#SiapKetemuAnakku
Saya dan suami sudah menantikan kehamilan saya yang pertama ini sejak 5 tahun yang lalu. Selama penantian itu juga, dengan hati yang resah dan gelisah, kami terus berdo'a dan berusaha agar kami segera diberi momongan. Kami selalu melakukan apapun yang disarankan oleh siapapun, seperti: meminum air rebusan jantung pisang, sering-sering memakan sayur toge dan semacamnya. Jadi, tidaklah mengherankan ketika kami mendengar kabar dari dokter bahwa saya Hamil, kami langsung bersujud syukur di lantai ruang praktek dokter. Tanpa Terasa, air mata bahagia kami mengalir deras di pipi kami. Setelah Itu, kami berpelukan sambil tetap menangis. Dokter pun tampak ikut terharu karena beliau tahu bagaimana kerasnya 'perjuangan' kami untuk mendapatkan kehamilan yang pertama ini. Lalu, kami pergi ke toko perlengkapan bayi. Karena kami belum tahu jenis kelamin calon bayi kami, kami membeli berbagai perlengkapan bayi, seperti: Baju, Pokok, celana, gendong dan semacamnya yang berwarna putih. Sebagai pecinta lingkungan hidup, kami bersepakat untuk tidak menggunakan pampers bagi calon bayi kami karena menurut berita, pampers adalah perusak lingkungan nomor satu di seluruh dunia karena sebagian besar dari pampers terbuat material-material yang sukar untuk Diurai, baik oleh tanah maupun air. Sesampainya di Rumah, suami saya tiba-tiba sakit gigi sampai dia tidak bisa mengunyah apapun dan salah satu pipinya membengkak. Saya mengantarnya ke dokter gigi, terapi Anehnya, sampai obat yang diberikan oleh dokter gigi itu habis, suami saya masih tetap sakit gigi. Kemudian, saya beritahukan hal ini kepada ibunya atau ibu mertua saya. Ibu mertua saya tertawa terbahak-bahak. Beliau berkata: "Percaya atau Tidak, itu adalah kebiasaan keluarga besar kami sejak leluhur suami kamu. Kalau ada yang hamil, pasti suaminya sakit gigi selama kurang lebih 2 bulan. Dokter gigi darimana pun tidak akan bisa mengobatinya". Kami hanya bisa terdiam mendengar penjelasan beliau. Percaya atau tidak, itu selalu terjadi di keluarga besar suami saya.