Aku mau sharing tentang mengASIhi anak kedua ku yang lahir secara prematur di usia kehamilan 33w pada bulan April 2020. Dimana saat itu sedang hangat-hangatnya PSBB Jabodetabek dan Covid-19 di Indonesia. Melahirkan prematur karena tensiku tinggi (180/100) atau istilahnya PEB (Praeklampsia Berat). Akhirnya di sesar dan anakku lahir dengan berat 1.8 kg. Sedih? Pasti! Tercabik-cabik? Pasti! Menyesal? Pasti! Merasa gagal menjadi seorang ibu? Pasti! Tapi aku harus berpikir dengan jernih dan tetap waras. Apalagi di saat kami dikabari bahwa di RS tersebut NICU dan alat ventilator khusus bayi terpakai semua. Kemana kami harus mencari? Sedangkan dana pas2an dan kami mengandalkan BPJS untuk bayi kami. Apalagi sedang masa Covid begini. Pihak RS meminta kami juga ikut membantu mencari secara langsung (door to door). Satu hari setelah melahirkan, ditengah kebingungan dan kegalauan kami mengenai NICU + ventilator bayi, suster datang ke kamarku. Mengabari bahwa si adek bayi sudah bisa dikasih ASI. Aku bingung bagaimana caranya ya kasih ASI? Mendadak aku lupa. Padahal aku sudah punya anak 1 usia 4 tahun. Pertama, aku coba memerah ASI dengan pompa ASI yang kubawa dari rumah. Hasilnya? Botol asi tetap kering. Pengen nangis rasanya. Apalagi suster info anakku lapar. Aku tambah stress... Dengan sabar suster RS membimbingku untuk memerah ASI secara langsung (tidak pakai pompa asi) dan memijat2 payudaraku. Akhirnya kolostrum pertama (Golden Liquid) keluar. Walaupun cuma beberapa tetes tapi girang banget. Kolostrumnya diambil/disedot dengan suntikan/spuit lalu dibawa oleh suster untuk disuntikkan ke selang makan anakku di NICU. Aku bagi tugas dengan suamiku, aku yang memerah dan suamiku yang mengambilnya dengan suntikan/spuit. Dari spuit pertama hanya dapat 0.3 ml, akhirnya bisa sampai 0.6 - 0.9 ml. Perjuangan tidak akan mengkhianati hasil... Dua hari setelah melahirkan, aku baru diperbolehkan menengok bayiku di NICU. Sedih rasanya, dia kecil sekali. Suaranya lirih menahan sakit dibadannya. Banyak selang2 yang terpasang dibadannya. Dokter NICU info bahwa selain ASI, bayi kami perlu diberi obat dan nutrisi pekat dimana apabila bayi kami tidak kuat maka kulitnya akan sensitif (merah2 seperti terbakar). Lemas dengernya... "Apa nggak bisa dikasih ASI saja dok?" pintaku. Lalu dokter menjelaskan baik buruknya obat dan nutrisi tersebut. Aku hanya bisa pasrah dan berdoa yang terbaik. Ditengah keputusasaan kami, kami dikabari oleh pihak NICU bahwa ada RS Swasta yang NICU + ventilatornya kosong. Bisa BPJS pula. Puji Tuhan... Anak kami langsung bisa dipindahkan sore itu juga. Prosesnya pun cepat. Setelah anak kami dipindahkan, besoknya aku boleh pulang. Pulang bukan berarti aku bisa santai2 beristirahat tapi aku harus berjuang untuk mempompa ASI untuk dibawa ke NICU. Syukurlah si dedek semakin pintar minum ASInya. Dan nggak lama dia sudah lepas selang dan bisa minum lewat dot. Seminggu di NICU, bayi kami sudah boleh pulang. Aman dong? Tidak semudah itu ibu-ibu... Merawat dan menyusui anak prematur itu nggak semudah yang dibayangkan. Dua jam sekali harus minum ASI. Lha gampang dong??! Tinggal tempelin puting dan nenenin langsung tho yo??! Tidak semudah itu Bu Tedjo....😂 Anak prematur itu lahir sebelum waktunya, dimana kemampuan mereka untuk menghisap ASI kurang sekali apalagi fase mereka masih tidur terus. Sudah di kitik2, elus2, towel2 tetep aja tidur. Cara kasih ASInya mau nggak mau pakai pipet obat (karena anakku lupa cara ngenyot pakai dot). Ditetesin ke mulutnya (samping pipi). Harus rutin per 2 jam dan dicatat berapa ml yang sudah diminum anak kita. Mata sepet, jiwa raga lelah tapi aku nggak lupa tugas utamaku tetep memerah ASI untuk stok. Apalagi aku masih bekerja. Butuh stok ASI yang banyak kalau ditinggal kerja. Sekarang anakku masih ASI, umurnya sudah 5 bulan. Beratnya sudah 6.6 kg. Menurut dokter anak, beratnya sudah sesuai dengan kurva. Semangat untuk ibu2 menyusui. Selamat mengASIhi... 💪🏻💪🏻❤️ #PentingnyaMengASIhiTAP
Đọc thêm