyesalan dalam hati ini. Kenapa dulu tak bisa sepenuhnya menghargai mereka. Dengan tak membuat keributan dalam kelas sehingga menguras tenaga beliau-beliau ini untuk mendisiplinkan. Suka mengeluh kalau dikasih PR banyak. Padahal kan semua itu untuk kebaikan para muridnya. Kenapa dulu tak nampak ya? Atau karena masih kecil, sehingga belum sesensitif sekarang perasaannya. Masih ingat dengan jelas wajah sepuh nan bersemangat itu. Namun sudah tak tahu lagi kabar mereka. Ibu Sri, Ibu Dar, Pak Khirom. Apa kabar mereka ya? Sudah sekitar 20 tahunan tak melihat wajah beliau-beliau. Mungkin jika bertemu kembali, saya akan mengenali mereka. Insyaallah. Berbeda dengan guru-guruku SMP dan SMA, kami masih sering bertemu dalam acara reuni. Begitu besar jasa-jasanya. Gaji tak seberapa, namun tetap beliau melaksanakan tugas mulia itu tanpa mengeluh. Bahkan tetap sabar dalam situasi apapun. -- Bu Sri, terimakasih. Tata bahasa yang anda ajarkan kepada saya sangat bermanfaat untuk pekerjaan saja sekarang ini. Bagaimana berintonasi saat membaca dan bagaimana menempatkan tanda baca yang baik dalam tulisan. Saya pernah bertugas menjadi pembaca naskah UUD 1945 saat upacara semasa SMP dan mendapat pujian. Itu berkat anda bu. Saya juga pernah mengikuti lomba penulisan tentang sejarah Indonesia dan mendapat peringkat 2. Membanggakan kan bu? Terimakasih bu, terimakasih. Semua karena bimbingan anda. Ketika ada yang memuji saya hebat, selalu saya katakan "ada guru yang luar biasa dulu." Bu Dar, terimakasih. Dasar matematika yang anda ajarkan memjadi bekal belajar saya di SMP. Saya lulus tes penerimaan siswa baru dengan nilai bagus bu. Keren kan. Pak Khirom, terimakasih. Dasar-dasar pendidikan agama yang bapak ajarkan, membuat saya jadi banyak tahu tentang apa itu agama, kitab, Tuhan, Islam, serta serentetan fatwa-fatwa dan kisah-kisah terdahulu. Membuat saya tergerak hati jadi suka membaca, meskipun buku setebal bantal. Sadar, disana ada ilmu yang bermanfaat dan pengetahuan. Meskipun sekarang tak lagi dapat saya melihat paras beliau, semoga Allah memberikan rahmat dan segala kebaikan untuk jasa-jasanya. Banyak anak yang bisa membaca karena bimbingannya. Banyak anak sukses karena ilmu darinya. Wahai pahlawan tanpa tanda jasa, namamu harum dalam sanubariku. Guru-guruku. Terimakasih atas segala apa yang telah anda berikan kepada saya. Membentuk saya menjadi sekarang ini. Dan itu luar biasa. Jikalau memang beliau-beliau ini sudah tak lagi ada di dunia, semoga Allah menempatkan beliau ditempat yang terindah, di syurgaNYA. Mereka orang-orang baik ya Allah. Allahumma Aamiin.